satu

4K 446 8
                                    

Baik Beomgyu maupun Taehyun kini sedang membereskan barang mereka masing-masing. Mulai hari ini keduanya menempati sebuah penthouse milik keluarga Kang.

Tak ada yang membuka percakapan. Hanya keheningan di antara mereka. Keduanya bahkan belum membuka suara sejak pertama kali mereka bertemu. Sama sekali belum pernah saling bicara.

Lucu, memang.

Perjodohan dadakan antara kedua keluarga bukanlah kemauan mereka. Terutama bagi Choi Beomgyu—atau sekarang marganya berganti Kang—yang masih menjalani semester akhir masa kuliahnya. Pernikahan sangatlah mendadak baginya.

"Menikah saja. Ini juga demi kebaikanmu."

Beomgyu masih ingat kata-kata ibunya hari itu. Sampai sekarang pun Beomgyu tak paham, demi kebaikannya yang mana? Dimana letak masa bahagia Beomgyu bila ia dipaksa menikah dengan orang yang bahkan tidak ia kenal?

Tapi pun, semua sudah terjadi.

"Kau sudah selesai?"

Beomgyu menoleh seketika. Laki-laki yang kini menyandang status sebagai suaminya itu sedang berdiri di belakangnya dengan kedua tangan dilipat di depan dada, memperhatikan buku-buku yang sedang Beomgyu tata.

"Belum," jawab Beomgyu singkat sambil kembali menata bukunya.

"Kalau sudah temui aku di ruang tamu. Kita cari makan."

Setelah mengatakannya, Taehyun berbalik dan meninggalkan Beomgyu.

Helaan napas Beomgyu keluarkan. Barusan adalah percakapan pertama mereka semenjak pertama kali bertemu, dan rasanya sangat kaku.

Tak heran. Mereka sama sekali tak saling mengenal. Mengesampingkan status pernikahan, keduanya masihlah orang asing.

Sepuluh menit kemudian, Beomgyu menyusul ke ruang tamu. Di sana, Taehyun duduk di menyender pada sofa sembari memainkan ponselnya.

Begitu menyadari kehadiran Beomgyu, Taehyun segera mematikan ponselnya dan berdiri.

"Mau makan apa?"

Beomgyu nampak berpikir. Kedua maniknya bergulir, bibirnya mengerucut. "Kimchi?"

Mendengar jawaban Beomgyu yang ragu, Taehyun memicing. Sedang yang ditatap hanya mengangkat kedua bahunya—tidak tahu, atau tidak yakin.

Taehyun menghela napas. "Oke, ayo."

Dan Beomgyu pun hanya mengekor.

Selama perjalanan di dalam mobil, tak ada yang bicara. Keduanya diam. Beomgyu tak berani membuka suara, tak tahu harus bicara apa. Sedang Taehyun terlihat memang tak ingin membuka mulut.

Lima belas menit kemudian, mobil pun berhenti di sebuah restoran sederhana di dekat taman kota. Keduanya segera masuk dan memesan makanan. Duduk di meja untuk dua orang, Taehyun memilih meja dekat jendela luar.

Dan sampai makanan tersaji di meja pun keduanya masih sama diam. Suasana antara keduanya benar-benar hening, sangat dingin.

Beomgyu mencoba menyantap nasi goreng kimchinya setenang mungkin. Sebenarnya ia benar-benar lapar, tapi tak mau terlihat kelaparan dan makan dengan rakus di depan suaminya.

Tiba-tiba Beomgyu merasakan usapan di sudut bibirnya. Secara spontan Beomgyu langsung menepisnya dengan keras. Rupanya barusan adalah tangan Taehyun yang terulur dan mengusap noda saus di ujung bibir Beomgyu.

Bisa Beomgyu lihat Taehyun cukup terkejut. Beomgyu lebih terkejut lagi.

"A-ah, maaf. Aku tidak sengaja," ucap Beomgyu hati-hati.

"Tidak apa." Taehyun hanya membalas singkat, kemudian kembali makan.

Beomgyu merasa tidak enak. "A-aku hanya tidak terbiasa. Jadi aku kaget saja."

"Iya."

Jawaban pendek Taehyun membuat Beomgyu kembali diam. tak berani berkutik setelahnya.

Selesai makan, mereka pulang. Selama di dalam mobil Beomgyu terus menunduk. Mungkin ia masih merasa bersalah soal tadi. Dan Taehyun sepertinya menyadari hal itu. Taehyun tidak menyalahkan Beomgyu. Wajar bila istrinya itu bertingkah defensif. Karena seperti kata Beomgyu tadi, ia hanya tidak terbiasa.

"Kau ingin sesuatu yang lain sebelum kita pulang?"

Pertanyaan Taehyun hanya dijawab dengan gelengan singkat.

Mobil Taehyun pun berhenti di sebuah minimarket. Laki-laki itu segera turun, meninggalkan Beomgyu tanpa berkata apapun. Sedang Beomgyu masih diam. Mungkin Taehyun ingin membeli sesuatu untuk dirinya sendiri.

Beomgyu memerhatikan Taehyun dari tempatnya duduk. Bisa ia lihat gerak-gerik laki-laki itu di dalam minimarket. Taehyun sedang menelpon seseorang sambil melihat-lihat sekitar.

Lima menit berlalu, Taehyun pun kembali. Ia menyerahkan kantong plastik pada Beomgyu begitu saja, kemudian menyalakan mobilnya.

Karena penasaran, Beomgyu membuka kantong itu dan melihat isinya. Ada sekotak eskrim dan beberapa roti. Kedua mata Beomgyu melebar. Semua ini adalah merk dan rasa favoritnya.

"Itu untukmu."

Beomgyu menoleh pada Taehyun yang sibuk mengemudi. Seulas senyum terbit di bibir Beomgyu. "Terima kasih."

Taehyun melirik, melihat senyum itu. Sayang, Beomgyu tak melihat senyum Taehyun barusan.[]

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang