12# The Truth

283 44 1
                                    

Tuhan memberi banyak bab dalam hidup karena 'Dia' sudah menciptakan skenario terbaik untuk setiap hambanya.

Kita harus percaya bahwa Tuhan lebih tahu kemampuan hambanya dan kita juga harus yakin bahwa kita bisa, karena kita adalah orang pilihan Tuhan yang dianggap mampu menjalankan ujiannya.

4/3/2022

"Sampai kapanpun gue gak ingin ketemu dia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sampai kapanpun gue gak ingin ketemu dia. Gue rasa, keberadaan lo lebih dari cukup sebagai obat karena selama ini pun begitu. Jangan seolah mengharapkan gue hadir sebagai pereda sakit karena nyatanya dulu dia pergi tanpa peduli sebesar apa rasa sakit yang dia buat."

"Lo, gak perlu merasa bersalah. Kebahagiaan dan kesedihan semua punya porsi masing-masing. Biarin gue cari obat semua kesedihan gue tanpa perlu ayah kembali."

Haidar berdiri kaku di depan pintu masuk. Otaknya berpikir keras mencerna rentetan fakta yang baru ia dengar. Awalnya dia tidak punya niatan menguping, Haidar baru saja kembali dari kantor guru untuk meminta daftar siswa beasiswa dan ketika ingin masuk ke kelas ia mendengar pembicaraan serius dua sahabatnya hingga urung untuk melanjutkan langkah.

Diam untuk beberapa saat Haidar tersadar dari lamunannya kemudian bersembunyi dan ia melihat Aksara pergi. Dipandangi punggung sahabatnya yang kian menjauh dengan tatapan sendu.

Kenapa lo rahasiain semuanya dari gue Sa? Padahal kita sahabat.

Tidak ada yang bisa Galaksi lakukan sekarang. Ia sudah bicara baik-baik dan hasilnya nihil. Ia mengambil tas dan menyampirkan di bahu berniat beranjak dari kelas yang sudah sepi.

Namun, langkahnya terhenti saat matanya menangkap objek lain di depan pintu yang tengah menatapnya dengan raut serius.

"Bisa jelasin semuanya?"

Galaksi menghela napas berat, tak ada pilihan selain menjelaskan semuanya.

"Jadi singkatan Y di nama belakang Aksara itu artinya Yudhistira?" Tanya Haidar memastikan.

Keduanya kini berada di rumah pohon. Suasana kafe yang ramai di sore menjelang malam seolah tidak cocok untuk membicarakan hal privasi. Lagipula, ini pertama kali Galaksi berkunjung ke rumah pohon. Menurutnya tempat yang sangat tepat untuk mengenang masa lalu.

Galaksi meng-iyakan pertanyaan Haidar. "Jadi selama ini kakak sembunyiin nama belakangnya? Pantas saja tidak ada satupun yang tahu."

Haidar menoleh sebentar lalu bergumam , "Hm. Dia selalu ngalihin pembicaraan tiap kali ada yang bahas nama belakang dia. Ternyata ini alasannya."

Hening sejenak sebelum Galaksi membuka mulutnya.

"Kita satu ayah beda ibu." Ujar Galaksi sembari memandang semburat merah yang mulai menghias cakrawala. Perpaduan orange dan ungu yang begitu cantik.

AKSARA | RenjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang