tujuh belas

2.1K 327 42
                                    

Ketika Taehyun membuka mata, hal pertama yang dirasakannya adalah sakit kepala, begitu menyakitkan dan berat. Taehyun ingat semalam ia berada di bar bersama Chaeryeong dan minum-minum karena stres. Ia juga ingat Beomgyu bersamanya semalam. Rasanya seperti mimpi yang mengusir rindu.

Taehyun mencoba bangun dan mendudukkan dirinya, namun ia merasakan sesuatu yang berat menahan tangannya. Begitu menoleh, Taehyun mendapati seorang pemuda yang masih berada di alam mimpinya.

Kedua mata Taehyun mengerjap, bahkan ia kucek sekali juga memijat pangkal hidungnya. Mencoba memastikan kalau matanya sedang tidak menipunya dengan memberikan bayang-bayang sang istri sedang tidur di sampingnya.

Dan nyatanya, seorang Kang Beomgyu memang sedang tertidur di sampingnya.

Sudut bibir Taehyun terangkat. Lega bahwa Beomgyu nyata berada di sana. Taehyun dengan perlahan beringsut, mencoba duduk tanpa membangunkan Beomgyu. Ia pandang wajah itu lemat-lemat. Beomgyu memang sangat cantik saat tertidur, dan Taehyun suka.

Sebelah tangan Taehyun terangkat, menyapu helai-helai raven Beomgyu agar bisa melihat lebih jelas visual manis istrinya.

Kedua kelopak Beomgyu terbuka merasakan geli di wajahnya, merasa terganggu. Netra hazelnya menemukan wajah suaminya sedang memandangnya lembut.

"Pagi."

Beomgyu tak menjawab sapaan Taehyun dan langsung mengganti posisi tidurnya memunggungi yang lebih tua. Tak acuh akan keberadaan Taehyun.

Taehyun mendesah kecewa. Nyatanya meski Beomgyu tertidur di sisinya, bukan berarti si manis itu tak lagi marah padanya.

Kaki Taehyun turun dari ranjang. Ia menyugar rambutnya ke belakang, menghela napas lelah.

"Aku akan buat sarapan," ujar Taehyun sambil menoleh ke arah Beomgyu. "Kamu ingin sesuatu?"

Beomgyu masih bergeming seakan mengabaikan Taehyun sepenuhnya.

Taehyun pun masih di tempatnya, tak berniat beranjak sedikitpun sampai ia mendengar jawaban Beomgyu. Paling tidak ia berharap Beomgyu mau menjawabnya kali ini.

"Sayang—"

"Omelete."

Seketika Taheyun menggigit bibir bawahnya, menahan senyumnya yang merekah mendengar suara Beomgyu. Tentu ia senang istrinya menjawab pertanyaannya.

"Baiklah. Segera bangun dan mandi. Aku akan memasak. Jangan terlalu lama diam di kasur! Kamu gak ada acara hari ini?"

"Taehyun cerewet!"

Kali ini Taehyun tak menahan senyumannya.

. . .

Acara sarapan berdua berlangsung begitu sunyi. Tak ada yang membuka percakapan. Hanya denting piring dan alat makan yang terdengar. Juga detik jam dinding yang mengisi kebisuan di sana.

Hingga ketika keduanya telah menyelesaikan sarapan, Beomgyu berdiri dan beranjak untuk membawa piring bekasnya ke dapur. Saat Beomgyu akan mengambil piring milik Taehyun, tangannya dicegat oleh sang suami.

"Apa?" tanya Beomgyu ketus.

"Masih marah?"

"Menurutmu?"

Taehyun mengembuskan napas lelah. "Kamu mau gak dengar penjelasanku dulu?"

"Memang mau jelasin apa?"

"Soal yang waktu itu ... di kantorku."

Terdengar suara bibir dicebikkan dari Beomgyu. "Males."

"Please?"

Beomgyu bisa merasakan genggaman Taehyun di lengannya menguat. Tanda bahwa Taehyun sedikit memaksa agar Beomgyu mau mendengarkannya. Beomgyu bahkan yakin Taehyun tak akan mau melepas tangannya sebelum Beomgyu menjawab iya.

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang