lima belas

2K 292 56
                                    

Mari mundur beberapa hari ke belakang, tepatnya ketika laki-laki bernama Kang Taehyun baru saja mengakhiri rapatnya bersama beberapa atasan perusahaan yang membahas promosinya untuk naik jabatan.

Hasil rapat sangat baik dan memuaskan, dan Taehyun akan resmi naik jabatan minggu depan sebagai direktur utama menggantikan Jeon Jeongguk yang akan pindah divisi perusahaan.

Taehyun menyandarkan punggung pada kursi kerjanya. Mulut menghela napas lelah. Pikirnya, ia masih belum siap menjadi pemimpin perusahaan menggantikan Jeongguk. Keterlambatannya dalam menghadiri rapat saja sudah menjadi contoh ia masih belum pantas—meski hanya lima menit terlambat. Tapi sepertinya Jeongguk sendiri yang sedikit memaksa Taehyun untuk menggantikannya. Maka Taehyun tak punya pilihan lain selain mengiyakan.

"Nanti juga terbiasa."

Taehyun mendengkus geli mengingat ucapan Jeongguk yang kelewat santai saat rapat tadi.

Sudut mata Taehyun melirik arloji di pergelangan tangannya. Sudah hampir pukul 1 siang. Jam istirahat untuk makan siang sebenarnya sudah lewat, dan Taehyun masih belum mengisi perutnya semenjak pagi. Sedikit menyalahkan rapat yang pembahasannya terlalu banyak sehingga menyita banyak waktu.

Tangan Taehyun mengambil ponselnya dari saku, melihat sebuah halaman pesan masuk.

Istriku
Taehyun, maaf aku sepertinya akan terlambat ke kantormu
Konsultasinya lama sekali :((
Tapi aku akan ke sana secepatnya ><

Pesan itu masuk satu jam yang lalu dan Taehyun baru membacanya. Sebuah senyuman terukir di bibir Taehyun, kemudian ia membalas pesan Beomgyu.

Iya, tak apa.
Aku baru selesai rapat juga, jadi kamu bisa kemari kapanpun.

Tak ada jawaban setelahnya, dan Taehyun memutuskan untuk membuka beberapa berkas yang harus ia periksa.

Tok tok tok!

Suara ketukan di pintu ruangannya membuat Taehyun menoleh. "Masuk!"

Tepat setelah Taehyun mengatakannya, pintu pun terbuka. Seorang perempuan cantik berpakaian rapih masuk sembari mengucapkan selamat siang dengan riang.

Kedua iris Taehyun membulat ketika menyadari siapa perempuan itu. Taehyun mengenalnya, tentu saja. Sebagai seorang teman masa sekolahnya, juga sebagai mantan kekasihnya.

"Lama tak jumpa, Taehyun," sapa perempuan itu sembari berjalan mendekati meja Taehyun.

Sedang Taehyun hanya melemparkan tatapan datar. "Mau apa kau kemari?"

"Dinginnya. Aku kan rindu padamu," balasnya santai. Perempuan itu pun duduk di kursi berseberangan dengan Taehyun.

"Aku sibuk, Yuna. Sebaiknya kau keluar saja."

"Astaga, Taehyun. Kau benar-benar sudah tidak mau basa-basi denganku, ya?"

Taehyun kembali menyandarkan punggung pada kursi, menatap perempuan bernama Yuna itu dengan dagu terangkat. "Kalau kau sudah paham, untuk apa kau kemari? Lagi pula aku sudah menikah."

"Aku tahu," balas Yuna. "Aku juga akan menikah kalau kau belum tahu."

Mata Taehyun menatap pada jemari Yuna yang terangkat. Tersemat sebuah cincin emas di jari manis tangan kirinya, menandakan kalau perempuan itu sudah bertunangan.

"Lalu mau apa kau kemari?" tanya Taehyun.

"Kau tidak dengar aku tadi, Taehyun? Aku bilang aku rindu, bukan?"

"Omong kosong. Mana mungkin kau merindukan mantan kekasihmu sedang dirimu sudah bertunangan?"

"Aku dijodohkan, Taehyun." Yuna menjawab cepat. "Karena kau menolak perjodohan kita, jadinya aku dijodohkan dengan pria lain."

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang