tiga puluh enam

2K 216 44
                                    

Hari ini Beomgyu terpikir sesuatu yang menurutnya bagus untuk ditanyakan pada suaminya. Maka Beomgyu pun segera menanyakan pada Taehyun setelah acara makan malam mereka selesai.

"Tae, kalau misal aku lebih tua dari kamu bagaimana?"

Taehyun yang baru saja selesai mencuci piring pun menoleh pada istrinya dengan dahi berkerut. "Maksudmu?"

"Yaa kamu pernah bilang kan kalau kamu dapat peran suami karena kamu lebih tua. Nah kalau ternyata pas kita nikah aku yang lebih tua, berarti kamu jadi istriku dong?"

Satu dengkusan remeh keluar dari Taehyun. "Keh! Kayak kamu bisa jadi suamiku aja."

"Bisa lah!" sahut Beomgyu mantap. "Tapi nanti namamu yang ganti, Tae. Jadi Choi Taehyun, begitu hehe."

"Choi Taehyun ..." Taehyun menggumamkan nama itu berkali-kali. Semakin diucap semakin dahinya berkerut. "Jelek."

Beomgyu seketika tertawa. "Padahal bagus loh, Tae."

Dan obrolan pun berlanjut ketika keduanya sudah mapan di atas ranjang hendak pergi tidur. Beomgyu masih berandai-andai apabila ia yang lebih tua dari Taehyun. Karena dulu Beomgyu sempat berpikir akan menjadi seorang suami dari seseorang, namun malah berakhir ia mendapat peran istri dalam pernikahannya.

Tidak, bukannya Beomgyu keberatan. Justru ia suka. Maka dari itu ia hanya berandai-andai.

"Tae, kamu mau gak jadi istriku? Sehari aja, begitu," ucap Beomgyu spontan dengan wajah sumringah.

Taehyun sedari tadi diam mencoba menjadi pendengar yang baik, dan kini ia malah melempar tatapan memicing pada Beomgyu.

"Kayaknya asyik deh, Tae." Beomgyu menambahi.

Bukannya menjawab, Taehyun malah memandangi wajah Beomgyu lamat-lamat. Kemudian ia berkata, "Kamu cantik begitu, yakin bisa jadi suamiku?"

"Yakin lah!"

"Memang kalau kamu jadi suamiku, kamu mau apa? Mau ngapain?"

Beomgyu pun memasang pose berpikir dan bergumam panjang. Wajahnya nampak serius sekali—Taehyun jadi gemas melihatnya. Mungkin sekitar sepuluh detik lamanya Beomgyu berpikir keras akan jawaban untuk pertanyaan Taehyun. Dahi anak itu sampai berkerut saking kerasnya berpikir.

"Iya ya. Aku mau ngapain?" gumamnya pelan. "Mau menafkahi kamu kali ya, Tae?"

"Gajiku udah besar. Aku gak perlu dinafkahi," respon Taehyun—terdengar sedikit sombong.

Beomgyu kembali berpikir. Lalu ia bertanya, "Memangnya suami itu kerjaannya apa ya, Tae? Selain menafkahi."

"Meniduri istrinya."

Jawaban Taehyun barusan membuat pipi Beomgyu memerah dan maniknya melotot. Dengan sigap Beomgyu langsung memukulkan bantal pada suaminya itu. Sedangkan sang korban pukulan hanya nyengir lebar—tertawa kemudian.

"Serius, Tae!"

"Ahaha iya, iya, maaf." Taehyun pun kembali menatap Beomgyu setelah tawanya reda. "Lagian kamu serius amat sih? Pengin banget jadi suamiku?"

"Ya enggak. Tapi kan penasaran. Sehari aja kok, Tae. Mau ya?"

Taehyun memejamkan matanya menahan tawa. "Yang kemarin main tapi keluar duluan gak usah sok mau jadi suami ya, Sayang."

Dan lagi-lagi Beomgyu memukulkan bantal pada Taehyun lantaran malu. Wajahnya bahkan sudah merah totoal.

"Ya udah, begini aja." Taehyun berubah posisinya bertumpu siku dan menghadap Beomgyu. "Kalau kamu bisa mendominasiku sekarang, kamu boleh jadi suamiku besok. Meski aku gak tahu kamu mau ngapain juga sih."

Wajah Beomgyu seketika cerah, terlihat bersemangat. "Oke!"

Beomgyu tiba-tiba mendorong bahu Taehyun dan beranjak naik ke atasnya, duduk di perut yang lebih tua. Kedua tangannya bertumpu di sisi kepala Taehyun, seakan mengukung lelaki itu di bawahnya.

Taehyun cukup terkejut, tentu saja. Namun ia membiarkan Beomgyu dan hanya menatapnya dengan senyuman seolah sedang menggodanya. "Nah, kamu mau ngapain?"

Ditanya seperti itu, Beomgyu langsung diam. Bibirnya dikulum ke dalam, ia benar-benar bingung harus apa. Dan kalau boleh jujur, ia tiba-tiba merasa malu sendiri. Kenapa pula tadi ia sangat menggebu untuk mendapat peran suami barang sehari saja?

Otak Beomgyu pun aktif, muncul gambar-gambar tidak senonoh, "Masa iya aku harus sek—tunggu, tidak! No! Gak mau, aku gak sanggup! Aku—"

"Ah!" Beomgyu terkesiap kala merasakan tangan Taehyun meremat pinggangnya.

"Ayo. Katanya mau jadi suamiku."

Kalimat dan tatapan remeh dari Taehyun malah membuat Beomgyu makin malu. Ia sadar ia bingung, ditambah Taehyun yang mengompori malam menjadikan Beomgyu gelagapan dan mati kutu.

Karena merasa malunya sudah di ujung kepala, Beomgyu pun segera menyingkir dari tubuh Taehyun dan berguling ke sisi kosong ranjang. Kemudian ia memunggungi Taehyun dan menyelimuti dirinya hingga kepala, mukanya ditutup dengan kedua tangan malu. Beomgyu menjerit tertahan.

Melihat tingkah Beomgyu, Taehyun tak tahan untuk tidak tertawa. "Loh, Sayang? Kok malah sembunyi? Gak jadi—"

"Aaaah! Taehyun diamm!!"

Tawa Taehyun semakin keras. Ia mencoba menyibak selimut yang menutupi Beomgyu, namun yang lebih muda masih setia meringkuk menutupi wajahnya. Taehyun bisa melihat telinga Beomgyu yang memerah, ia tahu istrinya pasti sangat malu.

Taehyun pun beringsut, melingkarkan lengannya pada Beomgyu dan menarik si manis dalam pelukan eratnya.

"Aduh, ada yang imut, tapi malu gak bisa jadi suami. Sayang, jangan imut-imut dong, aku nanti kalau gemas bagaimana? Aku gigit kamu, boleh ya?"

"Berisik!"

Taehyun tertawa lagi, benar-benar gemas dibuatnya. Diciuminya kepala Beomgyu berkali-kali dan semakin mengeratkan pelukannya. "Makanya kamu gak usah mikir yang macam-macam. Udah lah, jadi istriku aja paling benar. Kamu cantik, menggemaskan pula."

Rasa malu Beomgyu makin menjadi. Dengan sisa sedikit sekali keberaniannya, Beomgyu membalik tubuhnya dan membalas pelukan Taehyun erat. Kedua lengan melingkar di punggung yang lebih tua, dan wajah tomatnya disembuyikan di dada.

"Nyebelin," ujar Beomgyu pelan, hampir mencicit.

Taehyun kini tersenyum. Ia daratkan kecupan manis di ubun-ubun sang istri sambil mengusap surai gelapnya. "Sayang Beomgyu."

Beomgyu sendiri masih memejamkan matanya, mencoba menetralkan jantungnya yang menggila karena pemikiran konyolnya tadi—juga karena perlakuan Taehyun barusan.

Taehyun benar, paling benar jadi istrinya begini saja.[]

.

.

.

a/n : heya! setelah sebulan, akhirnya bakal aktif nulis ini lagi huehehe moga ada yang kangen karena aku juga kangen nulis gula taegyu di sini eaa

annyway sebagai pengingat, buku ini plotless alias gak ada plot yah, jadi gak ada konflik tertentu atau semacamnya, cuma cerita kehidupan sehari-hari mereka aja hehe ^^

okay, makasih udah mau baca! sayang kalian semua mwah mwah! ❤️❤️❤️

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang