dua puluh tiga

1.8K 282 37
                                    

"Makasih sudah ngantar, Tae." Beomgyu berucap sembari melepaskan sabuk pengaman mobil. Tangannya menenteng sebuah kotak kecil berisikan beberapa kue mangkuk yang dibelinya sebelum kemari.

"Kalau ada apa-apa langsung hubungi aku ya, Gyu. Jangan pulang terlalu malam juga. Hari ini aku ada lembur, jadi aku—"

"Iya, iya, Kang Taehyun. Astaga, aku bukan anak kecil. Berhentilah khawatir. Aku cuma mau ngobrol sama Kai."

Taehyun menghela napas pasrah. Tentu ia tak bisa berhenti khawatir. Taehyun selalu khawatir jika Beomgyu kenapa-kenapa. Dan kini istrinya itu malah keluar dengan orang yang dicemburuinya.

Sebenarnya ... bukan tanpa alasan Taehyun cemburu dengan Hueningkai. Hanya Taehyun tak sanggup bilang.

"Kalau begitu aku berangkat, Tae," ujar Beomgyu yang kemudian menarik kerah kemeja Taehyun dan mendaratkan sebuah ciuman singkat di bibir suaminya.

Membuat Taehyun mematung di tempat kehilangan fungsi otaknya.

Beomgyu membuka pintu mobil lalu keluar, meninggalkan Taehyun yang masih bergeming di tempatnya lantaran terkejut akan ciuman dari Beomgyu.

Ah, sepertinya Taehyun sedikit berlebihan untuk cemburu dengan teman istrinya.

.

.

Hari demi hari terlewati.

Frekuensi Beomgyu untuk menemui Hueningkai semakin sering. Bahkan tak jarang Beomgyu datang ke kedai es krim dan mengerjakan skripsinya di sana sembari menunggu Hueningkai selesai dengan shift kerjanya sehingga mereka bisa mengobrol atau jalan-jalan bersama.

Semua itu tentu dengan izin Taehyun. Tak mungkin Beomgyu tak mengabari Taehyun dan diam-diam jalan dengan seorang teman di belakang suaminya.

Sebenarnya Taehyun sangat berat hati untuk memberi izin. Hanya saja Beomgyu dan ribuan kata manisnya berhasil meluluhkan hati Taehyun dan berakhir mengizinkan istrinya itu pergi.

Namun semakin lama, hati Taehyun semakin merasa tidak enak. Rasanya ia tak terima saja jika istrinya lebih banyak menghabiskan waktu bersama temannya daripada dengannya di apartemen. Kalau soal ini, boleh kan Taehyun merasa cemburu?

"Kenapa gak boleh?" Beomgyu bertanya dengan sebelah alisnya yang terangkat bingung. Heran, karena tak biasanya Taehyun akan melarangnya melakukan sesuatu; termasuk pergi bertemu Hueningkai.

"Aku hanya gak suka kamu lebih banyak ketemu dia daripada aku."

Beomgyu tertawa mendengar jawaban Taehyun. "Astaga! Sebegitu cemburunya kamu sama Hueningkai, Tae?"

Tentu. Meski ada alasan lain di balik kecemburuan Taehyun, tapi alasan Taehyun barusan masih bisa diterima, bukan?

"Dia cuma temanku, Tae. Sama kayak Ayen, Hyunjin, Haechan. Sama kayak temanku yang lain," ujar Beomgyu. "Kenapa kamu harus cemburu sama Hueningkai sedangkan sama temanku yang lain kamu biasa saja?"

Di tempatnya Taehyun masih bergeming, menolak untuk menjawabnya.

"Lagipula aku juga selalu izin kan, Tae? Selalu bilang kalau mau ketemu Hueningkai. Ketemu juga cuma ngobrol. Bagian dari mana soal Hueningkai yang kamu cemburui?"

"Aku ... cuma gak suka."

Dengkusan geli keluar dari Beomgyu. "Aku heran, Tae, kenapa kamu bisa cemburu, sumpah! Kalau misal aku diam-diam jalan, atau tiba-tiba ciuman sama dia di belakang kamu, barulah kamu boleh cemburu. Marah sekalian juga gak masalah."

Taehyun bisa tahu ada sarkas yang tersemat dalam ucapan istrinya barusan, tapi Taehyun mencoba abai karena tak ingin membawa masalah itu lagi.

Helaan napas pasrah Taehyun keluarkan. "Aku ... cuma takut, sayang. Takut kalau kamu terlalu dekat sama dia, terlalu sering ketemu, kamu nanti lupa rumah."

Satu Atap [TaeGyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang