23# Fight

286 48 5
                                    

Mengusik orang yang ku jaga sepenuh hati sama dengan membangunkan iblis.❞

«――――»

Aksara melupakan rasa sakit di perutnya. Pengakuan Arkan berhasil membangunkan sisi iblis dalam dirinya. Saat ini yang ada di pikiran Aksara hanya bagaimana menghancurkan orang di hadapannya. Dia sudah tidak peduli apapun, pikirannya terasa kosong, kebencian berhasil mengambil alih kewarasannya.

Bug!

Arkan terhuyung ke belakang membuat Reyga, Alan, dan Gio terkejut. Mereka hendak menahan Aksara namun Arkan memberi isyarat untuk diam dan dengan berat hati ketiganya menyaksikan bagaimana Aksara meluapkan emosinya.

Bug!

Aksara terus memukul Arkan, bahkan tak membiarkan pria itu bernapas. Ntah kemana sifat Aksara yang terkenal lemah, pernah dengar jika marahnya orang diam lebih menakutkan? Mungkin pernyataan itu benar. Sebab mereka yang terbiasa diam akan memendam semua sampai tak lagi mampu menahan dan meledak kapan pun.

"Buat kamu yang sudah memperlakukan saya seperti binatang."

Bug!

"Buat kamu yang selalu merendahkan keluarga saya."

Bug!

"Buat kamu yang sudah nyakitin kakak saya."

Bug!

"DAN BUAT KAMU YANG BIKIN KAKAK SAYA TRAUMA."

Aksara teriak di depan wajah Arkan sebagaimana dirinya diteriaki. Rasanya pukulan sebanyak apapun tidak mampu membalas semua perbuatan yang dilakukan Arkan. Aksara menangis dengan dada naik turun, wajahnya penuh keringat dan air mata, ia sudah tak peduli darah yang mulai merembas pada kain hoodienya.

Gio dan Alan menarik Aksara menjauh. Tentu Aksara berontak, ia masih belum puas memberi pelajaran pada Arkan.

"Kenapa harus kaka saya yang kamu sakiti? Kenapa harus dia? JAWAB!!!" Teriak Aksara frustasi. "Belum puas kamu nyiksa saya selama ini?" Arkan menyeka darah di ujung bibirnya, kepalanya sedikit pening, pukulan Aksara tak main-main kencangnya.

"Kamu pikir saya mau ngalahin kamu? Sama sekali engga! Kalian selalu bilang saya miskin, makanya saya mati-matian dapetin beasiswa ini. Kalian seharusnya tidak berhak menjadikan alat kalian bersenang-senang karena saya juga mati-matian memperebutkan beasiswa ini." Aksara bersimpuh di lantai, kedua tangannya bergetar hebat.

Brak

Pintu kelas terbuka lebar, pak Dion datang disusul siswa-siswi lainnya.

"APA-APAAN INI?" Pak Dion terperangah dengan keadaan kelas yang berantakan. "MAU JADI APA KALIAN BERANTEM DI SEKOLAH, HAH?" Bentaknya marah.

Bisik-bisik mulai ramai terdengar. Mereka mulai berspekulasi dan tentu tak satupun dari mereka membela Aksara. Mereka tidak tahu fakta tapi selalu menarik kesimpulan bahwa Aksara lah yang salah. Lucu bukan?

Pak Dion beralih menghadap salah satu dari mereka.

"Kamu juga kenapa berulah? Mana citra kamu sebagai anak baik dan teladan? Kamu ingin beasiswa kamu dicabut, Aksara?"

Aksara menengadahkan kepala dan tertawa sumbang,"Beasiswa?" Beonya. "Bahkan saya sudah tidak peduli lagi dengan beasiswa." Ia bangkit, "Kalian semua." Aksara menarik napas dalam,  "Saya tanya apa salah saya sampai kalian memperlakukan saya kayak sampah?" Tanyanya lantang.

"Karena saya miskin?"

"Karena saya tidak punya ayah?"

"Karena saya tidak pantas berdiri di antara kalian semua?"

AKSARA | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang