11# Hipnoterapi

364 46 3
                                    

Jika lelah istirahatlah
Jika sedih menangislah
Jika marah keluarkanlah
Kita bukan robot yang tidak bisa menangis

Kita manusia.
Berhak marah, sedih, kecewa, pun bahagia karena itu semua kesatuan yang menunjukkan eksistensimu di dunia

_●●●_

Ruang dengan nuansa putih yang tertata rapi dengan sedikit perabotan tampak begitu tenang. Suara denting jam bergerak konstan bersisian dengan suara jam pasir yang diletakkan di atas meja. Dari balik tirai putih yang dibiarkan tersibak muncul sinar mentari yang mulai berdiri gagah di singgasananya. 

Alunan melodi yang berasal dari kicauan burung migrasi samar-samar terdengar. Debur ombak di depan sana beradu mencapai tepi laut berpasir putih. Laut biru terselubung gumpalan awan putih bak kapas terlihat begitu cantik layaknya di negeri dongeng.

Semua terbingkai apik di depan mata Kinar yang tengah duduk di atas kursi roda. Tak ada yang ia lakukan selain terjebak dalam sunyi yang entah sejak kapan mengisi harinya. Membiarkan otaknya berperang menimbulkan bising yang hanya mampu ia dengar seorang diri.

Bisa dikatakan bahwa hatinya mati. Tak ada apapun yang menarik di dunia yang penuh hingar bingar ini. Keindahan laut biru yang membentang jauh, kupu-kupu dan burung yang bertebangan di udara sesekali hinggap di bunga yang menebar harum sama sekali tak membuatnya merasakan senang. 

Yang terasa justru semakin hampa terasa.

Ceklek

Derit pintu terdengar bersamaan dengan masuknya Dokter Arga dengan jas putih yang terpasang apik di bahu lebarnya. Arga mengulas senyum simpul melihat pasiennya tak terganggu sedikitpun dengan kehadirannya. Setelah menutup pintu berwarna selaras dengan ruangan itu, Arga melangkah mendekati Kinar yang tengah menatap ke luar dari balik jendela besar.

Arga ikut mengamati pemandangan indah yang menjadi favoritnya juga. Kepalanya ia tolehkan ke samping guna mengamati pasiennya, menganalisis apa yang ada dibalik pikirannya dan bagaimana cara agar pandangan kosong itu kembali menunjukkan binar berarti.

Paham bahwa takkan ada konversasi jika dirinya tidak memulai, Arga lantas berdehem sebelum mengeluarkan suata.

"Laut yang manusia tau menyimpan banyak hal indah dan menawan. Pemandangan yang selalu memanjakan mata, debur ombak menenangkan, sunrise dan sunsetnya yang indah tak tertandingi. Apalagi keindahan bawah laut yang baru secuil terjamah manusia."

"Keindahan itu akan berharga bagi orang yang menyukai laut. Bagi manusia yang menyukai hal lain akan menganggap keindahan laut adalah hal biasa. Karena bagi mereka, apa yang mereka sukai adalah yang terbaik."

Arga membuka percakapan sembari menatap laut biru yang menjadi pemandangan rumah sakit ini. Tangannya ia simpan di belakang tubuh sembari menyusun rangkaian kata yang akan mengawali sesi konseling Kinar hari ini.

"Sama seperti manusia. Kita seringkali fokus pada satu hal seolah hal itu adalah segalanya. Mengabaikan apa yang ada di sekitar kita yang sebenarnya juga tak kalah berarti."

"Terlebih jika sudah menyayangi atau mencintai seseorang." Arga sedikit tertawa, "Bukankah kita sering menganggap hanya dia yang kita butuhkan lalu menjadikan orang itu sebagai pusat rotasi hidup dan saat kehilangan kita seolah kehilangan gravitasi yang membuat kita tetap berpijak. Padahal, semua di dunia ini hanya titipan dan manusia tak punya hak untuk melarang Tuhan mengambil apa yang memang miliknya."

AKSARA | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang