Chapter 17 : Masalah Baru.

29 13 2
                                    

"Jangan pernah merasa tinggi, karena di atas langit masih ada langit."
_AzillaArizkaPriscanara.

|| A+ ||

Siang ini, Arlan menghambiskan waktu istirahatnya di kantin bersama anggota inti Delvaros.

Pandangannya mengedari suasana kantin yang ramai. Hingga tanpa sadar, ia beradu pandang dengan gadis yang duduk dua meja di depannya. Hanya beberapa detik, namun cukup membuat seluruh pikiran Arlan teralih pada gadis itu. Kontak mata mereka terputus, gadis itu kini tertunduk menatap layar ponsel miliknya.

Kenapa dengan gue? tanya Arlan dalam hati.

Dia menggeleng kemudian memfokuskan dirinya menatap layar ponsel miliknya. Haruto tahu jika sedari tadi Arlan menatap seorang gadis hijab. Tidak ada yang menyadari, hanya dirinyalah yang menyadari jika Arlan terus saja menatap gadis itu.

"Suka?" tanya Haruto pada Arlan. Para sahabatnya mengernyit bingung kemudian menatap Haruto tanda tanya kala mendengar pertanyaan dari Haruto untuk Arlan. Suka? Apa maksudnya?

"What? Suka? Maksud lo apa Har?" tanya Angkasa bingung.

Bukannya menjawab pertanyaan dari Angkasa, Haruto malah mengendikkan bahunya acuh kemudian kembali ke layar ponselnya. Sedangkan Arlan hanya diam tak berniat untuk menjawab pertanyaan tadi. Suka? Apa mungkin Arlan menyukai gadisnya itu? Yang bahkan sekarang saja statusnya sudah menjadi istri Arlan.

"Plislah, mau ganti temen boleh gak sih? Kena mental gue temenan sama anak dakjal semua," ujar Angkasa seolah frustasi memiliki teman yang kelakukannya seperti dakjal.

"Lo yang dakjal, anjir. Playboy cap dakjal," sahut Dylan.

"Si anjing malah ngatain. Kenapa lo, iri? Gue kasih tau nih ya sama lo semua. Gue jadi playboy itu karena belum nemu jodoh yang pas. Ya, mungkin aja jodoh gue masih dijaga sama orang lain," ujar Angkasa.

Dylan bergidik. "Buat apa gue iri sama playboy macem lo? Gak guna." Menatap Angkasa sinis.

|| A+ ||

Azilla baru saja mendapatkan tempat duduk yang kosong. Entah kenapa hari ini kantin begitu ramai. Azilla dan Meisha mencari tempat yang masih kosong, lalu Violetta dan Melody sedang memesan makanan untuk mereka. Sedangkan Ajeng, dia harus ke ruang OSIS terlebih dulu karena harus ada rapat penting.

Violetta dan Melody pun agak lama membelinya karena suasana kantin yang cukup ramai. Sembari menunggu, Azilla bermain ponsel miliknya, tapi matanya tidak sengaja berpapasan dengan sosok cowok yang angkuh. Tanpa sadar mata mereka saling pandang. Dapat Azilla lihat, jika tatapan itu bukanlah tatapan biasa. Ia hanya bisa menebak saja tidak tahu apa arti tatapan itu.

Tampan, puji Azilla dalam hati.

Buru-buru Azilla mengalihkan tatapannya, tersadar akan apa yang ia lakukan. Kemudian beralih fokus pada ponsel miliknya.

Violetta dan Melody datang dengan 2 nampan makanan yang mereka pesan. Mie ayam, bakso, nasi goreng serta minumannya. Violetta meletakkan pesannya ke meja, kemudian menduduki kursi kantin.

"Lho? Memei mana?" tanya Melody saat tidak melihat Meisha di kursinya.

"Tadi dia izin ke toilet," jawab Azilla

Melody dan Violetta mengangguk kemudian mereka mulai menikmati makannya dengan khidmat.

Suasana kantin yang tadinya hanya berisik kini malah menjadi semakin ricuh. Bahkan banyak dari mereka yang melihat kejadian itu. Entah kejadian apa.

Azilla bingung karena suasana kantin menjadi seperti ini. "Ini ada apa? Kok pada ricuh?" tanya Azilla heran.

Melody mengangkat bahunya acuh, kemudian kembali pada makanannya. "Paling aksi bullying," jawab Violetta.

Azilla terkejut. Bully? Selama Azilla bersekolah, dia bahkan tidak pernah menemukan aksi bully seperti ini.

Azilla mengedarkan pandangannya ke arah keramaian itu, tapi ia dapat melihat jika ada seorang siswi yang ditampar. Ia sedikit menyipitkan matanya untuk memastikan siapa gadis yang kena bully itu. Matanya membola terkejut, jika siswi yang dibully adalah temannya.

"Lo kenapa, Zill?" tanya Melody saat melihat raut wajah keterkejutannya.

Azilla tidak menjawab pertanyaan Melody ia malah bangkit kemudian berlari menuju kerumunan itu. Melody dan Violetta yang melihat berlari menuju kerumunan mengernyit heran. Apakah Azilla juga akan menontonnya seperti yang lain? Atau mau menyelamatkan siswi yang terkena bully? Mau tak mau, Violetta dan Melody juga menghampiri Azilla.

Violetta dan Melody dapat melihat jika Azilla sedang membantu siswi itu berdiri. Mereka tidak bisa melihat siapa siswi yang dibully itu karena terhalang oleh kuruman lainnya. Tapi ia juga dapat mendengar jika Azilla sedang membantu siswi itu.

"Maksud kamu apa nampar teman aku?" tanya Azilla tenang.

Siswi bername-tag Refiana itu menatap Azilla remeh. Ia menegakkan tubuhnya angkuh. "Oh, ini temen lo? Bilangin kalo jalan yang benar!" Tunjuknya pada siswi yang dibully itu.

"Udah Zil, gue gak papa kok," elaknya.

"Gak papa gimana? Pipi kamu di tampar, Mei. Kamu juga kenapa diem aja pas kamu di tampar?"

Azilla bukan tipe cewek yang lemah, yang membiarkan temannya dibully begitu saja. Sudah di bilang, Azilla itu orang yang baik dan penolong, dia tidak tega jika orang lain menindas seseorang. Apalagi aksi bully ini.

"Serius gue gak papa ..."

"Sekali lagi, maafin gue Ref," lanjutnya dengan menunduk.

"LO PIKIR DENGAN LO MINTA MAAF BAKAL BIKIN SERAGAM GUE JADI KERING LAGI, HAH!?"

"Aku emang gak tau masalah kalian. Tapi kenapa kamu sampai marah-marah gini? Lagipun Meimei juga udah minta maaf sama kamu."

"Lo siapa anjing nasehatin gue, hah? Lo pikir dengan cara lo yang berhijab, bangga gitu bisa nyeramahin gue? Lo gak beda jauh sama mereka. Lo dan dia, cuman orang rendahan! Bersyukur lo bisa sekolah di sini karena sekolah ini nerima anak beasiswa kayak kalian."

"Tutup mulut kamu ya! Kamu pikir dengan cara kamu yang gini, kamu merasa berkuasa?"

"IYA! Gue Refiana Claretta Damian. Anak terkaya di Indonesia. Inget! Lo cuman rendahan, jelas beda jauh dengan gue."

"CUKUP! Apa kamu gak malu memamerkan yang bahkan bukan kekayaan kamu sendiri melainkan orang tua kamu. Aku tau, sifat angkuh kamu ini bikin semua orang muak sama kamu!"

"GAK USAH BACOT LO! BERANI LO SAMA GUE, HAH? LO ITU CUMAN DARI KELUARGA RENDAHAN. Gue tau, kenapa lo pake hijab, karena lo cuman menutupi semua kebusukan lo 'kan? Supaya orang-orang gak tau kalo lo itu sebenernya ja.lang!"

PLAK!

Satu tamparan berhasil Azilla layangkan pada pipi kiri Refiana. Gadis itu terkejut, pipinya perih akibat tamparan Azilla.

"Kamu boleh hina aku, tapi apa hak kamu ngehina keluarga aku yang bahkan kamu aja gak tau siapa keluargaku. Kamu tau kenapa aku pakai hijab? Karena aku gak mau mempertontonkan aurat wanita, karena itu bakal banyak timbul dosa untuk aku sendiri. Dan satu lagi. Untuk apa aku takut sesama manusia? Apalagi manusia angkuh seperti kamu. Inget satu hal, jangan pernah kamu merasa tinggi, karena di atas langit masih ada langit," ujar Azilla kemudian membawa Meisha ikut dengannya.

Banyak penonton yang tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ini benar-benar sangat mengejutkan.

A+ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang