03

458 99 15
                                    



.

.

.



Pagi hari yang cerah disertai dengan aroma udara segar sangat disukai Kim Junkyu. Disaat kedua orangtua dan adiknya masih sibuk bergelung di kamar, Junkyu sudah berada di luar rumahnya untuk sekedar olahraga ringan.

Rambut hitamnya yang mulai panjang ia ikat satu ke belakang. Ia biarkan beberapa helai rambutnya lolos hingga menjuntai di sekitar wajah cantiknya.

"Hhh... bosan juga tidak ada dua Park itu," gumam Junkyu.

Ia hempaskan bokongnya ke atas tanah berumput, tak peduli bila celananya akan kotor atau tidak. Kalau nanti celananya kotor, ia tinggal mencucinya.

Sederhana, kan ?

Tinggal di rumah kakek dan nenek membuat Junkyu menjadi pribadi yang lebih mandiri, termasuk soal mencuci pakaian. Bukan neneknya tak mau mencuci, tapi Junkyu sendiri yang melarang dan berkata ingin mencuci pakaiannya sendiri.

Junkyu masih tahu diri untuk tidak merepotkan orangtua dari ayahnya.

"Sepertinya lari pagi di sekitar sini seru juga," gumam Junkyu lagi.

Tanpa berlama-lama, Junkyu pun bangkit berdiri kemudian berjalan keluar rumah.

Sebelum ia mulai berlari, sebentar ia meregangkan otot leher, tangan dan kakinya. Setelah semuanya dirasa siap, Junkyu pun mulai berlari mengitari daerah sekitar rumahnya.

Setengah jam waktu Junkyu sudah habiskan. Saat ia merasa tenggorokannya mulai kering, Junkyu pun berhenti berlari lalu menduduki bangku di tepi jalanan.

"Lelah juga, tapi tidak apa-apa, dengan begini tubuhku jadi lebih enak daripada diam di rumah," ucap Junkyu.

Tidak sengaja, Junkyu melihat minimarket berada di seberang jalanan. Otaknya pun secara naluriah membayangkan minuman segar yang dapat melepas dahaganya.

Junkyu pun segera berjalan, menyeberangi jalanan, lalu masuk ke dalam minimarket. Sesampainya di dalam, sekujur tubuh Junkyu yang sedikit berkeringat pun langsung diserang oleh hawa dingin dari pendingin ruangan.

Segera Junkyu datangi lemari pendingin, lalu mengambil minuman segar yang biasa ia beli. Karena hanya minuman itu yang ingin dibelinya, Junkyu pun langsung ke meja kasir untuk membayar.

Namun, saat dirinya meletakan minuman ke atas meja kasir, tiba-tiba sebuah tangan lain ikut menaruh minuman dan camilan.

Lantas Junkyu menoleh ke samping. Ia dapati seorang laki-laki berseragam sekolah yang menurutnya lumayan tampan tengah berdiri menatap ke arah sang kasir.

Laki-laki itu pun menyadari tatapan Junkyu sehingga ia membalas tatapan Junkyu dengan tatapan datar.

"Anda duluan saja," ucap Junkyu seraya menarik kembali minumannya.

Sengaja Junkyu mengalah karena melihat barang yang dibeli oleh lelaki itu lebih banyak darinya. Junkyu juga tidak mau menggunakan status gender nya untuk mendapatkan prioritas seperti yang dilakukan gadis-gadis sebayanya.

Menurut Junkyu tingkah laku seperti itu sangat menyebalkan. Karena itu Junkyu pun bergerak mundur, memilih berdiri di belakang laki-laki yang lebih tinggi darinya.

Sekian detik kemudian, dahi Junkyu mengernyit bingung karena laki-laki itu kerap kali melirik ke arahnya. Awalnya Junkyu mencoba biasa saja, tapi lama-lama ia mulai risih.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang