[20] kenal lebih dekat

6.8K 590 37
                                    

Sepanjang perjalanan pulang, Lana terus menyugesti diri untuk tidak terpengaruh akan perkataan penuh ambigu yang Genaka utarakan beberapa waktu lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Sepanjang perjalanan pulang, Lana terus menyugesti diri untuk tidak terpengaruh akan perkataan penuh ambigu yang Genaka utarakan beberapa waktu lalu.

Lana harus ingat jika pria itu masih menyimpan foto kenangan bersama mantannya dan ia tidak boleh jatuh; terbawa perasaan begitu saja pada semua kalimat manis yang Genaka ucapkan jika tidak ingin berakhir tersakiti untuk yang kedua kalinya.

Beruntung, Genaka kooperatif begitu menyadari Lana yang tiba-tiba kehilangan minat berbicaranya sehingga pria itu hanya patuh menyetir; mengantarkan Lana pulang begitu gadis itu memberi tahu alamat rumahnya.

Setidaknya untuk saat ini, mengetahui Lana yang tak lagi menjaga jarak dengannya, bagi Genaka sudah lebih dari cukup untuk membuat perasaannya kembali tenang.

Sibuk bergelut dengan pemikirannya masing-masing, keduanya sampai tak sadar jika mobil yang mereka tumpangi telah sampai di alamat tujuan; rumah Lana.

Rumah semi minimalis berlantai dua berhalaman sangat luas itu sedikit membuat kening Genaka mengerut; terheran pun penasaran.

Pasalnya, di halaman depan rumah asistennya itu terpajang taman bermain yang cukup lengkap, pun tiga anak kecil yang kira-kira berumur lima hingga tujuh tahunan sibuk berlarian ke sana ke mari mengejar seorang anak lelaki yang wajahnya cukup mirip dengan ... Lana?

"Njun! Bantuin Mbak cepet."

Teriakkan Lana barusan membuat remaja lelaki yang sedari tadi Genaka perhatikan gerak-geriknya, sontak menghentikan kegiatannya. Lelaki remaja itu kemudian berjalan menghampiri Lana diikuti ketiga bocah yang masih saja saling bercanda satu sama lain.

"Siapa, Mbak? Pacar?" tanya remaja lelaki itu tanpa basa-basi begitu sampai di depan Lana. Matanya juga sigap melirik Genaka yang betah membisu.

"Pacar, gundulmu! Bantuin buruan!" sentak Lana, tak santai.

Anak remaja itu berdecak. "Galak si lo, Mbak, pantes gak laku-laku!" sindirnya, yang sama sekali tak Lana gubris.

Gadis itu lebih memilih mengalihkan fokusnya pada ketiga bocah yang kini berada di dekatnya. "Nando, Uci, sama Rara ikut Mbak, ayo. Mbak abis beli es krim, loh."

Seusai mengatakan hal tersebut, ketiga bocah itu antusias mengekori Lana yang kini berjalan ke dalam rumah; pergi meninggalkan Genaka bersama remaja lelaki yang sigap membantunya membawa barang belanjaan Lana.

"Kalau mau deketin Mbak, harus banyak sabar, Bang. Dia tuh trauma dideketin cowok dari golongan lo."

Genaka kini mengernyit; menatap tak mengerti remaja lelaki di sampingnya yang tiba-tiba berkata demikian. Darimana pula bocah ABG itu tahu jika saat ini Genaka tengah melakukan pendekatan pada Lana? Apa sikapnya begitu mudah terbaca oleh orang-orang?

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang