18

450 92 33
                                    

.

.

.


"Kau gila?!"

Dorongan yang cukup kuat Junkyu berikan pada pundak Asahi, membuat tubuh yang beberapa saat lalu hampir saja terjun dari jembatan terhempas ke belakang.

"Kau pikir masalahmu bisa selesai dengan bunuh diri, hah?! Dimana otakmu?!" maki Junkyu lagi.

Emosinya benar-benar berada di titik puncak sekarang. Meskipun orang yang didepannya ini bukanlah teman baiknya, tetap saja Junkyu benci pada niatnya yang ingin mengakhiri hidup.

Apapun alasannya, Junkyu tidak akan terima aksi bunuh diri.

Lambat laun, suara isakan tangis didengar oleh Junkyu. Raut wajahnya yang mengeras karena marah perlahan melunak, disertai dengan kernyitan di dahinya.

"Y—yak.. aku tidak bermaksud kasar. Aku hanya tidak mau kamu melakukan aksi nekat seperti tadi," ucap Junkyu, merasa dirinya bersalah karena semakin melukai perasaan Asahi.

Namun sedetik kemudian Junkyu dibuat terkejut. Kedua matanya membola kaget ketika sepasang tangan Asahi memeluknya, lalu menyandarkan kepalanya pada pundaknya.

"Junhee..." lirih Asahi di tengah tangisnya.

Junkyu masih diam. Aksi Asahi yang memeluknya secara tiba-tiba ini benar-benar membuatnya merasa berat.

"Ini benar-benar berat, Junhee... Aku tidak kuat." Kata-kata disela tangis kembali keluar dari mulut Asahi.

Di situasi seperti ini membuat Junkyu sangat bingung. Ia bingung harus berkata apa pada Asahi, apalagi Asahi seperti sedang mengadu kepada kakak kembarnya.

Pada akhirnya, hanya usapan pelan yang Junkyu berikan pada punggung Asahi. Mungkin perlakuan kecilnya terlihat sederhana, tapi nyatanya apa yang dilakukan Junkyu sedikitnya mengobati luka di hati Asahi.

Serta mengobati rindu pada teman dekatnya dahulu sebelum mereka bermusuhan.




~oOo~




Senyum manis Junkyu tunjukan kepada seorang pria yang menjual jajanan khas tradisional di pinggir jalan. Setelah menerima jajanan tersebut, Junkyu pun berbalik badan lalu bergegas menghampiri Asahi.

"Ini, makan dulu," ucap Junkyu sembari menyodorkan dua tusuk Odeng.

Asahi menoleh, menatap sebentar apa yang ada di tangan Junkyu, lalu menerimanya.

"Huhh cuacanya dingin sekali," ucap Junkyu sembari mendudukan dirinya di samping Asahi.

Satu tusuk Odeng di tangan segera Junkyu lahap. Ekpresi wajah yang tampak menikmati makanan tersebut pun tak lepas dari wajah cantik adik dari Kim Junhee itu. Apalagi di depannya ada pemandangan sungai Han yang semakin cantik karena langit sudah mulai gelap.

Hanya perlu menunggu belasan menit lagi sampai matahari benar-benar terbenam.

Berbeda dengan Junkyu, Asahi sama sekali tak menunjukan minat-nya pada makanan ataupun pemandangan di depan. Matanya masih tertuju ke bawah, menatap sendu rerumputan yang sedang ia pijak.

"Kamu tidak makan? Nanti laper loh," ucap Junkyu yang kini melirik Asahi.

Melihat Asahi tetap diam membuat Junkyu menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghelanya.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang