Chapter 22 : Rahasia.

4 1 0
                                    

"Bahagia itu sederhana. Mensyukuri, mencintai dan menjaga apa yang kita miliki."
_Arlan.

|| A+ ||

BRAK

PRANGG

"AARRGG!!" Suara teriakan dan benda berjatuhan terdengar begitu nyaring dan menggema di ruang kamar bernuansa merah muda. Seorang gadis cantik feminim itu nampaknya tengah emosi. Semua benda berjatuhan dan pecah. Tangan gadis tersebut mengeluarkan darah segar akibat memecahkan kaca rias. Matanya melotot tajam, wajahnya memerah menahan amarah serta tangan yang mengepal kuat. Tak bisa dibayangkan semarah apa gadis itu.

"Sialan! Ternyata hama masih ada." Gadis itu berjalan menuju papan yang isinya ada berbagai macam foto orang lain. Ada sebagian foto yang ia coret tanda silang dengan tinta warna merah, ada juga yang hanya dilingkari di fotonya.

"Elnara, Elnara. Lo itu stupid, mau aja gue bohongin, haha." Gadis tersebut tertawa namun detik kemudian, wajahnya kembali datar serta mata yang semakin menajam.

"Gue kira. Setelah matinya lo. Gue bakal dengan mudahnya dapatin cinta gue, ternyata masih ada aja hama di sekitar." Gadis itu mengambil tinta berwarna merah kemudian ia coret wajah di salah satu foto yang ada di papan tersebut.

"Harus gue apain orangnya?" Ia tersenyum smirk kemudian menatap benda tajam yang sedari tadi sudah ia pegang.

Tok tok tok

Bunyi ketukan pintu mengalihkan atensi gadis tersenyum. Yang awalnya tersenyum smirk, kini wajah itu sudah berubah menjadi datar. Sungguh, dia sangat ahli dalam mengendalikan raut wajah.

"Sha? Ada Melody tuh di bawah," ujar wanita paruh baya-Lolita namanya.

Gadis itu berdecak. "Mau ngapain tuh si anjing ke rumah gue?" tanyanya pada diri sendiri.

"Iya, Mom. Suruh tunggu aja bentar," balas gadis itu.

"Wait. Target selanjutnya apakah ... Azilla? Oke, nanti gue pikirin lagi." Kemudian kembali menaruh papan tersebut agar tidak ada yang mengetahuinya, lalu turun ke bawah untuk menemui temannya. Tapi sebelum itu, ia sudah lebih dulu meminta asistennya untuk membersihkan kamarnya.

|| A+ ||

Hujan deras di kota Jakarta membuat orang orang yang berlalu lalang di trotoar jalan maupun yang lainnya, berhamburan untuk mencari tempat berteduh. Di sebuah warung kecil, terlihat dua orang berbeda gender tengah menikmati makan mie ayam di pinggir jalan dengan derasnya hujan yang turun.

Azilla. Gadis itu terlihat menikmati sekali mie ayam yang ia makan. Tidak perduli dengan suara hujan yang begitu derasnya.

Disebelahnya ada cowok berwajah datar nan dingin bernama Arlan yang sedang memandanginya dengan bibir yang mengulas senyum tipis. Bahkan dirinya juga tidak sadar jika sedari tadi terus saja memandangi Azilla dengan senyum tipisnya. Melihat Azilla seperti ini rasanya sangat ... ah, ia tidak bisa mendeskripsikannya. Entah, ada rasa bahagia tersendiri untuknya.

Azilla yang merasa dirinya diperhatikan terus oleh Arlan menoleh kepadanya. "Why? Dari tadi ngeliatin terus?" tanya Azilla.

Arlan yang tercyduk tengah memandangi Azilla pun lantas merubah ekspresinya menjadi datar dan dingin, seperti biasanya.

Arlan berdeham. "Pede." Kemudian mengalihkan wajahnya pura-pura sibuk dengan ponsel.

Azilla mengernyit, tak acuh, kemudian melanjutkan memakan mie ayamnya yang tinggal sedikit.

Hujan terus saja membasahi kota Jakarta, sedari tadi siang hujan tidak pernah berhenti, terus saja turun. Untungnya Arlan membawa mobil jadinya ia tidak bingung harus memakai apa pulangnya.

Tak terasa memang, pernikahannya dengan Azilla sudah berjalan 5 minggu dan selama itu pula Azilla selalu memberikan perhatian-perhatian kecil kepadanya. Contohnya saja saat kemarin Arlan dan gengnya tawuran, Azilla dengan telaten mengobati luka lebam di wajah tampan milik Arlan. Ketika sakit, dengan sabarnya Azilla merawat dirinya hingga sembuh kembali. Membuatkan dirinya sarapan, memasakkan masakan kesukaannya dan setiap malam Azilla selalu memberikan cowok itu susu sebelum tidur, itu memang kebiasaan Arlan sejak dulu. Bahkan ketika ia disibukkan dengan berkas-berkas pekerjaannya pun Azilla selalu membuatkan dirinya kopi. Soal pekerjaan, saat ini Arlan memang sudah bekerja di perusahaan milik Arya, itupun hanya untuk sementara. Katanya Arya ingin beristirahat sebentar.

"Yuk, pulang! Hujannya juga udah sedikit reda," ajak Azilla setelah selesai memakan mie ayam.

Arlan mengangguk, kemudian membayar makanannya terlebih dulu sebelum meninggalkan tempat.

"Kita mau kemana lagi?" tanya Arlan sembari memasangkan seltbeat nya.

"Pulang. Aku belum masak buat makan malam nanti soalnya."

Arlan mengangguk, kemudian mulai menyalakan mesin mobilnya untuk pergi dari sana.

Kegiatan sehari-hari Azilla selama menikah memang sudah berubah. Ia tidak lagi menghabiskan waktunya untuk menonton drakor. Sekarang, Azilla lebih banyak menghabiskan waktunya dengan beres-beres apartemen atau jika ia merasa bosan, cewek itu selalu membuat kue, brownis atau masakan ringan lainnya. Pagi sebelum berangkat sekolah Azilla menyempatkan diri untuk membereskan apartemen, lalu sepulang sekolah ia akan memasak untuk makan malam. Malam adalah waktunya ia belajar. Terkadang Azilla sering mengeluh karena kelelahan. Tetapi ia tidak boleh terus-menerus mengeluh seperti itu. Sebab ia tahu bundanya pun pasti merasakan hal yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A+ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang