[22] kacau balau

6.5K 595 33
                                    

Abi menatap lamat Lana yang sejak siang tadi betah mendudukan diri; berkutat bersama iMac kepunyaannya yang kini menampilkan spreadsheet agenda pekerjaan Genaka untuk satu bulan ke depan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Abi menatap lamat Lana yang sejak siang tadi betah mendudukan diri; berkutat bersama iMac kepunyaannya yang kini menampilkan spreadsheet agenda pekerjaan Genaka untuk satu bulan ke depan. Tak ada tanda-tanda gadis itu akan beranjak; barang mengakhiri pekerjaannya kendati jam operasional kantor telah berakhir sepuluh menit yang lalu.

Lain hal dengan Lana, Abi justru telah bersiap untuk pulang. Terbukti dari meja kerja pria itu yang sudah rapi dan ransel besarnya yang sedari tadi bertengger di bahu, pun kini beranjak menghampiri Lana sebelum benar-benar pergi.

"Na, jangan lupa forward hasil meeting tadi ke gue, ya."

Lana terlihat mengangguk. Gadis itu bahkan tak sekalipun sudi barang menengokkan kepalanya; berkontak mata dengan Abi, seolah tak ingin membagi fokus pada pekerjaannya.

"Gue pulang duluan, gak ikut nebeng 'kan lo?" tanya pria itu, yang kini berhasil mendapat balasan bernada kesal dari Lana.

"Nggak Mas, udah sana pergi, mulut lo berisik banget!"

"Weits, santai Bu negara, sensi amat mentang-mentang awal bulan," kekeh Abi kala dihadiahi raut kusut Lana, pun seusainya pria itu bergegas pergi; meninggalkan Lana bersama pekerjaan yang tak kunjung selesai.

Ugh! Ini semua gara-gara kedua manusia yang pagi tadi mericuh di apartemen Genaka!

Jika saja kedua manusia itu tak muncul di hadapannya, Lana tentu tidak akan senekat itu melabeli diri sebagai calon istri bosnya sendiri.

Kendati Genaka tak terlihat keberatan seusai Lana mengeluarkan statement demikian, tetap saja gadis itu malu. Bahkan seusai kedua manusia itu berhasil pergi, Lana tak dapat memberikan penjelasan apa pun perihal perbuatannya pada pria itu. Gadis itu terlalu bingung harus memberikan penjelasan seperti apa, pun Genaka yang terlihat tak acuh — atau berpura-pura tak acuh terhadap statement yang dikeluarkannya, Lana sendiri tidak tahu.

Alih-alih cemas perihal respon Genaka, pikiran Lana lebih tersita oleh hal selanjutnya yang harus ia lakukan jika seandainya kembali dipertemukan dengan kedua manusia itu — terlebih Anneth.

Lana tentu tidak akan mengaku jika semua yang diucapkannya adalah kebohongan. Gadis itu tidak ingin si sialan Anneth itu menertawakannya karena telah melakukan kebohongan hanya demi menyombong di hadapan gadis yang kini berstatus sebagai kekasih mantannya tersebut.

Jadi, satu-satunya cara yang terbersit di otaknya adalah ... menyeret Genaka ke dalam lingkaran pembalasan dendamnya kepada kedua manusia itu dengan cara ... berpura-pura menjadi pasangannya yang sesungguhnya.

Nah, sekarang pertanyaannya, pria itu sudi tidak mau membantunya melakukan hal tersebut?

Memikirkan semua itu membuat Lana tak tahan untuk mengacak kasar rambutnya.

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang