19# Nightmare

250 40 4
                                    

Tuhan...
Aku lelah.
Aku ingin menghilang.
Ingin istirahat sejenak,
jika tidak bisa selamanya.

«――――»

Aziel menatap sekelilingnya dengan bingung. Netranya menelusuri gedung tua sebisa yang ia jangkau. Tiba-tiba rasa gelisah mulai merambat di hatinya, langkahnya melambat dan dengan kasar Aziel menarik tangannya dari genggaman Arkan membuat langkah mereka berhenti.

Arkan menghembuskan napas kasar, "Ayo buruan." Aziel menggeleng,  "Taman. Aku mau ke taman. Aksa pasti cari aku." Ucap Aziel dengan kepala menunduk. Arkan tertawa hambar mendengar hal yang jelas tidak akan ia beri dengan mudah. Tak peduli ringisan Aziel, Arkan menarik paksa tangan itu untuk mengikutinya.

"LEPAS!!!" Aziel berontak, ia memukul tangan Arkan sekuat tenaga. Cengkraman terlepas dan tubuhnya dilempar hingga menubruk tanah.

Bruk

Ringisan halus keluar dari mulut Aziel, tangannya terasa nyeri. Ia mendongak menatap satu persatu orang asing yang kini mengelilinginya.

"KALIAN SIAPA?! AKU GAK KENAL KALIAN!" Teriak Aziel sembari terus memundurkan badannya, tanggannya memilin ujung baku gelisah.

"Wah wah! Ternyata si miskin punya kembaran, idiot lagi. Sengsara banget hidupnya."  Ejek Alan dengan muka tengil.

Aziel menggeleng tak setuju. Air matanya mulai mengalir membasahi pipi gembilnya,  "Ka-kalian mau apa hiks? Pergi!" Ujarnya disela isak tangis.

Arkan selangkah mendekat lalu jongkok untuk menikmati wajah ketakutan Aziel. Ia mengelus rambut Aziel hingga lama kelamaan berubah menjadi jambakan kasar.

"ARGHHH. LEPASSS!. Hiks.. Sakit.." Pemuda yang tidak tahu apapun itu hanya bisa menjerit. Bagai tontonan gratis, para pelaku justru tertawa bahagia tanpa beban.

"Gak bisa dong, kita bahkan belum main." Ujar Arkan disertai smirk kecil.

Jika ada julukan yang tepat bagi Arkan, iblis kecil mungkin tepat.

"AKU GAK MAU MAIN SAMA KALIAN. PERGI!!! KALIAN JAHAT."

Arkan memaksa Aziel berdiri hingga rasanya tangan Aziel akan putus karena ditarik terus.

Bug!

Sebuah pukulan mendarat di wajah Aziel hingga jatuh tersungkur. Rasa sakit merambat di wajahnya, pikirannya mulai tak terkendali. Aziel merasa dalam situasi berbahaya.

"Lo sama adik lo sama aja! SAMA-SAMA SAMPAH!!"

Arkan mencengkram dagu Aziel agar si empu mendongak. Arkan tahu bahwa Aziel ketakutan terlihat dari tatapan mata anak itu yang bergetar. Tapi ia tidak peduli, justru rasa ingin menyakiti manusia serupa orang yang ia benci selama ini semakin tinggi.

"Gue benci banget sama orang rendahan kayak kalian! Karena adik lo yang sok hebat gue jadi terus dibandingin sama orang tua gue!!"

"GUE DI TUNTUT SEMPURNA DAN ITU KARENA DIA!"

Bug!

Lagi, kali ini Aziel merasakan nyeri di perutnya saat sebuah tendangan menghantam hingga terbatuk beberapa kali.

"Gue dipukul dan direndahin sama ayah gue cuma karena gue gak bisa sepinter kakak lo! Dan gue mau dia ngerasain rasanya jadi gue, disalahin karena lalai ngejaga kakaknya yang idiot." Arkan mendorong kepala Aziel lalu memberi isyarat pada temannya untuk memulai sebuah pertunjukan kecil. Sedangkan dirinya duduk di sebuah tong kosong sembari tertawa senang.

AKSARA | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang