[12] resign jangan?

7.6K 598 67
                                    

"Kok Bapak yang nyetir? Pak Usman ke mana?" Lana menatap bingung Genaka yang sudah bersiap di balik kemudinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Kok Bapak yang nyetir? Pak Usman ke mana?" Lana menatap bingung Genaka yang sudah bersiap di balik kemudinya. Gadis itu merasa lima belas menit yang lalu masih melihat Pak Usman tengah mengobrol bersama pria itu, mengapa saat Lana kembali dari toilet, sopir pribadi Genaka tersebut sudah tidak kelihatan batang hidungnya?

"Anaknya tiba-tiba masuk rumah sakit, dia izin pulang duluan," kata Genaka, sambil menggerakkan kepalanya, seolah menyuruh Lana untuk segera memasuki mobil.

Lana ragu, gadis itu menatap jam pada ponselnya yang menunjukkan pukul lima lebih sepuluh menit dan itu artinya jam kerjanya telah habis sepuluh menit yang lalu. Haruskah ia pulang, alih-alih ikut Genaka kembali ke kantor? Perihal laporan hasil meeting, bisa Lana kerjakan di rumah bukan?

"Pak, saya kayaknya mau langsung pulang aja deh. Kalau Bapak mau ke kantor, duluan aja Pak," putus Lana, setelah beberapa saat bergelut dengan pemikirannya.

"Masuk. Saya antar."

Lana menggeleng; menolak keras tawaran Genaka barusan. "Nggak usah Pak — "

"Masuk, Gangika. Kamu tidak lihat ada mobil mengantre di belakang?"

Seolah timing-nya pas, bunyi klakson yang keluar dari mobil di belakang seketika mengejutkan Lana. Dengan pasrah, gadis itu membuka pintu penumpang mobil Genaka dan membiarkan bosnya mengantarkannya pulang hari ini.

Seperti yang lalu-lalu, keadaan selalu hening setiap kali Lana terjebak pada situasi di mana dirinya diharuskan berduaan dengan Genaka. Pria itu pasif, pun Lana yang tak memiliki keberanian barang membuka topik obrolan jika bukan seputar pekerjaan.

Tapi tunggu, tadi Genaka bilang akan mengantarkan Lana pulang, bukan? Memangnya pria itu tahu di mana tempat tinggal gadis itu?

"Bapak emang tau alamat rumah saya?" Lana akhirnya memberanikan diri untuk menanyakan hal yang sedari tadi bersarang di pikirannya kepada Genaka.

"Tidak."

Balasan santai Genaka benar-benar membuat Lana speechless. Gadis itu sepenuhnya menautkan tatapan tak percayanya pada Genaka. "Terus kenapa Bapak nggak nanya saya?" herannya.

"Ya kamu inisiatif kasih tau saya dong."

Astagfirullah ....

"Kenapa nggak Bapak aja yang tanya duluan? Kalau salah jalan gimana? 'Kan effort harus puter arah, udah tau Jakarta pas sore macetnya minta ampun." Tolong sabarkan hati Lana yang saat ini terlampau gemas dengan pola pikir pria di sebelahnya ini.

"Ini arahnya benar tidak?" tanya Genaka, santai, seolah sama sekali tak terpengaruh akan ocehan Lana barusan.

"Ya bener sih ...," balas gadis itu, sesaat seusai mengedarkan pandangannya pada jalanan yang dilalui mobil Genaka.

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang