[8] sisi lain lana

7.8K 651 30
                                    

Sepanjang perjalanan, Lana tak henti mengutuk Genaka karena telah membuatnya pulang selarut ini dengan keadaan tubuh yang babak belur; habis tak bertenaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Sepanjang perjalanan, Lana tak henti mengutuk Genaka karena telah membuatnya pulang selarut ini dengan keadaan tubuh yang babak belur; habis tak bertenaga. Lana bahkan merasa jari-jarinya telah mengeriting akibat terlalu banyak menyerbet lembaran jurnal untuk kebutuhan riset bos sablengnya itu.

Lana yang tadinya hanya berniat 'pulang sedikit terlambat' menjadi 'benar-benar pulang terlambat' akibat Genaka yang tiba-tiba datang; merecoki gadis itu dengan titahnya yang tentu saja tidak dapat Lana tolak.

Meminta tolong sih boleh, tetapi Genaka ini terlampau mengerjai Lana jika permintaannya ternyata sebanyak itu.

Bayangkan saja, hampir tiga jam Lana terduduk bersama puluhan jurnal yang telah pria itu kumpulkan sebelumnya dan gadis itu harus memilah setiap bagian-bagian yang dibutuhkan pria itu untuk nanti dijadikan sebagai sumber penelitiannya.

Sudah dikasih hati, meminta jantung pula.

Mungkin peribahasa itu cocok untuk menggambarkan situasi yang tengah Lana rasakan saat ini.

Jika tahu akan begini, sepertinya Lana lebih memilih; meminta Genaka untuk terus mengabaikannya saja seperti yang beberapa waktu lalu pria itu lakukan. Persetan dengan Genaka yang memendam dendam pun amarah kepadanya, selagi itu membuat dirinya akan dijauhkan dengan perintah-perintah tidak masuk akal bosnya, Lana tidak akan ragu untuk memilih hal tersebut.

Sebab pria semacam Genaka itu terlampau kejam untuk Lana beri hati.

Terus berlarut pada kekesalannya terhadap Genaka, Lana sampai baru menyadari bahwa ada sepeda motor usang yang terparkir di depan kostnya, yang tentu saja sudah sangat Lana hapal siapa pemiliknya.

Gadis itu menghembuskan napas lelahnya. Niat hati ingin segera mengistirahatkan diri, nyatanya seonggok manusia di dalam sana tentu tidak akan mengizinkan Lana untuk melakukan hal tersebut, sebab akan menahannya pada sesuatu yang sebenarnya sangat ingin Lana hindari.

"Nah, pulang juga kamu. Bapak nungguin udah lama, ke mana aja sih?" Sosok yang menyebut dirinya sebagai 'bapak' itu sontak berdiri dari duduknya seusai melihat kedatangan Lana.

"Kerja lah, apa lagi." Lana berucap tanpa ada niatan untuk bertukar tatap dengan laki-laki yang ternyata adalah bapaknya itu. Langkah Lana pun tak berhenti dan kini gadis itu sibuk mencari kunci kamar kostnya, mengabaikan keberadaan bapaknya yang sudah berdiri di belakang gadis itu.

"Bapak mau ngomong sama kamu," ujar Pardidi; bapak Lana.

"Saya capek, Pak. Lain kali aja ya," balas Lana, bersamaan dengan terbukanya pintu kost milik gadis itu.

"Ini penting, Na." Pardidi buru-buru menahan Lana yang kala itu berniat masuk; meninggalkannya begitu saja.

Lana tiba-tiba membalikkan badan; menatap dingin bapaknya, kemudian berkata, "Butuh berapa?"

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang