--Tau kenapa cinta itu penuh misteri? Karena rasa itu hadir kapanpun dan pada siapapun.--
Terhitung sudah 3 bulan Gala sekolah di SMA Dirgantara, selama itu juga dirinya berusaha mendekati Aksara meski selalu penolakan yang ia dapatkan. Tapi itu tidak menyurutkan semangat Gala untuk selalu ada di samping Aksara hingga rasanya kini lelah untuk sekedar mengusir Gala yang sama keras kepalanya.
"Kakak mau pesen apa?" Tanya Gala yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Aksara.
Gala terkekeh, mengusili Aksara kini menjadi salah satu kebiasaannya. Aksara memang tidak suka dipanggil demikian meski sebenarnya keinginan Gala untuk memanggil sosok itu dengan sebutan 'Kakak' sangat besar. Namun, Gala paham semua butuh proses. Seperti ini saja baginya sudah cukup.
"Soto mie. Gue mau ke ruang guru duluan aja." Ujarnya kemudian berlalu.
Tak lama Ara dan Haidar datang setelah selesai ganti baju sehabis olahraga. Sementara itu, Gala memang tidak ikut olahraga sebab materi kali ini adalah lari sedangkan dirinya memiliki penyakit asma hingga tak bisa selalu mengikuti olahraga.
"Aksa mana?" Tanya Ara sembari memasukkan baju ke dalam tas.
"Ke ruang guru kita disuruh duluan."
"Gas lah laper banget perut gue."
Sesampainya di kantin suara bising mulai menyapa indera pendengaran. Hampir setiap meja di kantin sudah diisi menyisakan satu meja di pojok yang tidak terlalu diminati.
"Gue aja yang pesen, kayak biasa kan?"
"Yoi." Gala mengangguk kemudian berlalu menuju penjual.
Jemari Ara mengetuk meja mengasilkan irama acak sesuai pikirannya yang tidak tenang sejak kejadian kemarin sore. Masih teringat jelas bagaimana obsidian hitam Aksara menampilkan kilau indah saat mengungkapkan perasaannya. Sesaat Ara merasa seperti ada butterfly effect tiap kali mengingat hal itu. Tetapi hatinya sedikit dongkol melihat pemuda yang menjadi penyebab hati gusarnya terlihat baik-baik saja sementara pikirannya berkecamuk seperti benang kusut.
"Ra?"
...
Haidar sadar ada yang tidak beres dengan Ara, terlihat jelas dari sikap bar-bar gadis itu yang hilang entah kemana. Hal yang sangat tidak wajar di mata Haidar.
"WOY."
"ANJIR JANTUNG GUE!" Ara menatap tajam oknum di hadapannya.
"Lo mau bikin gue mati muda, hah?" Tanya Ara galak.
Haidar puas dengan respon Ara. Lebih baik seperti ini ketimbang gadis itu berubah kalem anggun nan lemah lembut. Tidak cocok.
"Gue yang harusnya nanya, lo ngapa tiba-tiba kalem kayak putri keraton? Biasanya mulut lo ngoceh mulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA | Renjun
Ficção AdolescenteSemesta tidak pernah habis memberi kejutan. Membiarkan manusia terjebak dalam ruang tak kasat mata. Saling berlari mencari pintu keluar dari lubang hitam menyesakkan. Dia Aksara. Lelaki yang berharap kisahnya berakhir bahagia, tidak peduli sekeras a...