[13] stress (un)release

6.7K 577 61
                                    

Hari sabtu adalah hari di mana Lana bisa memanjakan diri dengan beristirahat sepuas yang ia inginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Hari sabtu adalah hari di mana Lana bisa memanjakan diri dengan beristirahat sepuas yang ia inginkan. Seolah mengisi ulang energinya yang terkuras oleh berbagai aktivitas pekerjaan, Lana terkadang bisa menghabiskan hari liburnya hanya dengan merebahkan diri di dalam kamar.

Namun, nampaknya hal tersebut menjadi pengecualian untuk hari ini.

Alih-alih santai; merebahkan diri atau setidaknya me time dengan melanjutkan tontonan drama favoritnya, nyatanya Lana harus merelakan hari liburnya dengan mempelajari agenda pekerjaan baru yang telah Genaka kirim kemarin malam.

Sebenarnya, agenda pekerjaan baru yang Genaka berikan tidak menuntut Lana harus mengerjakan semua pekerjaan rumah yang ART pria itu tinggalkan untuk sementara waktu.

Genaka hanya meminta Lana untuk mengurus agenda perdapuran, seperti memasak — termasuk menyiapkan sarapan, membersihkan area kamar dan dapur seusai dipakai, serta mengurus kebutuhan pokok pria itu.

Perkara kebersihan apartemen Genaka itu menjadi urusan asisten rumah tangganya yang lain — yang menurut pria itu akan selalu dibersihkan setidaknya dua sampai tiga kali dalam seminggu.

Yang Lana permasalahkan adalah, jatah liburnya menjadi berkurang satu hari sebab Genaka memintanya untuk tetap bekerja di hari sabtu — menjadi tukang masak di apartemen pria itu lebih tepatnya.

Soal gaji sih jangan diragukan, Lana saja sampai sekarang masih syok kala mengingat additional salary yang Genaka tawarkan kemarin. Mungkin jika Gendhis mengetahui nominal gaji yang Lana terima selama menjadi asisten seorang Genaka, bisa-bisa wanita tua itu kepanasan sebab gajinya hampir menyamai gaji yang didapat Lana.

Lana melirik jam yang tersimpan di atas meja kerjanya dan gadis itu cukup terkejut kala menyadari jika ia telah menghabiskan waktu selama tiga jam hanya demi mempelajari agenda pekerjaan barunya.

Pantas saja pantatnya terasa kebas, ternyata ia telah mendudukan diri selama itu.

Kemelut persoalan Genaka dan tek-tek bengeknya memang tiada habis membuat kepala Lana sakit. Gadis itu lantas memilih untuk beranjak dari meja kerjanya dan berjalan ke luar kamar kostnya.

Kaki tanpa alas Lana berjalan pasti menuju pintu kamar sebelah kostnya yang ternyata adalah milik Kirana.

"Kirana, buka pintunya!" Lana menggedor tak sabaran pintu kost Kirana yang entah mengapa tidak kunjung dibuka oleh pemiliknya.

"Apa sih? Gue lagi sholat!" Kirana muncul membukakan pintu seusai gedoran Lana yang ke tiga kali, lengkap bersama mukena putih yang masih melekat di tubuh gadis itu. Raut kekesalan kentara terpampang pada wajah Kirana begitu mendapati Lana yang kini melemparkan tatapan dungunya.

"Dugem yuk?"

Kirana mengernyitkan dahi begitu mendengar ajakan Lana. "Sehat lo?"

Lana kontan menggeleng. "Kepala gue berat banget rasanya, butuh sesuatu biar ini beban ilang." Gadis itu mengacak rambutnya frustasi, seolah menunjukkan kepada Kirana betapa stress-nya ia sekarang.

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang