.
.
.
Sunyi menemani Kim Junkyu yang sedang duduk di samping ranjang tempat saudari kembarnya terbaring koma. Kedua bola matanya yang biasa terlihat ceria, kini hanya menampakan kesedihan.
Mendengar bunyi pintu terbuka, Junkyu lantas cepat-cepat menghapus jejak air matanya.
"Junkyu, ini sudah jam 7 malam. Kita pulang, ya?" Sihyeon bertanya pada Junkyu seraya menghampirinya.
Setibanya di samping Junkyu, Sihyeon mengernyitkan dahinya. "Kamu habis menangis?" tanyanya yang tepat sasaran.
Junkyu menoleh ke arah sang ibu, lalu terkekeh seolah ia baik-baik saja. "Aku hanya sedih saja kok karena rindu bertengkar dengan anak ini," jelas Junkyu.
Sihyeon tersenyum mendengar jawaban Junkyu. Meski begitu, Sihyeon yakin ada hal yang disembunyikan oleh putrinya ini. Nalurinya sebagai ibu sangat kuat, meski ia sudah berpisah dengan Junkyu sejak anak itu berusia 9 tahun.
"Kalau begitu, ayo kita pulang. Junhee, aku pulang dulu, ya? Aku harap kamu cepat sadar supaya aku bisa memukul kepalamu. Sampai jumpa lagi," ucap Junkyu seraya bangkit berdiri.
Sihyeon menatap putri kembarnya dengan perasaan haru. Meski jawaban Junkyu barusan terkesan kasar, Sihyeon yakin Junkyu sangat menyayangi Junhee dan merindukan kakak kembarnya. Meski jarak jauh memisahkan mereka, hubungan mereka tetap erat seperti dulu.
"Ayo, bu," ajak Junkyu.
Mendengar ajakan Junkyu, Sihyeon pun segera berpamitan pada Junhee sebelum ia dan Junkyu berjalan keluar dari ruangan tersebut.
Selama perjalanan menuju lobi, sepasang ibu dan anak itu berjalan tanpa ada yang berbicara. Meski begitu, perhatian Sihyeon pada Junkyu tak pernah putus. Ia memperhatikan gerak-gerik putrinya itu yang berjalan dengan kepala tertunduk.
"Junkyu, kamu baik-baik saja?" tanya Sihyeon.
Junkyu mendongak, lalu menganggukan kepalanya.
"Benar? Ibu kok merasa kamu seperti sedang memendam sesuatu. Katakan saja pada ibu, siapa tahu ibu bisa bantu kamu," ujar Sihyeon.
Hela nafas mengudara dari mulut Junkyu. Senyum manis kembali ia tunjukan, lalu disusul dengan gelengan kepala.
"Aku tidak apa-apa kok, bu. Tenang saja," jawab Junkyu.
Mendengar lagi-lagi putrinya mencoba tak terbuka, Sihyeon pun pasrah. Ia tak mau memaksa Junkyu untuk bercerita karena takut Junkyu menjadi tak nyaman dengannya.
Sementara itu, saat tiba di lobi rumah sakit, Junkyu menangkap sebuah object yang tak asing. Seseorang yang menarik perhatiannya itu tengah duduk di salah satu kursi panjang dengan kepala tertunduk.
Sebelah rambunyia yang disingkap membuat Junkyu bisa mengenali siapa dia.
Hamada Asahi, kenapa dia disini? Batin Junkyu.
Timbul pertanyaan besar dalam benak Junkyu perihal teman sekelasnya yang jarang sekali bicara. Pertanyaan itu tak lain ialah mengapa Asahi berada di rumah sakit dengan masih mengenakan seragam?
Apalagi dia terlihat sendirian.
"Hamada Asahi." Samar-samar, Junkyu mendengar salah satu suster rumah sakit memanggil nama Asahi.
Dilihatnya Asahi bangkit berdiri, lalu menunduk hormat pada suster tersebut sebelum dia pergi bersama sang suster.
Junkyu yang sudah sampai di pintu lobi pun tiba-tiba berhenti berjalan karena terlalu memperhatikan Asahi. Sampai akhirnya, suara sang ibu menyadarkan Junkyu sehingga Junkyu kembali berjalan keluar dari rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
100 Days
FanfictionKim Junkyu dan Kim Junhee, sepasang anak kembar yang terpisah sejak usia 9 tahun karena keadaan ekonomi keluarga. Dimana Kim Junkyu harus dihidupi oleh keluarga dari pihak sang ayah, sementara Kim Junhee tetap tinggal bersama orangtuanya. 9 tahun ke...