22

458 87 75
                                    


.

.

.


Di atas lantai berdebu, Haruto tersungkur setelah merasakan satu pukulan kuat mengenai pipinya. Sang pelaku berdiri tidak jauh dari dekat Haruto, memandang putra sematawayang keluarga Watanabe itu dengan tatapan bengis.

Sementara itu, Junkyu yang melihat kejadian beberapa detik lalu masih terkejut. Kedua iris matanya yang diselimuti air mata terlihat jelas memancarkan ketakutan.

"Junghwan..." Bibir Junkyu bergetar saat memanggil nama penolongnya.

Junghwan, pemuda yang telah membuat Haruto tersungkur, mengalihkan pandangannya ke arah Junkyu. Tanpa menunggu lama, Junghwan menghampiri Junkyu, membawa tubuh yang lebih kecil darinya itu ke dalam pelukannya—tanpa ia sadari bahwa ia sendirilah yang memulainya.

Dapat Junghwan rasakan tubuh Junkyu bergetar. Ditambah lagi Junkyu enggan bersuara, membuat Junghwan semakin yakin apa yang sudah dilakukan oleh Haruto sudah melampaui batas.

"Jangan sentuh dia. Dia milik-ku," desis Haruto yang kini berusaha bangkit berdiri.

Alis Junghwan pun menukik. "Milikmu? Huh, selain egois, kau juga tidak tahu malu," ucap Junghwan.

"Kau yang egois, sialan!" bentak Haruto.

Kedua matanya yang biasa memancarkan aura dingin, kini meletup-letupkan amarah.

"Belum puas kau dapat pujian dari orangtuaku? Belum puas kau semua orang didekatku jadi berpihak padamu? Belum puas kau merebut semua yang ingin kumiliki, hah?! Kau belum puas?!" Haruto kembali membentak, sangat keras sampai tak ada satupun orang di luar loker yang berani masuk ke dalam.

Junghwan menggelengkan kepala karena tak habis pikir lagi dengan ucapan Haruto.

"Kenapa diam? Kau sudah sadar kalau kau juga egois, So Junghwan?" Haruto tersenyum menyeringai.

Persetan bila dirinya dianggap gila. Haruto hanya ingin membalas perkataan Junghwan yang mengatakan bahwa dirinya egois. Dimana yang Haruto rasakan, Junghwan jauh lebih egois darinya.

"Ya Kim Junhee, kau pikir penyelamatmu ini juga orang baik?" Haruto bertanya pada Junkyu dengan santai, seakan lupa bahwa beberapa menit lalu ia telah melecehkan Junkyu.

"Dia..." jari telunjuk Haruto tertuju ke arah wajah Junghwan, "Dia sudah banyak merebut apa yang harusnya kupunya. Penolongmu ini tidak sebaik yang kau pikir. Dia si miskin yang tidak tahu diri!" hardik Haruto.

Lagi, Junghwan menggelengkan kepalanya lagi. "Ayo kita pergi," ajak Junghwan.

Tanpa menunggu lama, Junghwan menarik tangan Junkyu, lalu membawa remaja Kim itu keluar bersamanya dari loker.

"Dia merebut perhatian orangtuaku! Dia juga merebut orang yang kusuka! Dia perusak hidup orang lain! So Junghwan kembali kau sialan!" Haruto terus meracau, sedangkan Junghwan terus membawa Junkyu yang masih diam.

Tepat setelah Junghwan dan Junkyu pergi, Haruto menendang salah satu loker hingga meninggalkan kerusakan yang cukup parah.




~oOo~




Sunyi kini melanda dua remaja yang sedang duduk di bawah halte. Remaja satu yang memiliki nama lengkap Kim Junkyu, pelan-pelan melirik seseorang di sampingnya, yakni Junghwan.

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang