[26] cemburu?

7K 529 37
                                    

Lana benar-benar tidak mengerti, bagaimana bisa para orang kaya memiliki hobi yang terlampau membosankan seperti ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Lana benar-benar tidak mengerti, bagaimana bisa para orang kaya memiliki hobi yang terlampau membosankan seperti ini?

Barang memasukkan bola kecil ke lubang yang terletak beberapa meter jauh di depan sana saja harus pakai acara ditemani segala. Huh, Genaka memang tiada pernah gagal membuat hari libur Lana berantakan!

Bayangkan saja, masih ingat di ingatan Lana perihal kunjungan dadakan pria itu malam kemarin yang ternyata memang memiliki maksud pun tujuan tersembunyi, bukan hanya sekadar barang menjenguk pun membantu Lana mengganti kain kassa yang membalut luka di lutut gadis itu.

Lana ingin menolak, tetapi lagi-lagi Genaka memberikan alasan yang mau tak mau membuat Lana menyetujui permintaan pria itu hingga berakhirlah Lana di sini, menemani Genaka bermain golf dengan salah satu partner bisnisnya yang berasal dari Busan; Mr. Gong.

Genaka sepertinya patut bersyukur sebab kekesalan Lana sedikit terobati dengan sikap ramah partner bisnisnya yang sedari tadi memberikan pujian perihal betapa cantiknya Lana pagi ini — sekalipun luka lebam di sudut bibirnya kentara terlihat, sampai-sampai Genaka saja muak terus disuguhi wajah memerah; bersemu Lana yang gampang sekali muncul kala diberi pujian oleh pria asing yang tak begitu jauh usianya dengan Genaka tersebut.

Hingga puncaknya, Lana berhasil mengantongi kartu nama partner bisnis Genaka tersebut secara cuma-cuma.

Sepanjang perjalanan menuju lobby, Lana tak henti memandangi kartu nama milik Mr. Gong yang beberapa waktu lalu telah pamit pulang bersama asisten dan penerjemah pribadinya. Menyisakan Lana pun Genaka yang juga berniat pulang.

"Ih, Bapak!"

Seruan protes seketika terdengar keluar dari mulut Lana begitu kartu nama pemberian Mr. Gong yang sedari tadi dipegangnya tiba-tiba direbut paksa oleh Genaka.

Bersamaan dengan itu, Lana membalikkan badannya menghadap Genaka sambil tangan gadis itu berusaha merebut kembali kartu nama milik Mr. Gong dari cekalan bosnya tersebut. "Balikin, belum saya simpen nomornya."

"Tidak perlu kamu simpan, toh Mr. Gong tidak akan merespon pesan atau panggilan dari kamu," balas Genaka, santai. Tangan pria itu mengangkat tinggi-tinggi kertas berukuran 5 x 7 senti itu; berusaha menjauhkannya dari Lana yang kini mulai melompat-lompat kecil di depan Genaka.

"Belum juga nyoba, Pak, udah sok tau aja. Udah ah, sini, balikin."

Masih dengan satu tangan yang mengacung di udara, Genaka menjatuhkan tatapan datarnya pada Lana yang sibuk merengek hanya demi nomor ponsel pria asing yang belum dikenalnya tak sampai satu hari.

Tidakkah gadis itu sekali saja peduli terhadap perasaan Genaka yang benar-benar kebakaran jenggot akibat ulah centilnya itu?

"He's engaged."

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang