07

500 110 69
                                    




Hari ini, Junkyu tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Junkyu sendiri tidak begitu tahu mengapa ia ingin sekali datang lebih pagi. Mungkin saja ia sekarang sedang rindu dengan sekolahnya, sehingga ia menjadikan 'penjara' kakak kembarnya ini sebagai tempat pelampiasan rindu.

Saat pagi seperti ini, lingkungan sekolah terasa nyaman. Masih belum banyak murid yang datang, sehingga ia tidak perlu mendapatkan tatapan cemooh.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya Junkyu tiba di kelas. Awalnya Junkyu berpikir dirinya akan jadi orang pertama yang ada disana, tetapi dugaannya salah. Disana ternyata sudah ada So Junghwan, si murid pintar tetapi acuh dengan lingkungan sekitar.

Segera Junkyu sampari kursi dan mejanya yang berada di samping kanan Junghwan, lalu duduk dengan santai sembari meletakan tas ke atas meja.

Berdua dengan So Junghwan di dalam kelas rasanya tidak ada bedanya dengan duduk bersama sebongkah batu. Junghwan benar-benar tak berbasa-basi padanya, barang meliriknya pun tidak dilakukan.

Tunggu dulu! Junkyu bukan berpikir ingin diperhatikan oleh Junghwan. Sama sekali tidak. Junkyu hanya merasa aneh saja kalau suasana terlalu kaku seperti ini.

Masih ada setengah jam lebih. Sepertinya tidur sebentar bukan ide buruk batin Junkyu.

Junkyu menguap dengan tangan menutup mulutnya. Setelah itu, Junkyu pun menenggelamkan wajahnya di atas tas, lalu memejamkan kedua matanya.

Tanpa diketahui oleh Junkyu, sepasang mata di sampingnya diam-diam melirik ke arah. Mata setajam elang itu kembali memperhatikan sosok yang sifatnya berubah 180 derajat.

Hela nafas kecil mengudara dari mulut Junghwan. Remaja bermarga So itu pun kembali melanjutkan acara membaca buku. Akan tetapi, baru ia menoleh, ia menyadari ada sesuatu yang aneh di diri Kim Junhee.

Tepatnya di betis kaki kiri Junhee. Disana, Junghwan melihat bekas luka yang sedikit samar. Meski begitu, Junghwan bisa mengenali bahwa garis panjang di batis kaki Junhee adalah bekas luka.

Dari samarnya luka itu, tidak mungkin luka tersebut Junhee dapat dalam waktu dekat. Lukanya terlihat seperti luka yang sudah lama.

Tatapan Junghwan pada betis kaki Junhee—Junkyu terputus karena adanya orang lain yang tiba di kelas. Junghwan pun reflek mendongak dan dalam sedetik kemudian raut wajah bingungnya berubah menjadi datar.

Junghwan perbaiki sejenak letak kacamata yang membingkai wajah tampannya, lalu kembali fokus dengan buku serta mengabaikan kehadiran Watanabe Haruto dan Takata Mashiho.

Sepasang manusia yang sudah dikenal sebagai sepasang tunangan itu berjalan beriringan menuju meja dan kursi milik Haruto.

Entah disengaja atau tidak, ujung sepatu Haruto menendang kecil kaki meja milik Junghwan, membuat benda berbahan kayu itu bergeser cepat serta berbunyi keras.

Kedua netra dua pemuda itu pun saling bertemu, dimana mereka sama-sama menunjukan tatapan datar.

"Kau sengaja?" tanya Junghwan.

Haruto membuang pandangannya ke arah lain lalu mendengus. Tanpa membalas pertanyaan Junghwan, Haruto merangkul pundak Mashiho lalu mengajak tunangan cantiknya itu untuk duduk berdua di kursinya.

Junghwan hanya bisa menghela nafasnya sebelum ia kembali memperbaiki letak mejanya. Setelah kembali rapih, barulah Junghwan meneruskan acara bacanya.

Sementara itu, di barisan belakang, Haruto membuka mulutnya, menerima dorayaki buatan sang tunangan. Senyum Haruto seketika mengembang setelah makanan itu masuk ke dalam mulutnya.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang