[25] kunjungan malam

6.1K 518 21
                                    

"Aw! Sakit, Mbak, pelan-pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Aw! Sakit, Mbak, pelan-pelan."

Lana mengeluarkan ringisannya kala cotton bud yang sebelumnya telah diberi sedikit obat merah oleh Naya itu berhasil mengenai sudut bibirnya yang terluka.

Ketiga gadis termasuk Lana, Kirana, dan Naya kini sengaja berkumpul di kamar kost Lana begitu mengetahui pasal Lana yang pulang dalam keadaan mengkhawatirkan dengan luka lebam di pipi pun rambut gadis itu yang sudah selayak tertiup badai.

Terpergoki dalam keadaan jauh dari kata baik-baik saja, Lana tentu tidak dapat menghindari cecaran pertanyaan yang dilayangkan baik oleh Kirana pun Naya kepadanya. Niat hati ingin menenangkan diri, barang beristirahat pun, kini hanya sebatas angan-angan sebab amarah kedua sahabatnya itu seolah telah terpancing hingga menuntut Lana untuk segera bercerita perihal apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya.

Lana sebenarnya tidak ingin menceritakan perihal kejadian tadi sore kepada siapa pun, termasuk kepada kedua sahabatnya ini. Namun, Naya dan Kirana terlampau beringas meneror Lana sampai-sampai Lana tidak mempunyai pilihan selain menceritakan soal pertikaiannya dengan Anneth sore itu.

Dan, ya. Sudah dapat Lana tebak jika emosi kedua sahabatnya ini semakin tersulut, terlebih kala mengetahui jika sosok Anneth lah yang telah membuatnya bak seorang habis terkena bencana alam seperti ini.

Bahkan hingga detik ini pun, baik Naya — terlebih Kirana masih sibuk marah-marah; tak terima, sekalipun Lana telah mengatakan jika keadaannya sudah baik-baik saja.

"Coba aja gue ada di sana, udah botak rambutnya gue jambak tuh nenek lampir!"

Lihat, 'kan? Bagaimana kepala Lana tidak semakin terasa sakit jika seruan-seruan bernada menggebu semacam itu masih saja keluar dari mulut Kirana. Beruntung intensitas kemarahan Naya sudah mulai berkurang sebab fokus gadis itu kini terbagi dengan luka di sudut bibir Lana yang tengah diobatinya.

"Lagian gue heran deh, Na. Dari dulu tuh cewek demen banget ngusik hidup lo." Kirana kembali bersuara. Beruntung, kali ini nada suara gadis itu sudah tak sekeras tadi.

"Sirik kali sama lo, Na," cetus Naya kepada Lana.

"Apa yang mau disirikin dari hidup gue? Kaya, kayaan dia. Mapan, lebih mapan dia. Mau sirikin apa dari gue? Hutang?" balas Lana, terlampau bingung dengan perkataan Naya barusan.

"Lah, Tristan?" celetuk Kirana, yang sontak mengundang lirikan pun kerutan tak mengerti dari Lana.

"Maksud lo?" tanya gadis itu.

"Jangan pura-pura bego, deh. Orang buta juga tau kalau Tristan masih belum bisa move on dari lo. Lo lupa alasan dia selingkuh karena apa?" tanya Kirana balik, yang seketika membuat Lana terdiam.

"Karena apa, emang, lupa gue?" tanya Naya.

Kirana lantas menghela napas lelahnya. "Mbak, lo tau tuh cowok demen selangkangan. Sedangkan temen lo ini tipe cewek konservatif yang dicium keningnya aja suka keinget api neraka. Saking katanya sayangnya si Tristan sama Lana, tuh laki mana berani rusak Lana dan di saat yang bersamaan, datanglah si Anneth, cewek haus belaian yang nawarin surga dunia sama tuh laki," jelas gadis itu, yang entah disadari pun tidak jika nada suaranya semakin lama semakin terpacu naik.

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang