Hyunjin pikir ketika papa menikah, maka ia akan menjadi anak paling bahagia karena akhirnya kembali memiliki seseorang yang bisa ia panggil mama. Ia juga bisa memiliki saudara yang sebelumnya tidak pernah ia punya. Hyunjin punya kakak dan adik. Lengkap.
Yang ia pikiran dulu, semuanya akan berjalan lancar. Begitu memiliki saudara, ia akan melakukan semua hal bersama saudaranya. Pasti akan sangat menyenangkan saat mereka akur.
Tapi nyatanya ini lebih sulit dari yang ia pikirkan. Bahkan benar-benar sulit. Hyunjin bisa menerima orang baru masuk ke kehidupannya, namun ternyata mereka yang tidak bisa menerima Hyunjin masuk ke kehidupannya. Felix dan Jisung, kedua anak itu sangat sulit untuk menerima Hyunjin.
Kadang Hyunjin menjadi sangat kesal karena mereka tidak bisa menerimanya. Kadang juga, ia menjadi sangat sedih karena tidak mengerti letak kesalahannya yang membuatnya sulit diterima. Hyunjin ingin bisa dekat dengan Jisung dan Felix. Hyunjin ingin menjadi teman sekaligus saudara bagi mereka. Hyunjin ingin menghabiskan banyak waktu bersama.
Tapi itu hanya angan-angannya saja. Mereka tidak memerlukan orang baru seperti Hyunjin. Mereka tidak suka Hyunjin.
Dan saat ini, Hyunjin diam di ujung tangga, memperhatikan Minho yang sedang menyiapkan sarapan dan si kembar yang sedang merusuh. Mereka terlihat bahagia. Sangat-sangat bahagia. Mereka tidak perlu Hyunjin, bukan?
Sebelumnya di rumah lama mereka pasti juga mereka seperti ini, sarapan bertiga dan dipenuhi canda tawa. Sedangkan Hyunjin, ia dutuntut harus puas sarapan seorang diri dan dikelilingi para maid. Mereka benar-benar berbeda.
"Emang seharusnya gitu, kan? Mereka bertiga dan gue sendiri.."
Hyunjin mengurungkan niatnya untuk bergabung dan memilih kembali ke kamarnya.
Kenapa tiba-tiba ia menjadi emosional seperti ini sih?
"Ngapain nangis sih! Biasanya juga lo sendirian!" Hyunjin mengusap air matanya dengan kasar.
Apa ini karena ia terlalu merindukan papa dan mama? Tidak, bukan mama Jisoo, tapi mama Irene. Hyunjin tiba-tiba ingin keluarganya seperti yang dulu lagi. Tidak apa tidak memiliki saudara, toh sekarang juga rasanya sama saja.
Hyunjin duduk di kursi belajarnya lalu mulai menangis seperti anak kecil, bagaimanapun juga ia masih tidak bisa menerima perceraian orang tuanya.
"Kangen mama..."
Anak mana yang ingin orang tuanya bercerai? Meski sudah mendapatkan pengganti, Hyunjin tetap ingin mamanya, mama kandungnya. Hyunjin ingin mama dan papa tetap bersama. Tapi itu tidak mungkin, sekarang semuanya sudah berbeda. Mama sudah memiliki pasangan, dan begitu juga dengan papa.
"Mereka yang cerai kok gue yang nyesek sih!" Protes Hyunjin pada dirinya sendiri.
Sejak bangun pagi tadi dirinya menjadi lebih emosional. Tiba-tiba merasa sedih dan tidak bersemangat. Apa karena selama beberapa hari ini dirinya seperti tinggal sendiri?
Minho sibuk mengurus si kembar, dan meskipun beberapa kali Minho menghampirinya, Hyunjin malah berusaha mencari cara untuk menjauh. Hyunjin tidak ingin dekat-dekat dengan Minho dalam waktu yang tidak ditentukan ini, menunggu kondisi Felix membaik.
Tok tok
"Njin?"
Hyunjin berlari masuk ke dalam kamar mandi ketika suara Minho terdengar. Ia tetap tidak ingin bertemu Minho. Hyunjin menghidupkan keran air dan mulai pura-pura bernyanyi.
"Njin, sarapan dulu!" suara Minho terdengar dekat, sepertinya anak itu masuk ke kamarnya.
"Ntar! Masih eek!" sahut Hyunjin berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh No! || Hyunjin
FanfictionHyunjin itu anak tunggal, jadi dia benar-benar ingin memiliki seorang kakak yang keren seperti kakak kelasnya yang bernama Changbin. Saat papanya menikah lagi, Hyunjin diberitahu bahwa akan memiliki seorang kakak dan adik kembar. Tapi masalahnya Hy...