Chapter 7 : Bertemu.

56 28 54
                                    

Hal terberat dari menjadi dewasa adalah kita harus mampu menghadapi semuanya sendirian.

Waktu kecil pengennya cepet-cepet gede, eh pas udah gede malah pengen balik lagi seperti anak kecil. Betul apa betull? Tapi mau bagaimanapun, kehidupan harus kita jalanin dengan ikhlas ya? Senang ataupun susah, sudah Allah yang menentukan takdir kita seperti apa😃

Sebelum membaca, jangan lupa sediain cemilan yaa, biar bacanya bisa sambil ngemil, kan enak tuuchh😄

Jangan lupa vote & komennya ya guysss!!!!🤍

|| A+ ||

Di sebuah minimarket seorang gadis berhijab terus saja menelusuri jajaran rak cemilan. Padahal di troli sudah banyak cemilan yang ia ambil, namun sepertinya itu masih belum cukup. Katakan jika dia memang sangat boros dalam hal belanja makanan. Memang, di hari weeekend seperti ini, ia memiliki jadwal sendiri. Ia akan berbelanja cemilan untuknya nanti menonton drakor. Ya ... drakor adalah film kesukaannya setelah Doraemon. Pagi ia akan menonton Doraemon, setelah acara tersebut selesai, ia akan ke minimarket untuk membeli cemilan untuk menemaninya menonton drakor hingga sore. Tapi ia juga tidak lupa dengan kewajibannya sebagai umat muslim. Sesibuk apapun dia, sholat adalah hal yang wajib bagi setiap muslim.

Gadis itu sedari tadi bergumam mengabsen nama-nama cemilan yang ia beli. Sesaat, ia langsung teringat dengan titipan sang kakak ipar. Memang, setiap minggu biasanya sang kakak akan berkunjung ke rumahnya. Ia berjalan menuju rak susu bayi. Di sana terdapat berbagai merk susu bayi. Memang banyak, tapi kenapa kakak iparnya itu menyuruh Azilla mengambil susu yang lebih tinggi darinya? Memang tidak menyuruh membeli yang di rak tinggi, tapi merk susu bayi yang Clarys inginkan ada berada di atas. Ayolah, Azilla memang seorang model dan syarat model harus tinggi 'kan? Tapi jika rak tersebut lebih tinggi darinya bagaimana?

Azilla dengan bersusah payah mengambil susu bayi itu, hingga dirinya berjinjit-jinjit. Seorang remaja lelaki mengambil susu yang akan Azilla ambil, kemudian memberikannya pada Azilla. Ia terkejut dengan kedatangan tiba-tiba lelaki tampan itu. Namun ia kembali menetralkan keterkejutannya.

"Terima kasih," ujar Azilla berterima kasih pada lelaki itu. Sedangkan lelaki itu hanya menangguk.

Tapi ia mengernyit kala matanya melihat terdapat luka lebam pada wajahnya. Azilla yang memang pada dasarnya gadis yang selalu merasa kasihan mencegah remaja itu. "Tunggu!" cegah Azilla saat remaja lelaki itu hendak pergi.

"Ikut aku." Azilla membawa remaja lelaki itu ke kasir lebih dulu sebelum pergi meninggalkan minimarket, lelaki itu tidak protes, ia malah mengikuti Azilla kemana ia pergi. Bahkan, Azilla tidak memegang tangan lelaki tersebut, ia malah berpegangan pada lengan kaos miliknya. Ingatkan dia jika Azilla adalah gadis berhijab yang baik-baik. Lagipula, Azilla tidak berani menyentuh lelaki kecuali ayah dan kakak laki-lakinya. Jangankan menyentuh, bertatapan dengan lawan jenis pun ia jarang. Ia tahu, berbicara dengan tidak melihat wajah itu tidak sopan, tapi ayahnya mengajarkan seperti itu, karena menatap sesama lawan jenis hukumnya adalah zina. Tentu Azilla tidak mau berdosa dengan menatap lawan jenis. Walaupun ia tahu, setiap manusia pasti memiliki dosa.

Azilla menyuruh lelaki tersebut menunggu dirinya di depan minimarket, tak lama Azilla kembali dengan membawa sebuah kotak P3K. Ya, tadi ia mengambil kotak P3K itu di dalam mobilnya. Azilla mulai menuangkan alkohol pada kapas, kemudian dengan teliti ia mengobati wajah lebam lelaki itu. Tanpa Azilla sadari, lelaki tersebut terus menatap Azilla dan tanpa lelaki itu sadari juga ia telah memuji gadis itu diam-diam.

Sesaat lelaki itu tersadar jika dirinya terus saja memuji gadis di hadapannya tersebut.

"Thank," ujar lelaki itu singkat.

Azilla mengangguk sembari menampilkan sedikit senyumnya. Walaupun sedikit, itu sangat berefek untuk lelaki itu.

"Kalo boleh tau, nama kamu siapa dan kenapa wajah kamu bisa lebam-lebam gitu? Kamu ... berantem?"

Lelaki itu mengangguk, seraya mencari sesuatu di saku celananya. Setelah mendapat apa yang ia cari, ia memberikan sebuah kartu nama pada Azilla kemudian pergi meninggalkan Azilla.

Ia menggeleng heran, kenapa lelaki itu sangat malas berbicara. Bahkan, kata terima kasih tadi pun sangat singkat. Ia kira lelaki itu tidak bisa berbicara, tapi saat lelaki itu mengucapkan terima kasih, ia jadi malu karena memfitnah yang tidak-tidak.

Azilla menatap kartu nama itu kemudian membaca nama pemilik kartu tersebut. "Arlan Padeyka Loris?" ejanya Azilla. Namun seperkian dekit ia membulatkan mata tidak percaya, benarkah? Loris? Jadi ... dia keluarga Loris?






BERSAMBUNG......

Gimana sama ceritanya guys? Seru? Asik? Apa lagi? Btw, aku ini sangatt butuh kritikan dan saran dari kalian lho. Ayo, beri krisar untuk ceritakuu🤍

A+ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang