dua puluh empat

1.7K 292 21
                                    

Hueningkai masih ingat kejadian tadi. Detik-detik sebelum sebuah kecelakaan menimpa seorang mantan kakak kelasnya, Beomgyu.

Tadinya Hueningkai berniat mengajak Beomgyu ke bazar makanan di taman kota. Beomgyu yang sangat bersemangat berjalan seraya melompat-lompat kecil, tak sabar ingin segera sampai di sana.

"Kak Beomgyu, hati-hati kalau jalan!" seru Hueningkai sembari terkekeh gemas melihat tingkah Beomgyu yang ia rasa masih sama seperti dulu. Sangat aktif seperti anak kecil kelebihan gula.

"Ayo, Kai! Nanti bazarnya keburu bubar!"

Lagi-lagi Hueningkai terkekeh gemas saat Beomgyu berucap begitu dan melambai padanya. Padahal ini masih sore, Hueningkai yakin bazar di taman juga baru mulai. Ia pun memercepat jalannya dan menyusul Beomgyu.

"Awas!"

Sebuah seruan seseorang mengagetkan Hueningkai. Dilihatnya Beomgyu yang bergeser menghindari seorang pengendara sepeda kayuh yang hampir menyerempetnya. Hampir-hampir Hueningkai jantungan jika sampai pengendara itu menabrak—

"Kak Beomgyu! Awas!"

Bersamaan dengan bunyi klakson yang memekakkan telinga, kewarasan Hueningkai serasa terenggut saat dilihatnya tubuh Beomgyu terkapar di atas kerasnya aspal.

Dan kini Hueningkai terduduk di depan ruang unit gawat darurat. Kedua tangannya terkepal, hampir-hampir meremat kuat ponsel Beomgyu yang dibawanya. Sedari tadi jantungnya tak berhenti ribut, kacau hanya dengan memikirkan mantan kakak kelasnya yang sedang dirawat di dalam sana.

"Hueningkai!"

Merasa namanya terpanggil, Hueningkai pun menoleh dan mendapati seorang pria berpakaian lengkap dengan setelan jasnya sedang berlari ke arahnya. Hueningkai berdiri, siap menyambut kedatangan suami Beomgyu itu.

"K-Kak Tae—"

"Apa-apaan kau membiarkan istriku sampai masuk rumah sakit?" desis Taehyun memotong ucapan Hueningkai sambil menarik kerah bajunya. Kilatan di kedua manik gelap Taehyun kentara sekali menunjukkan kemarahannya.

Wajah Hueningkai terlihat ketakutan. "M-maaf, Kak. T-tadi aku lengah jagain Kak Beomgyu."

"You should be sorry!" seru Taehyun pelan—ia tak ingin menimbulkan keributan di rumah sakit, tentunya. "Gara-gara kau Beomgyu jadi kenapa-kenapa, kan!"

"Maaf, Kak. Maaf." Kedua mata Hueningkai terpejam erat.

Taehyun menghentakkan tangannya melepas kerah baju yang lebih muda, menggeram marah menahan emosinya. Kalau bisa ia ingin meluncurkan satu atau dua pukulan di wajah bule Hueningkai. Tapi Taehyun urung karena tidak mungkin ia melampiaskan kemarahannya dengan kekerasan. Lagipula ia yakin sebenarnya Hueningkai juga tak ingin Beomgyu sampai celaka.

Namun yang namanya amarah tetap berkobaran di hati Taehyun.

Detik berikutnya, pintu ruangan di sana terbuka. Seorang dokter keluar bersama seorang suster yang membawa beberapa alat kesehatan bekas pakai.

Segera saja Taehyun menghampiri dokter itu. "Dokter, bagaimana Beomgyu? Dia tidak kenapa-kenapa, kan?"

Dokter itu menatap Taehyun. "Anda..?"

"Suaminya," jawab Taehyun cepat. "Istri saya baik-baik saja kan, Dok?"

"Oh, ya. Dia baik-baik saja. Tidak ada luka serius, hanya beberapa lecet dan memar. Tadi memang sempat pingsan, mungkin karena benturan di kepala. Tapi selebihnya dia baik-baik saja."

Taehyun menghela napas lega. Ia mencoba mengatur napasnya, juga detak jantungnya yang sempat ribut karena adrenalin yang menyerang. "Saya boleh melihat keadaannya, Dok?"

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang