17

436 90 21
                                    

.

.

.

"Yaaaaa!"

Junkyu memekik histeris sembari mendorong dada bidang milik Junghwan sehingga membuat jarak mereka menjauh. Setelah itu, Junkyu melayangkan tatapan horror-nya pada pemuda So itu.

"Kau! Jangan dekat-dekat seperti tadi!" pekik Junkyu sembari menunjuk wajah Junghwan.

Kedua netra Junghwan berputar malas. Setelah itu, Junghwan pun membenarkan posisi duduknya, lalu meletakan seluruh kotak bekalnya.

"Maaf kalau yang tadi tidak membuatmu nyaman, aku hanya ingin memastikan kau mendengar dan memaafkanku," ucap Junghwan tanpa melirik Junkyu.

Junkyu yang mendengar perkataan Junghwan perlahan mengendurkan ekspresi mengerikannya. Senyum manis kini terbit di wajahnya, bersamaan dengan sepasang lesung pipi yang selalu mengintip di setiap saat ia tersenyum.

"Hmm, tidak masalah. Aku juga minta maaf karena sudah memaksamu. Hhh lupakan saja, aku sudah lapar," ucap Junkyu.

Setelah itu Junkyu kembali melahap bekal siangnya dengan nikmat. Sesekali remahan makanan yang ia bawa jatuh atau mengotori sekitar bibirnya, membuatnya terlihat seperti anak kecil yang baru belajar makan.

Meski begitu, nyatanya Junkyu yang seperti itu bisa mengundang senyum di wajah Junghwan. Senyum yang jarang sekali ia tunjukan kepada orang lain, bahkan keluarganya sendiri pun sulit melihat senyuman itu.




~oOo~




"Akhh... pelan-pelan."

Di ruang UKS, Haruto meringis saat tangan Mashiho menyentuh luka di ujung bibirnya dengan kapas yang sudah dibaluri obat merah.

Sebelum Junkyu datang, Junghwan sudah lebih dulu melayangkan tinju-nya. Karena kuatnya tinju Junghwan, ujung bibir Haruto pun terluka.

"Ya Haruto, apa benar yang dikatakan Junghwan? Kau berbuat sesuatu pada usaha keluarganya?" tanya Yedam.

Mendengar itu, Haruto pun mendelik tajam. "Kau masih mau membahasnya?" tanyanya dengan nada kesal.

"Ya bukan apa-apa. Tapi kalau kau benar melakukannya, kau sudah keterlaluan. Tidak seharusnya kau melibatkan keluarga-nya kalau kau hanya punya dendam pribadi pada Junghwan," ucap Yedam.

Di samping Yedam, Hyunsuk menatapnya dengan tatapan tak percaya. Hyunsuk pun segera memukul pundak Yedam.

"Apa yang kau katakan, bodoh?" tanya pemuda Choi itu.

Sebelah alis Yedam pun terangkat pasca mendengar pertanyaan Hyunsuk. "Tentu saja menyuarakan pendapatku. Kalau apa yang dikatakan oleh Junghwan benar, Haruto memang sudah keterlaluan. Wajar Junghwan datang dan memukulnya. Kau tahu sendiri kan kalau si So itu selama ini diam saja saat Haruto mencoba mengusiknya?"

"Ya Bang Yedam, tidak bisakah kamu berhenti mengoceh? Sahabatmu terluka dan kamu membela orang yang membuatmu sahabatmu sendiri terluka?" tukas Mashiho dengan tatapan tajam.

Yedam memutar kedua netranya. Segera ia bawa tubuhnya berdiri, lalu memasukan tangannya ke dalam saku celana.

Tanpa mengatakan sepatah katapun—karena Yedam merasa hal itu akan sia-sia, Yedam pun beranjak pergi darisana, meninggalkan Hyunsuk bertiga dengan Haruto dan Mashiho.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang