Chapter 18 : Canggung.

60 29 29
                                    

suka kasihan sama hidup sendiri, tapi ya mau gimana lagi, lagi lagi yaudahlah.

Ya udahlah, cukup dijalanin aja. Emang udah semestinya begini kan.

Azilla membuka matanya kala suara alarm dari ponselnya berbunyi. Mematikan alarm itu kemudian sedikit menggeliat sebelum duduk menyenderkan kepalanya pada kepala kasur. Mengumpulkan kesadarannya beberapa menit. 05.30. Azilla membulatkan matanya. Tidak! Ia terlambat bangun. Ia memang sedang berhalangan, makanya tidak sholat dan malah bangun terlambat.

Azilla bangkit dari tempat tidur kemudian berjalan menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama, karena memang Azilla buru-buru. Ia menatap Arlan yang tengah tertidur nyenyak. Meneguk selavinya susah kemudian membuang muka ke arah lain. Huh! Kenapa Arlan tidur tidak menggunakan baju? Apa dia lupa jika ada Azilla di sini. Lupakan! Ia sudah benar-benar telat. Dirinya harus membantu sang mamah mertua memasak.

Azilla berjalan menuju dapur. Di sana sudah ada Tarissa yang sedang memasak juga dibantu oleh pembantu. Ia jadi tidak enak karena bangun terlambat.

"Mah?" panggil Azilla.

Tarissa menoleh saat mendengar ada yang memanggil dirinya. "Eh? Zilla. Selamat pagi sayang," ucap Tarissa tersenyum.

"M-maaf Mah aku bangun telat ...."

" ... Bi, biar aku aja yang lanjutin ya," ucap Azilla sambil meraih pisau yang bi Sari pegang untuk memotong sayuran.

"Tidak usah Non, biar Bibi saja," ucap Sari mencegah.

"Iya, Zil, kamu mending duduk aja ya. Bentar lagi juga selesai kok," timpal Tarissa.

"Mah?" Azilla mengecerut. Hal itu membuat Tarissa luluh dengan muka melasnya. Walau menantu, Tarissa sangat sayang pada Azilla.

Tarissa menghela nafas sejenak, kemudian tersenyum kepada Azilla. "Ya sudah. Ini, kamu lanjut aja ya, Mamah mau bangunin Raja." Azilla mengangguk kemudian Tarissa pergi meninggalkan dapur.

Azilla melanjutkan memasak yang sempat tertunda oleh Tarissa. Memasak adalah hal yang paling Azilla sukai. Memasak dengan berbagai jenis hidangan pernah ia lakukan bahkan membuat kue yang super lezat pun sudah pernah ia coba. Karena memasak adalah keahlian seorang Azilla. Tapi ingatkan kembali jika manusia tidak ada yang sempurna. Dibalik kelebihan seorang Azilla, tentu ia juga punya kelemahan.

Setelah selesai memasak, Azilla menghidangkannya di meja makan. Tak lama Tarissa, Raja dan Arya datang. Mereka tersenyum melihat menantunya yang seperti antusias jika urusan memasak.

"Wah, aromanya enak nih kayaknya," ujar Arya kemudian duduk.

"Pasti enak dong, Pah. Mantu kita 'kan ahlinya masak," ujar Tarissa memuji.

"Wah, ada ayam goreng. Raja mau ayam gorengnya, Mah," ujar Raja yang sangat antusias ketika melihat ada ayam goreng, sebab ayam goreng adalah kesukaan dia.

"Iya, sebentar ya. Tunggu yang lain dulu, sayang."

"Kamu panggilkan Arlannya gih, Zil," suruh Tarissa kepada Azilla.

Azilla mengangguk kemudian pamit untuk memanggil Arlan. Tapi langkahnya terhenti kala melihat orang yang akan ia panggil sudah berjalan ke arah meja makan.

"Gak perlu. Orangnya udah di sini," ujarnya kemudian menggeser kursi untuk dirinya duduk.

"Ya sudah, ayo kita mulai sarapannya," ujar Arya.

Azilla kembali duduk di hadapan Arlan. Mengambil piring milik Arlan untuk melayani suaminya.

"Mau pakai apa?" tanya Azilla kepada Arlan.

"Terserah."

Azilla menghela nafas sejenak, kemudian mengambil nasi dan lauk pauknya sesuai keinginan dirinya. Terserah 'kan? Itu berarti terserah dirinya.

Acara sarapan berjalan dengan khidmat. Setelah beberapa menit. Azilla dan Tarissa membersihkan bekas makan mereka, pembantunya pun ikut membantu memcuci piring. Sedangkan Raja, Arlan dan Arya pergi ke ruang keluarga.

Setelah selesai membersihkan semuanya, Azilla dan Tarissa menghampiri mereka ke ruang keluarga. Ia melihat, jika mereka sedang menonton televisi sedangkan Arlan malah bermain ponsel.

"Pah, Mah. Hari ini Arlan sama Zilla mau pindah," ujar Arlan tiba-tiba membuat mereka yang sedang fokus menonton televisi menjadi terkejut.

"Hah? Lho? Kok mendadak sih bilangnya, Ar," ujar Tarissa.

"Iya, kenapa bilangnya mendadak dan kenapa juga kalian mau cepet-cepet pindah?" tanya Arya menimpal.

Azilla dan Arlan saling pandang. Semalam memang mereka sudah membahas perihal keinginan Azilla. Arlan sempat menolak, karena masih ingin dengan orang tuanya, apalagi jika sakit 'kan Arlan suka manja dengan mamahnya. Azilla terua saja memohon dan mau tak mau Arlan hanya bisa mengangguk pasrah.

"Maaf, Pah, Mah. Ini memang keinginan Zilla sendiri. Zilla gak mau terus-menerus ngerepotin kalian," sahut Azilla.

"Astaga sayang. Kamu gak ngerepotin Mamah dan papah kok. Malah kita seneng, karena nambah keluarga. Iya 'kan, pah?"

"True. Tapi ya sudah, kalau memang ini sudah menjadi keputusan kalian. Papah tidak bisa melarang," ujar Arya.

"Tapi kalian mau pindah kemana?" tanya Tarissa.

"Aku sama Zilla mau tinggal di apartement Arlan yang dulu, Mah," jawab Arlan.

Arlan memang mempunyai apartement. Apartement itu adalah sebuah hadiah ulang tahunnya dari kakek Arlan. Kakek Arlan menghadiahkannya ketika Arlan ulang tahun yang ke-5.

"Apartement? Kenapa gak beli rumah aja?" tanya Aryo.

Arlan menggeleng. "Enggak, Pah. Untuk sementara kita tinggal di apartement dulu."

"Ya sudah. Jadi kapan kalian akan pindah?" tanya lagi Arya.

"Siang ini, Pah. Barang-barangnya juga udah kami siapin dari semalam."

|| A+ ||

Siang sudah berganti malam. Matahari pun sudah berganti dengan bulan dan bintang yang menerangi langit.

Seperti yang mereka bilang tadi. Siang ini Azilla dan Arlan akan pindah ke apartement.

Kini Azilla tengah mempersiapkan bahan untuk makan malam ini. Di apartement ini sudah banyak menyediakan bahan masakan, ia jadi tidak perlu repot-repot keluar untuk membeli. Apartement milik Arlan memang tidak terlalu besar, tidak juga kecil. Bahkan kamarnya saja hanya ada 2. Arlan tidur di kamarnya sendiri dan Azilla tidur di kamar tamu. Sehabis pindah, Azilla langsung membereskan pakaiannya ke dalam lemari, sedangkan Arlan, dia langsung pergi begitu saja entah kemana. Arlan juga tidak memberitahu Azilla akan pergi ke mana.

Jadilah Azilla hanya bersih-bersih apartement, dari pada dirinya gabut tidak melakukan apa-apa.

Setelah berkutat dengan dapur, masakan pun akhirnya sudah Azilla hidangkan. Semua masakan sebagian makanan kesukaan dirinya. Ia tidak tahu apa kesukaan Arlan, jadinya ia hanya memasak seadanya.

Suara derapan langkah terdengar. Ia menoleh, mendapati Arlan yang urakan. "Ar, makan dulu, yuk. Aku baru selesai masak," ujar Azilla.

Arlan tidak menoleh ataupun merespon, ia malah melengos pergi begitu saja memasuki kamar. Azilla yang melihat itupun hanya bisa menghela nafas sabar. Mau tak mau Azilla makan terlebih dahulu. Bukannya tidak ingin menunggu Arlan, tapi ia sudah benar-benar sangat lapar. Ia tidak ingin maagnya sampai kambuh.

A+ (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang