09. Bukan adik

3.7K 584 202
                                    

"AAAAAAKKKKH PATAH NIH PATAH TANGAN GUE!"

"Udah balik lagi tuh tulang, kalau lo berani macem-macem lagi sama adek gue, gue bikin keseleo lagi!" Minho berucap dengan malas setelah mengurut tangan Hyunjin.

Ini sudah jam 11 malam dan setelah membantu Hyunjin yang kambuh tadi, dirinya juga membantu mengurut tangan Hyunjin karena anak itu terus merengek.

"Baru seminggu lo di sini gue dibikin kambuh sama keseleo, kalau sebulan, apa gue dibikin mati kali ya?"

"Jangan sembarangan ngomongin mati," ucap Minho datar.

"Iya-iya.. mukanya biasain dong, jangan kayak orang nolep gitu!"

Minho menutup botol minyak yang ia gunakan untuk mengurut Hyunjin lalu meletakkannya di atas nakas.

"Ternyata lo jago ngurut juga ya? cita-cita lo jadi tukang pijet ya?" Hyunjin bertanya dengan raut antusiasnya.

"Tidur. Udah bengek masih aja bawel!" Minho bingung dengan anak di depannya ini. Padahal sudah jelas-jelas sedang sakit dan suara nafasnya terdengar berat, namun tetap bawel dan masih seperti kelebihan tenaga.

"Ya lo pikir aja, sesek gini mana bisa tidur!"

"Lo ngga ada obat gitu? selain inhaler? atau punya tabung oksigen? atau apalah yang bikin nafas lo bener?"

Hyunjin menggelengkan kepalanya.

"Ngga ada, lagi pula cuma bengek dikit kok, asma gue masih termasuk ringan, ntaran paling udah baikan. L-lo mau tetep di sini kan?"

Tolong jawab iya! Hyunjin ingin sekali saja tidur ditemani seorang kakak. Hyunjin ingin mengobrol banyak hal seru seperti kakak dan adik pada umumnya. Lagipula kenapa Minho seketika menjadi seperti ini setelah dirinya kambuh? apa Hyunjin harus sakit dulu agar Minho mau peduli padanya?

"Ngga, gue mau balik aja ke kamar."

Bibir Hyunjin melengkung ke bawah. Ingin merengek agar Minho tetap di sini, tapi pasti akan terlihat aneh, secara dirinya selama ini selalu galak dan memusuhi Minho, masa tiba-tiba ingin ditemani seperti ini?

Minho sudah siap untuk keluar dari kamar Hyunjin namun tiba-tiba berbalik dan berdiri di sisi ranjang Hyunjin.

"Gue temenin sampe lo tidur, cepet merem!" ucapnya ketus.

Hyunjin tersenyum tipis lalu memejamkan matanya. Minho menarik sebuah kursi ke sisi ranjang Hyunjin dan duduk di sana. Memainkan ponselnya sembari menunggu Hyunjin terlelap.

"Uhuk.. uhuk.."

Hyunjin merubah posisi dan berusaha untuk segera tidur, namun tetap tidak bisa. Nafasnya masih belum pulih.

Setelah 30 menit, Hyunjin masih belum bisa tidur dan terus terbatuk membuat Minho sedikit merasa kasihan.

"Duduk dulu," ucapnya pelan pada Hyunjin.

"G-gapapa deh lo balik ke kamar aja, kalau nunggu gue tidur kayaknya bakal lama, ni paru-paru masih bandel."

Hyunjin mendudukkan tubuhnya dan menyandar pada kepala ranjang. Begini lebih baik, jika berbaring nafasnya terasa sesak, tapi apakah dirinya harus tidur sambil duduk seperti ini semalaman?

"Gue temenin sampe tidur."

Hyunjin mengangguk, baiklah jika Minho memaksa, Hyunjin sih terima-terima saja.

"Sorry," ucap Minho tiba-tiba.

"Tangan lo.. sorry bikin tangan lo keseleo."

"Ah gapapa, udah setimpal juga haha, gue udah nyakitin Felix juga kan?" Hyunjin mengambil inhaler lalu mengocoknya pelan.

Oh No!  || HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang