13

486 97 84
                                    





Tubuh Junkyu bergerak bagai robot, memutar arah pandangnya ke belakang untuk melirik si pemilik lembar kertas di tangannya.

Sebutir keringat mengalir dari dahi Junkyu ketika melihat Asahi berdiri dengan wajah datarnya. Dalam hati, Junkyu menyumpah serapahi dirinya sendiri.

Asahi yang melihat gelagat aneh pada Junkyu pun mencoba melihat apa yang sedang gadis Kim itu lakukan. Sesaat kemudian, Asahi terkejut setelah tahu bahwa Junkyu saat ini sedang memegangi surat aborsi miliknya.

"Kau..." Asahi menggeram rendah.

Dengan cepat, Asahi menghampiri Junkyu lalu merampas kertas di tangan Junkyu. Segera Asahi masukan kertas tersebut ke dalam tasnya dengan sedikit tergesa-gesa.

"A—Asahi... aku minta maaf. Aku tidak bermaksud melihat. Tadi tas mu tidak sengaja jatuh, jadi..." ucapan Junkyu terhenti kala Asahi menatapnya tajam.

Junkyu yakin Asahi pasti sangat marah karena perbuatannya yang tak disengaja.

"M—maaf..." cicit Junkyu.

Asahi mendengus lalu berbalik badan kemudian pergi keluar dari kedai. Karena langkahnya yang menghentak-hentak, Junghwan yang berada di meja kasir sampai melirik ke arahnya dengan tatapan bingung.

Sepasang mata tajam milik pemuda So itu segera berganti ke arah Kim Junkyu yang terlihat menunduk.

Sebentar Junghwan simpan uang milik pelanggan, lalu pergi menghampiri Junkyu yang belum juga mengangkat wajahnya.

"Ada apa?" suara baritone pemuda So itu menyapa telinga Junkyu, membuatnya mendongak.

"Kenapa dia pergi?" tanya Junghwan lagi.

Junkyu tersenyum kikuk, ia bingung harus menjawab pertanyaan Junghwan dengan jawaban seperti apa. Tidak mungkin kan dia bilang kalau dirinya baru saja melihat surat aborsi milik Asahi ? sampai-sampai membuat gadis Hamada itu marah.

"A—ah bukan apa-apa kok. Dia terburu-buru, jadi tidak sempat pamit padamu," ujar Junkyu, mencoba meyakinkan Junghwan dengan cengirannya.

Degub jantung Junkyu berpacut cepat ketika Junghwan menatapnya tanpa berkedip. Kedua netra hazel-nya terus menatapnya seolah-olah dirinya seorang tersangka yang sedang berbohong.

Ya walaupun memang benar dirinya telah berbohong.

"Kukira apa," ucap Junghwan setelah hampir 10 detik menatap Junkyu tanpa berkedip.

Setelah itu, Junghwan menatap semua hasil kerja kelompok mereka. "Pulanglah, kedai sudah mau tutuo. Ini semua biar aku yang rapihkan," ucap Junghwan.

Junkyu mengangguk patuh. Satu langkah mundur Junkyu ambil, lalu ia tarik tasnya yang tergeletak di samping kursi-nya.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya? Sampai jumpa lagi," ucap Junkyu seraya melambaikan tangannya pada Junghwan.

Junghwan hanya bergumam sebagai respon.

Setelah mendapatkan respon, Junkyu pun berjalan keluar dari kedai susu milik keluarga Junghwan. Hela nafasnya seketika berhembus kencang dan kuat saat dirinya tiba di luar.

"Junkyu bodoh," ucap Junkyu sembari memukul pelan kepalanya.

Tak mau semakin lama berada disana, Junkyu pun mulai melangkah pergi meninggalkan lingkungan kedai susu milik keluarga Junghwan.




~oOo~

100 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang