14

461 88 51
                                    


.

.

.


Setengah jam sebelum jam pelajaran pertama dimulai, Junkyu telah tiba di depan pintu kelas. Sepasang kaki-nya ragu untuk melangkah ke dalam, karena tiba-tiba pikirannya berlabuh akan perkataan Jihoon dan Jeongwoo kemarin.

Apa benar-benar harus kusudahi ? batin Junkyu.

Dirinya yang sibuk melamun di depan pintu kelas membuat jalan masuk menjadi tertutup. Alhasil, beberapa siswa di kelas tersebut berdiri di belakang Junkyu sembari menunggu Junkyu bergerak.

"Yak Kim Junhee! Jangan halangi pintu!" Lamunan Junkyu buyar saat mendengar suara Hyunsuk.

Sontak Junkyu menggeser tubuhnya seraya melirik ke belakang dimana beberapa teman sekelasnya serta Hyunsuk dan Yedam berdiri dengan ekspresi datar.

Satu persatu dari mereka melangkah masuk ke dalam, menyisakan Junkyu seorang diri di depan pintu kelas.

Akibat tingkahnya barusan, Hyunsuk dan Yedam mencuri pandang ke arahnya dengan dahi berkerut bingung. Tampaknya kedua pemuda itu sedang mempertanyakan mengapa ekspresi dan gelagat Junhee pagi ini terasa aneh.

"Hhh pusing," ucap Junkyu.

Setelah itu, Junkyu berjalan masuk ke dalam kelasnya lalu pergi menuju kursi milik sang kakak kembar. Dengan gerak yang terkesan cepat, Junkyu meletakan tasnya ke atas meja, lalu menjadikan benda itu sebagai bantalan kepalanya.

Saat tak sengaja melirik ke arah pintu kelas, tak sengaja Junkyu melihat Haruto dan Mashiho datang dengan tangan bergandengan. Sorot matanya pun menatap tak suka ke arah mereka, orang-orang yang paling menyakiti Junhee.

Padahal aku belum selesai membalas perbuatan dua bajingan tengik ini batin Junkyu dengan mata mengekori Haruto dan Mashiho.

Ketika sepasang kekasih itu melewati meja Junhee, tiba-tiba Haruto berhenti berjalan. Sontak Mashiho ikut berhenti lalu menatap bingung ke arah tunangan tampannya.

"Haru, ada apa?" tanya Mashiho.

Haruto tak langsung menjawab pertanyaan sang tunangan. Pandangannya lebih cepat tertuju pada Kim Junkyu yang kebetulan tengan menatapnya dengan kerutan di kening.

"Apa?" tanya Junkyu sinis.

Andai saja hukum tidak ada di negera ini, Junkyu ingin sekali mengangkat bangku-nya lalu menghantam wajah tampan Haruto berkali-kali hingga menjadi buruk rupa.

"Maaf." Satu kata yang lolos dari mulut Haruto sukses membuat Junkyu terbelalak. Tak hanya Junkyu, hampir seisi kelas yang mendengar pun tampaknya terkejut dengan penuturan sang bintang sekolah.

"Maaf? Huh, pergilah ke rumah sakit. Jangan paksa masuk sekolah kalau otakmu masih rusak," ucap Junkyu lalu mengalihkan pandangannya ke arah tas.

"Tidak, aku benar-benar serius. Aku minta maaf atas perlakuanku padamu yang sudah sangat kertelaluan. Aku menyesali-nya," lanjut Haruto.

Lagi, ucapannya membuat orang-orang di dalam kelas terkejut. Akan tetapi, perkataan Haruto barusan tak berhasil membuat Junkyu menoleh ke arahnya lagi.

"Kim Junhee, aku tidak bercanda. Aku benar-benar minta maaf padamu," ucap Haruto, terdengar sedikit menuntut karena orang yang diajak bicara enggan menatapnya.

Baru saja Haruto ingin kembali bersuara, tiba-tiba So Junghwan tiba di kelas, membuat Haruto entah karena alasan apa memilih untuk mengatup rapat mulutnya.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang