05

517 95 48
                                    


.

.

.


Senyum manis terpari di wajah Kim Junkyu setibanya ia di depan kelas. Sejak berangkat dari rumah, Junkyu sudah mendeklarasikan diri untuk membalas semua perbuatan mereka mulai detik ini, menit ini dan hari ini.

Satu tarikan nafas pendek Junkyu ambil, lalu dihembuskan secara cepat sebelum akhirnya ia melangkah masuk ke dalam.

Suasana yang sebelumnya terdengar ramai dari luar kelas tiba-tiba berubah sunyi saat Junkyu datang. Semua mata di kelas itu memandang ke arah Junkyu dengan berbagai tatapan.

"Pagi semua," sapa Junkyu, sekali lagi ia coba untuk bersikap manis sebelum ia mengejutkan jantung teman-teman sekelasnya.

Ah ralat, tepatnya teman-teman sekelas Junhee. Junkyu tak sudi lautan manusia berengsek di depan matanya ini disamakan dengan teman-teman sekelasnya di Incheon.

Meskipun mereka berandal, mereka tidak bermuka dua seperti orang-orang disini.

Setelah menyapa mereka semua, Junkyu pun berjalan menuju meja milik Junhee yang berada di barisan tengah. Belum sampai disana, kedua kaki Junkyu tiba-tiba berhenti karena ia menangkap sesuatu di atas meja milik Junhee.

Tumpukan sampah basah maupun kering, dari bungkus makanan, kulit pisang, kulit jeruk, kaleng soda dan lain-lainnya. Pemandangan tumpukan sampah itupun sontak memancing darah Junkyu mendidih.

"Eumm maaf, boleh aku tahu ini perbuatan siapa?" tanya Junkyu seraya mendekati meja Junhee lalu mengangkat kulit pisang sampai setinggi dadanya.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Junkyu, yang ada mereka semua justru terkikik—kecuali So Junghwan dan Hamada Asahi yang tetap setia dengan wajah tanpa ekspresi.

"Aku sedang bertanya pada kalian, bukan melawak," ucap Junkyu.

Dari semua orang yang tertawa, sepasang netra Junkyu tertuju pada satu orang, dimana orang itu terlihat paling senang diantara yang lain.

"Ah apa ini perbuatanmu, Bang Yedam-ssi?" tanya Junkyu.

Mendengar namanya disebut, Yedam sontak menghentikan tawanya dengan Hyunsuk. Remaja bermarga Bang itu seketika bangkit berdiri, lalu mengangkat sedikit dagunya.

"Kalau iya kenapa? bukankah sudah jadi kewajibanmu untuk membersihkan meja-mu sendiri? Jadi cepat bersihkan saja meja mu sebelum guru datang," tutur Yedam seraya tersenyum remeh.

Mendengar itu, Junkyu pun menarik kembali senyum manisya. Satu persatu Junkyu ambili sampah di atas mejanya, lalu ia kumpulkan di antara tangan kirinya dan di bagian bawah dadanya.

Setelah semua sampah itu terkumpul, Junkyu pun mengambil langkah maju. Orang-orang menebak Junkyu akan pergi keluar, tapi nyatanya salah. Junkyu berjalan menuju meja milik Yedam, lalu menghamburkan semua sampah di tangannya hingga berceceran di atas lantai.

"Yak! Apa yang kau lakukan?!" murka Yedam setelah melihat aksi Junkyu—yang dalam pandangannya saat ini adalah Kim Junhee.

Seisi kelas tampak terkejut dengan apa yang sudah dilakukan oleh Kim Junhee. Mereka tak percaya Kim Junhee yang dikenal sangat penurut mampu melakukan hal seperti itu pada Yedam.

"Kenapa? kau tidak suka? Kalau tidak suka, bersihkan saja mejamu sendiri. Bukankah itu sudah menjadi kewajibanmu, Bang Yedam-ssi?" balas Junkyu dengan menirukan kalimat dan gaya bicara Yedam beberapa detik yang lalu.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang