Beomgyu terbangun dari tidurnya. Matanya terasa sangat berat dan sakit setelah hampir semalaman menangis dan berakhir tertidur begitu saja.
Saat kesadaran Beomgyu sudah sepenuhnya kembali, ia baru menyadari bahwa ranjang terasa sangat luas. Beomgyu menoleh, dan sudah tak mendapati Taehyun di sebelahnya.
Jam di nakas menunjukkan pukul 7 pagi. Mungkin Taehyun sudah bangun, begitu pikir Beomgyu.
Kedua kakinya pun membawa Beomgyu ke dapur untuk mengambil minum. Ia sangat haus dan tenggorokannya terasa kering.
Begitu keluar kamar, Beomgyu melihat suaminya sedang meletakkan dua buah piring di atas meja makan yang sudah tertata rapi.
"Oh, kau sudah bangun?"
Pertanyaan Taehyun hanya Beomgyu balas dengan anggukan kaku.
"Cuci mukamu dulu, setelah itu kita sarapan," ujar Taehyun sebelum ia kembali ke dapur untuk merampungkan masakannya.
Beomgyu pun mengurungkan niatnya untuk mengambil minum, dan segera ke kamar mandi.
Kini mereka berada di meja makan, menyantap sarapan dalam keheningan. Keduanya sama canggung, mungkin sungkan untuk membuka percakapan setelah apa yang terjadi semalam.
Terlebih Beomgyu yang bahkan tak berani mengangkat wajahnya dari omelet di piringnya.
"Hari ini aku ada acara, jadi aku akan pulang terlambat."
"Hm."
Mendapati jawaban yang singkat itu, Taehyun seketika menoleh pada Beomgyu yang masih menundukkan kepalanya. Istrinya itu terlihat kalut, mengunyah omelet buatan Taehyun dengan sangat perlahan.
Entah kenapa Taehyun tidak suka melihat Beomgyu begitu.
"Beomgyu," panggil Taehyun pelan.
"Hm?" gumam Beomgyu tanpa mengangkat kepala.
"Kau marah padaku?"
Beomgyu menggeleng singkat. Sendok di tangannya digenggam erat, bibir bawahnya digigit. Rasanya sangat sulit untuk bersikap sekarang.
"Ada yang salah?"
"Aku... tidak tahu caranya menjadi istri yang baik. Bahkan yang harusnya menyiapkan sarapan itu aku, tapi malah kau yang memasak."
"Kau tidur seperti bayi. Kau juga menangis semalaman. Mana mungkin aku mengganggu tidurmu hanya karena sarapan."
"Tapi kan harusnya—"
"Beomgyu," lirih Taehyun memotong ucapan Beomgyu. "Kurasa kau terlalu tertekan dengan keadaan kita ini. Benar, tidak?"
Dengan sangat berat Beomgyu mengangguk sekali tanpa bersuara.
Taehyun menghela napas. "Bagaimana kalau kita lupakan saja?"
"M-maksudmu?"
"Anggap saja kita tidak pernah menikah. Hanya kebetulan berbagi satu atap saja. Dan kau bebas melakukan apapun yang kau suka. Daripada kau tertekan lalu menangis begitu, aku tidak suka."
Oh, seandainya saja Taehyun tahu bahwa ucapannya barusan menambahkan beban pikiran baru di kepala Beomgyu.
Sudah jadi rahasia umum di keluarga Choi kalau Beomgyu terlalu memikirkan hal-hal tidak penting. Kadang candaan receh saja bisa ia pikirkan seharian.
Tapi bukan berarti Taehyun mengetahui hal itu. Tidak sama sekali.
Beomgyu juga sebenarnya mudah tidak enak hati.
"Sebenarnya aku... merasa seperti berhutang perasaan padamu. E-entah kenapa aku malah semakin pusing memikirkannya."
Taehyun terdiam. Sedikit heran mengapa bisa ada orang yang berpikir soal 'hutang perasaan' seperti Beomgyu ini.
Padahal Taehyun sama sekali tidak mengharapkan apapun dari Beomgyu karena memang keadaan yang seperti sekarang ini. Mungkin dengan Beomgyu mau menghilangkan kecanggungannya saja sudah cukup.
"Kau tak usah merasa berat soal perasaanku." Taehyun berujar pelan. "Aku tidak masalah kau tidak mencintaiku atau semacamnya. Aku hanya ingin kau menerima cintaku kepada istriku. Dan tolong, jangan marah padaku."
"Juga kalau ada apa-apa, jangan segan untuk bercerita. Kita sudah terlanjur bersama, jadi ayo kita jalani bersama juga," tambah Taehyun.
Beomgyu terdiam dibuatnya. Taehyun benar, mereka sudah terlanjur bersama, dan tidak mungkin mereka akan menjalani hari-hari dengan canggung seperti ini terus hanya karena perasaan yang mulai tumbuh.
Bukankah bagus kalau bisa tumbuh rasa cinta dalam rumah tangga?
Mungkin akan sulit bagi Beomgyu.
"Aku... akan melakukan yang terbaik sebagai istrimu." Beomgyu akhirnya berujar setelah diam cukup lama. "Aku juga akan mencoba bersikap seperti biasa. Tapi tolong terima aku yang mungkin sedikit egois dan kekanakan."
Mendengarnya, Taehyun mengulas senyum tipis. "Aku menerimamu apa adanya, Kang Beomgyu."
Entah kenapa, Beomgyu jadi tersipu sendiri mendengar Taehyun menyebut namanya namun dengan marga yang sama dengan suaminya itu.
"Oh, sial. Aku hampir terlambat!" Taehyun beranjak dari duduknya dengan tergesa setelah melihat jam di tangannya. "Maaf, Beomgyu. Tapi bisa kau bereskan ini? Aku buru-buru."
"Ah, iya."
Pandangan Beomgyu tak lepas dari Taehyun yang kini membenarkan letak dasinya dan mengancingkan setelan kelabunya. Tak sedikitpun laki-laki itu diam, mondar-mandir mengambil beberapa barang bawaannya.
Kemudian tanpa mengucapkan apapun lagi, Taehyun pun melenggang meninggalkan ruang makan menuju pintu depan.
"Taehyun!" panggil Beomgyu sambil beranjak dan menyusul Taehyun.
"Ya?"
Sang empunya nama yang baru akan membuka pintu pun kembali berbalik, dan mendapati Beomgyu yang kini berjalan mendekat.
"Ada apa, Beom—"
Cup
Pertama kalinya selama Taehyun hidup, baru kali ini kinerja otaknya serasa berhenti untuk sepersekian detik karena perlakuan seorang Kang Beomgyu.
Sesungguhnya saja, kecupan kecil dari Beomgyu di bibirnya ini sangat tak Taehyun duga.
Beomgyu pun melepaskan tangannya dari dasi Taehyun yang sempat ia tarik sedikit. Menatap polos pada suaminya. "Hati-hati di jalan."
Sedang Taehyun hanya memberikan senyum lebar dengan bibir bawah sedikit digigit karena gemas. Tangan kirinya terulur, mengusuk rambut Beomgyu pelan.
"Aku berangkat," ujarnya. Kemudian segera keluar dan menutup pintu.
Begitu pintu tertutup dengan sempurna,
"AAAAAAAAAAA!!"
Teriakan kencang Beomgyu memenuhi seisi apartemen. Ia malu bukan main, sudah berani berbuat hal seberani itu.
Di sisi lain pintu, Taehyun menumpukan lengannya pada dinding. Masih memertahankan senyuman di wajahnya yang tak kunjung luntur.
Seandainya saja Taehyun bisa teriak, mungkin akan sama kerasnya dengan Beomgyu barusan.[]
.
.
a/n : karena sudah saling terbuka, ke depannya ceritanya bakal ringan-ringan aja kok, santai gitu :)
Also silakan tinggalkan jejak karena jejak kalian adalah bensin semangatku /yha
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Atap [TaeGyu]
FanfictionKata orang, cinta itu tumbuh karena terbiasa. Besok x Bareng Fanfiction Taehyun x Beomgyu Warning inside