dua puluh sembilan

1.8K 265 28
                                    

Entah ini hanya perasaan Beomgyu saja, atau suaminya itu semakin manja padanya?

Memang Taehyun itu begitu suka berdekatan dengan Beomgyu. Tak jarang pula memeluk atau menciumnya tanda memberi afeksi. Hanya saja Beomgyu merasa akhir-akhir ini frekuensi Taehyun menempelinya lebih dari biasanya.

Tidak, Beomgyu sama sekali tak keberatan. Ia justru suka suaminya itu menempel padanya. Cuma ... aneh saja.

Seperti sekarang, Beomgyu sedang mencuci piring bekas mereka makan malam bersama. Dan Taehyun, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba memeluknya dari belakang. Melingkarkan kedua lengan pada abdomen Beomgyu dengan erat. Taehyun mengistirahatkan dagunya di bahu Beomgyu, sambil sesekali menghirup aroma tubuh sang istri. Tak luput, Taehyun menggerakkan tubuhnya ke kiri-kanan dengan perlahan seolah sedang berdansa.

"Kamu kenapa, Tae?"

"Hm? Apanya?"

"Kamu. Kenapa?" tanya Beomgyu lagi, heran. "Akhir-akhir ini kamu nempel banget sama aku. Kenapa?"

Taehyun menggumam panjang seakan berpikir. "Karena aku sayang kamu."

"Basi," sahut Beomgyu cepat. "Sejak awal kita menikah kamu bilangnya juga sayang. Tapi ini kenapa nempel banget? Ada maunya pasti."

Bergeming, Taehyun tak langsung menjawab. Bahkan ia menghentikan gerak tubuhnya. Hal itu membuat Beomgyu semakin bingung dengan Taehyun. Padahal Taehyun hanya harus menjawab, bukan? Memangnya susah?

Cukup lama mereka saling diam. hingga Beomgyu jengah sendiri dan membuka suara. "Tae—"

"Aku cuma gak mau jauh-jauh dari kamu."

Beomgyu menghela napas. "Iya, aku tahu. Lagian aku juga gak ke mana-mana. Kenapa—"

"Aku yang akan ke mana-mana."

Jawaban dari Taehyun membuat Beomgyu mengernyit. "Maksudmu? Kamu ... mau pergi, Tae?"

Taehyun mengangguk sekali. "Ke Gwangju, paling sebentar seminggu."

Beomgyu terkejut, langsung menoleh pada Taehyun. "Gwangju?" Dibalas anggukan oleh Taehyun. "Ada apa kamu ke sana?"

"Urusan pekerjaan," jawab Taehyun. "Aku dan Ayah akan pergi. Katanya untuk memperluas kerja sama, mencari donatur untuk proyek juga."

"Kapan berangkat?"

"Besok."

"Besok!?" Suara Beomgyu meninggi. "Kenapa baru bilang sekarang?"

Taehyun menghela napas. "Sebenarnya ingin bilang, cuma kalau lihat kamu aku mikir bakal kangen. Jadi bukannya bilang, aku malah nempelin kamu aja. Aku habis-habisin waktu sebelum aku berangkat."

Jawaban panjang Taehyun dihadiahi percikan air dari Beomgyu. Mengundang keluhan dari Taehyun. "Salah sendiri gak bilang. Padahal tinggal bilang."

Taehyun merengut. "Bagaimana ini, Sayang? Aku gak mau jauh-jauh dari kamu. Kamu ikut aku ke Gwangju, ya?"

"Ngawur! Aku ada bimbingan skripsi besok lusa."

Pelukan Taehyun semakin erat, menggeram panjang seakan tidak terima. Ia kusukkan wajahnya pada ceruk leher Beomgyu hingga sang korban kegelian dan melontarkan protesan minta dilepaskan. Yang jelas saja ditolak oleh yang lebih tua.

Beomgyu benar-benar kewalahan dengan Taehyun yang manja begini.

. . .

Bahkan saat keduanya sudah di atas ranjang, Taehyun masih menempel pada Beomgyu. Lelaki itu langsung menarik tubuh istrinya dan dipeluk erat. Kedua kakinya bahkan ikut memenjarakan Beomgyu, persis seperti memeluk guling.

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang