dua puluh

2.1K 309 24
                                    

Beomgyu bingung dengan dirinya sendiri akhir-akhir ini. Ia tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya, terutama jika berhubungan dengan lelaki yang berstatus sebagai suaminya, Kang Taehyun.

Yang Beomgyu tahu, ia hanya terlanjur nyaman berada di dekat Taehyun. Tak lagi takut apalagi sungkan untuk melakukan atau mengatakan apapun yang ia mau. Selama ini Taehyun tak pernah protes atau menegur, malahan mengatakan bahwa Beomgyu bebas menjadi dirinya.

Dan Beomgyu menyukai itu. Ia pikir menikah dengan Taehyun akan menjadi akhir dari kebebasannya sebagai seorang Choi Beomgyu. Nyatanya, Beomgyu masih bisa menjadi dirinya sendiri. Bahkan Taehyun mau melihat semua tingkah Beomgyu dan menerimanya.

Beomgyu bersyukur. Hanya itu yang ia tahu.

Namun yang tak ia mengerti adalah bagaimana akal sehatnya merespon tiap kali Taehyun memberikan afeksi pada Beomgyu. Tentu Beomgyu tak keberatan ketika Taehyun mengusap kepalanya, menggenggam tangannya, atau bahkan menciumnya. Beomgyu membiarkannya sebagaimana istri yang baik.

Tapi kenapa Beomgyu merasa tenang, merasa nyaman ketika Taehyun melakukannya? Seakan ia benar-benar disayang dan dijaga. Beomgyu merasa bahwa ini adalah tempat seharusnya ia berada. Hatinya tak berdebar, hanya merasa tenang.

Beomgyu tak mengerti kenapa setiap kali Taehyun menyayanginya, hatinya malah mendamba.

"Itu artinya lo mulai suka sama suami lo!"

Saat ini Beomgyu dan seorang temannya, Yang Jeongin, sedang ada di cafe dekat kampus. Tadinya mereka dari perpustakaan untuk mengerjakan penelitian skripsi. Namun kemudian Beomgyu mengajak Jeongin ke cafe untuk sekedar curhat.

Beomgyu mengernyit mendengar jawaban dari Jeongin mengenai masalahnya. "Suka gimana?"

"Yaa ... suka. Mau gue bilang cinta? Beda tipis sih."

"Lo yakin?"

Jeongin meletakkan kembali gelas floatnya yang setengah kosong di meja. Kepalanya mengangguk sekali. "Apa lagi emang kalau bukan itu? Lo ngerasa nyaman kan? Hati lo tenang kan? Lo bahkan bilang cemburu pas dia sama cewek lain. Jelas lo mulai cinta sama suami lo, Kang Beomgyu."

"Tapi ... masa iya gue mulai suka sama Taehyun?"

"Lo gak suka sama perasaan lo sendiri?"

"Bukan gitu ..." Suara Beomgyu memelan. Ia menundukkan kepala, memilih untuk menatap pada gelas jusnya sembari memainkan jemarinya sendiri. "Gue kenal Taehyun belum genap dua bulan."

"Tapi lo satu atap sama dia. Makan bareng, tidur bareng, tiap hari ngobrol. Lo terbiasa sama perlakuan suami lo," ujar Jeongin serius. "Kata orang, cinta itu bisa tumbuh karena terbiasa, Bam. Cuma rentang waktu buat terbiasa tiap orang itu beda. Dan mungkin buat lo cuma dua bulan."

Beomgyu terdiam. Jeongin benar, Beomgyu memang terbiasa dengan kehidupannya bersama Taehyun, terbiasa pula dengan perlakuan suaminya. Namun jika hal itu sampai menimbulkan perasaan baru di hati Beomgyu-

"Bukannya bagus kalau emang lo mulai cinta sama suami lo? Itu artinya rumah tangga kalian berhasil, bukan?"

Dan kata-kata Jeongin barusan tak mungkin tak Beomgyu benarkan.

Beomgyu pun mendengkus geli. "Heran deh, Ayen. Lo jago banget soal beginian, tapi masih jomblo aja."

"Sialan. Ngajak berantem?"

. . . . .

Beomgyu mendapat giliran pertama untuk menggunakan kamar mandi, dan kini ia sedang duduk di ranjang dengan kedua kaki dilipat dan disilangkan. Beomgyu sedang menunggu Taehyun selesai mandi dan bergabung dengannya duduk di ranjang.

Tak perlu waktu lama bagi Taehyun untuk menyelesaikan mandinya, sehingga ia segera bergabung dengan Beomgyu. Ia ingat tadi Beomgyu bilang ingin membicarakan sesuatu dengannya.

"Jadi mau ngomong apa?"

Saat Taehyun bertanya, Beomgyu masih diam sembari menunduk dan memainkan jemarinya. Dua bulan bersama Beomgyu, Taehyun paham betul gelagat Beomgyu yang begini berarti ada sesuatu yang mengganggu benak istrinya.

Dan biasanya hal itu berkaitan dengan hubungan mereka.

Taehyun mencondongkan dirinya, mencoba melihat wajah pemuda di depannya. "Beomgyu?"

"Tae, kalau misalnya aku mulai suka sama kamu bagaimana?"

Perlu waktu sekian detik bagi Taehyun untuk mencerna pertanyaan Beomgyu barusan. "Hah? Apa?"

"Kalau misalnya aku mulai suka sama kamu bagaimana?" Beomgyu mengulangi pertanyaannya.

Taehyun hanya mengerjap seakan tak paham. "Pertanyaan macam apa itu?"

"Jawab, kek!"

Sebenarnya Taehyun bingung mau menjawab bagaimana. Ia hanya mengusap tengkuknya. "Yaa ... bagus dong! Itu berarti perasaanku gak sepihak. Memangnya kenapa kamu tanya begitu?"

"Umm ... Kata Jeongin tadi sore begitu. Kalau aku mungkin mulai suka sama kamu."

"Begitukah?"

Beomgyu mengangguk pelan. "Tapi aku gak yakin. Aku ... gak tahu. Takutnya cuma perasaan sesaat karena aku terbiasa aja soalnya kita tinggal berdua. Kalau misal sungguhan ya ... bagus. Kalau enggak? Aku jadi mikir soal aku hutang perasaan sama kamu. Jadi aku-"

"Kang Beomgyu." Suara lembut Taehyun mengalun menghentikan ucapan Beomgyu. Tangannya ia bawa menggenggam kedua tangan yang lebih muda. "Aku gak tahu apa yang kamu bicarakan sama temanmu, atau aku gak tahu apa yang ada di kepalamu, tapi dengar aku."

Taehyun sengaja memberi jeda, dan Beomgyu pun mengangkat wajahnya menatap sang suami.

"Gak ada satupun di dunia ini yang aku mau selain dirimu. Dan kalau kamu sampai bisa suka, apalagi sampai bisa cinta padaku, I'll be the happiest man on earth. Tapi aku gak maksa kamu buat suka sama aku. Just follow your heart."

"Tapi ... aku gak yakin apa bakal bisa."

"Kita punya banyak waktu. Aku sanggup nunggu. Jadi pelan-pelan aja. Daripada kamu stres lagi seperti waktu kita pertama menikah. Ya?"

Taehyun tersenyum selama ia mengatakan semua itu. Kemudian ia membawa kedua tangan Beomgyu ke depan bibirnya dan memberikan ciuman lembut di sana. "Sayangku."

Kedua pipi Beomgyu menghangat ketika mendengarnya. Dan semakin merona ketika ia merasakan usapan pelan dari Taehyun di pucuk kepalanya.

"Sudahlah. Kamu jangan kebanyakan mikir, ya?"

Beomgyu pun mengangguk dan tersenyum. "Iya."

Lalu terdengar dengkusan geli keluar dari Taehyun. "Tapi serius. Kenapa ini? Kamu mulai suka sama aku, Gyu? Bagus deh, aku jadi gak sabar nunggu kamu manggil aku 'sayang' terus kita-AW AWW! Gila, sayang, cubitnya biasa aja dong!"

Beomgyu tak mengindahkan protesan Taehyun yang pipinya ia cubit dengan keras. "Cerewet!"

Setelah mengatakannya, Beomgyu segera menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan memunggungi Taehyun, kemudian menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

Taehyun hanya terkekeh melihat tingkah menggemaskan istrinya. Ia pun beringsut, memberikan sebuah kecupan di pucuk kepala Beomgyu, kemudian merebahkan tubuhnya dan segera pergi tidur.

Membiarkan Beomgyu dengan jantungnya yang berdebar hanya untuk Taehyun.[]

.

.

.

a/n : punten, tapi aku sedang butuh asupan gula taegyu ><

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang