#24 Healer

303 41 0
                                    

Setiap aku merasa lelah hanya Tuhan tempat terbaik untuk berpulang. Yang tak akan meninggalkan dan menghakimi. Tuhan adalah sebaik-baik penyembuh lara dengan cara yang tak disangka.

-a k s a r a -

Aziel menatap ke arah jendela dengan pandangan kosong, tak ada binar di kedua matanya seperti biasa. Ia memeluk erat boneka teddy bear kesukaannya sembari merenung dalam sepi. Ruangan dengan nuansa putih dan bau khas obat-obatan itu benar-benar sunyi tanpa pergerakan apapun dari sang penghuni.

Sejak pengaruh obat penenang yang diberikan habis, Aziel masih tak minat terhadap apapun disekitarnya. Ia hanya melamun menunggu kedatangan adiknya yang tak kunjung terlihat hingga sarapan yang diantarkan suster pun tidak disentuh sama sekali.

"Apa Aksa tidak rindu Ziel?" Monolognya dengan nada lesu. Dia sangat rindu adiknya. Dipikirannya Aksara akan ada di sisinya begitu ia sadar, menemaninya agar tidak merasa takut lagi namun ternyata nihil. Aksara sama sekali tidak mengunjunginya.

Ceklek

Decit pintu berhasil menarik atensi remaja 15 tahun itu, Aziel segera menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang berkunjung dengan harapan itu Aksara.

Pintu ditutup dengan pelan, "Apa Aziel suka pemandangan disini?"

Setelah tahu siapa yang datang, tubuhnya bergerak ke posisi semula tanpa berniat menjawab pertanyaan yang ditujukan untuknya.

Arga yang baru saja mengajak pasiennya bicara itu mengulas senyum tipis, tidak mempermasalahkan Aziel yang enggan menjawab basa-basinya. Kehadirannya yang tidak disambut teriakan histeris saja sudah cukup membuatnya bernapas lega.

Pria paruh baya itu mengeluarkan sebuah paper bag bergambar burung dan diberikan pada Aziel, "Dokter ada hadiah buat Aziel ayo dibuka." Aziel melirik paper bag tersebut, sedikit tak yakin namun Arga tetap memaksa hingga perlahan tangannya bergerak untuk melihat isi di dalamnya.

Kedua obsidiannya langsung berbinar begitu melihat sepaket alat lukis. Dikeluarkan sebuah kanvas beserta cat-nya, "boleh gambar?" Cicitnya pelan. Arga mengelus rambut Aziel dan memberikan anggukan kecil.

Aziel mulai melukis di atas kanvas, menggambar sketsa wajah adiknya sebagai pengalihan akan rasa rindunya. Aksara adalah satu-satunya orang yang menemaninya kapanpun dan dimanapun. Sosok saudara yang tidak pernah mem-permasalahkan kecacatannya disaat kebanyakan orang menganggap kehadirannya merusak tatanan kehidupan dunia. Bersama sejak di dalam kandungan membuat Aziel tidak rela jika Aksara jauh dari jangkauannya.

Di sisi lain Arga memperhatikan Aziel yang sesekali tersenyum saat paduan warna di lukisannya sempurna.

Arga menyamankan diri di sisi Aziel. "Aziel, dokter boleh tanya sesuatu?" Remaja terbalut pakaian rumah sakit itu mengangguk dengan rambut yang bergerak seirama tanpa mengalihkan pandangannya dari kanvas.

"Di hidup Ziel siapa yang paling Aziel sayangi?"

"Sayang?" Beonya, dia memainkan jarinya sambil menjawab dengan senyum kecil. "Bunda dan Aksara." Arga ikut tersenyum mendengar jawaban tulus Aziel.

"Kalau yang paling Aziel suka itu apa?"

Aziel berpikir sebentar menunjuk boneka teddy bear yang tergeletak di atas ranjang, "Teddy bear, gambar Jie suka gambar dan jalan-jalan sama Aksa dan bunda. Jalan-jalan ke pantai lihat ikan." Arga mengangguk paham, sejauh ini terlihat jelas bahwa dunia Aziel memang berpusat pada Kinar dan sang adik.

Sesaat Arga termenung sembari mengamati lukisan Aziel yang terlihat sangat indah. Hanya dengan melihat sekali saja Arga langsung paham betapa tulus rasa sayang Aziel sebagai seorang kakak kepada Aksara, adik sekaligus kembarannya.

AKSARA | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang