Chapter 13 : Butik.

39 21 9
                                    

"Bahagia lo, bahagia gue juga."
_ArlanPadeykaLoris.

|| A+ ||

Jam terus saja berjalan tanpa henti juga waktu berjalan begitu cepat. Hari demi hari bahkan jam demi jam. Ini adalah hari ke 7 untuk Azilla bersekolah di SMA Wisteria. Awal-awal ia berpikir akan sulit untuk menemukan teman. Tapi ternyata dugaannya salah. Makin hari, Azilla banyak memiliki teman. Azilla senang. Murid SMA Wisteria ternyata ramah dan baik dengannya. Tapi ia juga harus berhati-hati, sebab di zaman sekarang banyak orang-orang yang hanya menampilkannya sebagai cover depan saja.

Suara notifikasi membuyarkan lamunannya. Ia mengambil ponselnya di saku rok, kemudian melihat siapa yang mengirim pesan kepadanya.

Arlan?

Ya, Arlan mengirimkan pesan padanya dan segera ia buka. Azilla menepuk jidatnya sendiri kala membaca pesan dari Arlan.

Astaga, kenapa ia bisa lupa. Hari ini Arlan dan Azilla akan pergi ke sebuah butik ternama di ibu kota Jakarta. Butik tersebut memang milik Tarissa. Ia lupa, jika hari ini Azilla dan Arlan akan fitting gaun pernikahannya. Ya, acara pernikahannya memang dipercepat, itupun Arlan yang meminta sedangkan orang tua mereka justru malah senang dan lagipun itu akan mengurangi zina untuk Azilla.

Azilla merapikan alat tulis ke dalam tas miliknya. "Aku duluan ya, Dylan," ujar Azilla pada Dylan-teman sebangkunya.

Ngomong-ngomong soal bangku yang Azilla tempati adalah tempat Dylan. Awalnya mereka pikir Dylan akan marah-marah karena tempatnya di tempati oleh seorang gadis. Memang, awalnya Dylan emosi dan tidak sudi jika ia berbagi tempat duduk, tapi ketika gadis berhijab itu duduk di sebelahnya, ia tidak tega untuk mengusir Azilla, akhirnya ia membiarkan Azilla duduk di sebelahnya. Lagipun, malah Dylan beruntung bisa duduk dengan Azilla, sebab Azilla selalu memberikan contekan padanya jika Dylan belum mengerjakan tugas. Bahkan Dylan dan Azilla sudah berteman, kadang mereka mengobrol santai.

"Yoi, hati-hati, Zil." Azilla mengangguk.

"Assalamualaikum," ucap Azilla. Kemudian pergi meninggalkan kelas setelah Dylan menjawab salamnya.

Azilla berjalan sendiri sepanjang koridor karena memang semuanya sudah bubar, hanya anak-anak ekskul saja yang masih di sekolah.

Sesampainya di parkiran, ia menoleh ke kanan-kiri memastikan jika sudah tak ada orang di sini. Serasa aman, ia langsung menghampiri mobil lamborghini berwarna hitam yang sedari tadi sudah menunggu.

"Sorry lama. Tadi aku sempet nyelesain tugas dulu sama Dylan." Mendengar nama sahabatnya, ia langsung menoleh pada Azilla.

"Dylan?" tanya Arlan mengulang. Sedangkan Azilla hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Gak usah deket-deket sama dia ... ralat gak usah deket-deket sama cowok selain gue."

"Berarti aku juga gak boleh deket sama ayah, bang Geswa, papah sama Raja?"

"Ck! Maksud gue kecuali cowok keluarga kita. Paham?"

"Kenapa?"

"Bacot!"

Azilla sempat tersentak dengan ucapan tinggi Arlan, kemudian menghela nafas. Sabar. Hanya itu yang bisa ia ucapkan. Sepanjang jalan tidak ada percakapan yang mereka obrolkan, Arlan hanya fokus pada jalanan sedangkan Azilla malah sibuk bermain games di ponsel Arlan. Tadi Azilla sempat meminjam ponsel pada Arlan sebab ponselnya tiba-tiba saja mati entah kenapa. Mungkin ponselnya ingin minta diganti, mangkanya mati. Arlan yang tidak keberatan pun memberikan ponselnya pada Azilla dengan syarat jangan pernah membuka whatsApp dan lainnya yang bersangkutan dengan pribadi. Azilla tak masalah, karena dirinya hanya ingin bermain games saja untuk menghindari kebosanan.

Mobil milik Arlan berhenti di depan sebuah butik ternama di Jakarta. Mereka berdua keluar dari mobil kemudian masuk ke dalam butik tersebut.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Eh, mantu Mamah udah dateng ternyata," ujar Tarissa kemudian Azilla menyalimi punggung tangan mertuanya.

"Gaunnya udah Mamah siapin. Kamu tinggal pilih dan coba pakai aja ya. Yuk," ajak Tarissa. Azilla tersenyum mengangguk kemudian mengikuti langkah Tarissa sedangkan Arlan disuruh menunggu di sofa.

Arlan memainkan ponselnya sambil menunggu. What? Ponsel Arlan terdapat sebuah aplikasi games bayi. Yang di mana orang yang memainkan games tersebut harus mengurus bayi itu. Lihat! Azilla bahkan menyukai games bayi juga. Ia tahu jika Azilla sangat menyukai anak kecil. Sebab Azilla sering bermain dengan adiknya.

"Ck! Bocah," celetuk Arlan, tapi tak ayal ia tersenyum sambil geleng-geleng.

A+ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang