15

501 91 49
                                    

.

.

.

Malam saat jam menunjuk ke angka 7, kedai susu milik keluarga Junghwan terlihat masih beroperasi. Di dalam bangunan kecil itu, terlihat Junghwan sedang menghitung semua jumlah uang yang didapat dari hasil penjualan kedai hari ini.

Sepasang matanya yang dibalut kacamata jarang sekali berkedip. Dirinya benar-benar serius dengan kegiatan menghitung uang.

Hari ini Junghwan kembali menjaga kedai sampai tutup. Dikarenakan ibunya sedang dalam kondisi kurang sehat, mau tidak mau Junghwan menggantikan ibunya di kedai. Junghwan tentu tidak sendirian, masih ada ayahnya yang bekerja di dapur.

Ketika pekerjaan menghitung uang telah usai, tiba-tiba bell pertanda adanya orang yang masuk berbunyi. Sontak Junghwan mendongak untuk melihat siapa yang datang ke kedainya.

"Selamat datang," sapa Junghwan, mencoba seramah mungkin dengan senyum tipis di wajah tampannya.

Disana, Junghwan melihat dua orang pemuda yang sepertinya seumuran dengannya. Dua orang itu tampak berjalan dengan cengiran yang menurut Junghwan terlihat konyol.

Kedua pemuda itu kini telah berdiri di depan meja kasir. Keduanya pun segera melirik ke arah daftar menu makanan serta minuman yang bisa mereka pesan di kedai kecil tersebut.

"Ah ini dia. Kami pesan dua pie susu dan dua gelas Strawberry Milkshake ya," ucap salah seorang pemuda yang memiliki postur tubuh lebih tinggi dibanding pemuda di sebelahnya.

"Maaf tuan, kedai kami akan tutup," balas Junghwan.

Kedua pemuda itu tampak terkejut mendengar penuturan Junghwan. "Tutup? Kenapa cepat sekali? Ini masih jam 7 malam lho," ucap pemuda di samping pemuda yang lebih tinggi.

Junghwan yang mendengar itupun lantas menundukan kepalanya. "Sekali lagi maaf tuan," ucapnya dengan sopan.

"Ah tidak apa-apa. Kalau begitu kami pergi saja, ayo Jihoon," ajak pemuda yang lebih tinggi.

Kedua pemuda tersebut, yang tak lain adalah Jeongwoo dan Jihoon, mulai berjalan kembali menuju pintu keluar. Tetapi langkah mereka tiba-tiba terhenti di dekat pintu.

Penyebabnya adalah ponsel milik Jihoon yang berdering.

"Siapa?" tanya Jeongwoo ketika melihat suadara sepupunya mengangkat telephone.

"Junkyu. Tumben sekali dia menghubungiku," jawab Jihoon. Tanpa berbasa-basi, Jihoon pun menekan tombol hijau di layar ponselnya, lalu mendekatkan benda pipih itu ke telinga.

"Malam sahabat manisku, Kim Junkyu. Tumben sekali kau menghubungiku," ucap Jihoon.

Karena suaranya yang cukup keras, ucapan Jihoon barusan menarik perhatian Junghwan. Pemuda So itu lantas melirik ke arah Jihoon yang belum keluar dari kedai-nya.

Kim Junkyu? Batin Junghwan.

"Kalian dimana?" Dari balik sambungan telepon, Junkyu bertanya pada Jihoon.

"Oh kami sedang berada di kedai susu. Tadinya kamu mau pesan makanan dan minuman disini, tapi ternyata kedainya sudah mau tutup," jawab Jihoon.

"Kedai susu? Kedai susu dimana?" balas Junkyu bertanya.

"Entahlah, kami juga tidak tahu ini dimana. Tapi yang pasti kami ditolak," ucap Jihoon sedikit berbisik di akhir kalimatnya.

Di samping Jihoon, Jeongwoo memukul pundak sepupunya tersebut. Kedua mata tajamnya melirik Jihoon seolah berkata 'Kita belum keluar dari kedai ini, bodoh! Jangan bicara sembarangan!'.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang