[14] babak babu dimulai

6.8K 608 92
                                    

Jika ada hal yang bisa Lana ubah dari sistem perduniawian ini, mungkin gadis itu akan menghapus hari senin dan mengubahnya menjadi hari minggu supaya jatah liburnya bertambah menjadi tiga hari dalam — oh, lagi-lagi Lana melupakan jika mulai minggu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Jika ada hal yang bisa Lana ubah dari sistem perduniawian ini, mungkin gadis itu akan menghapus hari senin dan mengubahnya menjadi hari minggu supaya jatah liburnya bertambah menjadi tiga hari dalam — oh, lagi-lagi Lana melupakan jika mulai minggu ini, hari sabtu bukanlah hari libur lagi bagi dirinya, sebab Genaka telah memberi ultimatum yang sudah tentu tidak dapat Lana tolak.

Termasuk pagi ini, di hari senin yang suram ini, Lana harus rela berangkat lebih awal dari biasanya hanya demi memasakkan bos tercintanya itu sarapan!

Tak terhitung entah sudah berapa kali Lana menguap pagi ini. Saat menaiki busway pun, Lana yang biasanya jarang tertidur, hampir saja melewatkan pemberhentiannya saking tak sadar jika telat tertidur sepulas itu.

Usaha Lana pagi ini tak sia-sia sebab tepat jam tujuh kurang lima belas menit, Lana telah berhasil sampai di depan unit apartemen Genaka.

Kini, gadis itu tengah dilanda bimbang perihal bagaimana seharusnya ia memasuki apartemen bosnya tersebut. Mengingat ini menjadi kali pertama Lana menginjakkan kaki di tempat tinggal Genaka, agaknya dirasa kurang pas jika Lana masuk begitu saja sekalipun pria itu telah memberikan kartu akses apartemennya.

Seusai menghabiskan waktu sepuluh menit untuk berdebat dengan pemikirannya, pada akhirnya Lana memutuskan untuk menghubungi Genaka terlebih dahulu.

Cukup lama bagi pria itu menerima panggilan telepon dari Lana. Gadis itu ingin menyerah di sambungan ke tiga, namun urung dilakukan sebab Genaka terlebih dahulu menerima panggilan teleponnya.

"Ya?"

Suara serak pun berat pria itu telak menyapa pendengaran Lana terlampau seksi. Mungkin jika gadis lain yang berada di posisi Lana saat ini akan menjerit kegirangan saking berdebarnya dada mereka kala mendapat sapaan suara khas pagi hari seorang Genaka.

Namun, dikarenakan Lana sudah kelewat memupuk dendam pada bosnya, rasa-rasanya kini dadanya bukan berdebar melainkan terbakar oleh kekesalan sebab mengetahui jika pria itu masih asik bergumul di atas kasur disaat dirinya harus berjibaku; berebut kendaraan umum dengan warga Jakarta yang kelewat bar-bar di pagi hari.

"Bapak baru bangun, ya?" tanya Lana, sedikit menahan sebal.

Kini, dapat gadis itu dengar gumaman tak acuh dari Genaka yang jika boleh ia tebak, pria itu masih belum sepenuhnya tersadar dari tidurnya.

"Saya udah di depan pintu apartemen Bapak," ujar Lana, kemudian.

"Masuk saja, 'kan sudah saya berikan kartu aksesnya ke kamu." Genaka membalas.

Lana menggigit bibirnya, gelisah. Gadis itu menatap bergantian pintu apartemen Genaka dan kartu akses yang setia berada dalam genggaman. "Saya nggak papa nih, masuk?" tanyanya ragu.

Personal Assistant!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang