24

593 100 60
                                    

.

.

.


"Jongsuk, dimana Junkyu?"

Tn.Kim menggeleng pasrah ketika istrinya bertanya. Ia telah kehilangan jejak Junkyu sejak di sekolah. Sudah dicobanya mencari Junkyu, tapi putri keduanya itu tak kunjung ia temukan.

"Astaga, Junkyu. Ponselnya juga tidak aktif. Bagaimana ini?" lirih ny.Kim.

"Kamu tenang, ya? Junkyu pasti bisa kita temukan. Sekarang lebih baik kita pulang, Junhee butuh istirahat," ucap tn.Kim sembari merangkul pundak istrinya.

"Ayah..." panggil Junhee.

Dengan gerak pelan, Junhee mendongak untuk menatap kedua orangtuanya yang berada di kursi depan mobil.

"Bisakah ayah utamakan Junkyu dulu? Aku baik-baik saja kok. Aku masih mau cari Junkyu," tutur Junhee.

"Tapi Junhee, kata dokter kamu masih butuh banyak istirahat. Biar ayah saja nanti yang cari Junkyu. Sekarang yang terpenting kamu sampai di rumah lalu istirahat," jelas tn.Kim.

Junhee menggeleng tak setuju. "Tidak ada kata yang terpenting di antara kami. Aku dan Junkyu sama-sama penting di mata ayah. Aku bisa istirahat nanti, tapi Junkyu? Kita tidak tahu Junkyu dimana sekarang," jelas Junhee.

Tn.Kim menghela nafasnya. Ia bingung harus bagaimana?

Dirinya sayang pada Junkyu, tapi mau bagaimana lagi? Apa yang sudah Junkyu lakukan tidak bisa sepenuhnya ia benarkan. Ia terlampau emosi sampai lepas kendali.

Sekarang Junkyu pergi entah kemana. Sudah ia coba cari, tapi tak juga ketemu. Sementara di sisi lain, ada putrinya yang lain yang baru saja diizinkan pulang dari rumah sakit. Dokter pun berkata Junhee harus segera istirahat agar kondisinya bisa berangsur membaik.

Rasanya sekarang ia kembali dibawa ke situasi di masa lalu, dimana dirinya bimbang untuk memilih diantara Junhee atau Junkyu.




~oOo~




"Nyam~ nyam~ nyam~"

Suara kunyahan terdengar cukup keras dari mulut Kim Junkyu. Remaja yang tengah berada di situasi melarikan diri itu terlihat begitu emosional saat memakan burger di tangannya.

Junkyu bahkan tidak peduli dengan image-nya lagi. Persetan kalau orang-orang memandangnya jijik karena cara makannya yang tergesa-gesa.

Satu hal yang pasti, Junkyu sekarang lapar.

"Oi koala bodoh! Pelan-pelan saja makannya," tegur pemuda yang duduk tepat di samping Junkyu.

Mendengar itu, Junkyu pun mendelik tajam ke arah pemuda itu. Setelah itu, Junkyu kembali menikmati burger-nya sampai habis tak bersisa.

"Haaaahh kenyangnya~" ucap Junkyu seraya menepuk-nepuk perut. Tidak lupa disusul dengan sendawa yang cukup panjang, sampai-sampai Yoonbin terlonjak kaget.

Pemuda yang kerap menjadi musuh bebuyutan Junkyu itu menggeser tubuhnya sedikit menjauh. Ia tidak mau jaket mahalnya terkena sisa-sisa makanan Junkyu yang melompat dari mulut saat sendawa.

"Kau persis seperti babi," ucap Yoonbin.

"Biar. Mau seperti babi, sapi, koala, atau apapun itu, aku tidak peduli. Yang penting aku kenyang!" balas Junkyu.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang