Chapter 38 : He's back?

1.9K 317 150
                                    

Aku membuat ciuman itu terjadi sesingkat mungkin. Kecupan biasa tanpa ada rasa, hanya sebagai tanda aku menghargai kehadirannya. Selain itu, bayang-bayang dia juga hadir menyadarkan diriku.

Dan aku membenci diriku sendiri untuk ke sekian kali, karena masih terus mengingatnya.

"Bisa turun sekarang?" Tanya Jimin kepadaku. Aku tersenyum simpul dengan anggukan kepala kecil, menanggapinya.

Keluar dari mobil dengan dia yang membantuku turun serta menutup pintu. Selanjutnya, kami berjalan melangkah bersama sambil bergandengan tangan.

"Thank you for the kiss."

Laki-laki itu bergumam rendah dengan bola matanya yang bergerak ke banyak arah-—-berusaha tak menatap bola mataku yang sedang melihatnya tajam.

Aku tersenyum tipis. Meski tidak menjawab dengan kata. Aku menanggapinya dengan jemariku yang semakin kuat memaut tangannya.

"Setelah memilih gaun kita ke salon."

"Salon?" Aku terkesiap, membolakan kedua netraku besar-besar. Sedikit terkejut dengan ucapannya tersebut.

"Rambutmu sayang. Tahun berganti dan model rambutmu masih sama seperti itu. Apa kau tidak ada niat mengubah-—-"

"Aku nyaman dengan rambut panjangku ini dan-—-" aku sengaja menjedanya. "Aku tidak memiliki niat sedikitpun untuk mengubahnya."

Dia tertawa renyah. Mengacak rambut di puncak kepalaku. Tangannya yang terulur ke atas, perlahan mulai turun menarik bahuku agar semakin rapat dengan tubuhnya.

"Jimin, apa kau tidak menyukai penampilan sederhanaku ini?"

Aku bertanya dengan sorot mata menunjuk ke bawah. Laki-laki itu menghentikan langkahnya sejenak. Membungkuk sedikit. Jimin mengangkat daguku, hingga netra kami terhubung satu sama lain.

Tidak butuh banyak waktu untuk kedua netra kami bisa dapat terikat satu sama lain. Menarik ujung hidungku dengan gemas. Selanjutnya, Jimin menjawab.

"Tidak. Aku menyukainya. Apapun yang kau pakai dan kau pilih, aku menyukainya." Jawab dia. "Selagi itu membuatmu nyaman. Lakukanlah sayang."

Aku terdiam. Mengalihkan arah pandangku ke lain arah. Kepalaku mengangguk singkat.

Jimin kembali menarik tanganku. Menyelipkan lenganku pada lengannya. Ia yang sadar sikap acuh kembali datang, langsung lanjut melangkah menuju butik yang tak jauh dari tempat kami berhentik sejenak.

"Duduklah di sini. Biar aku pergi sendiri memilih gaun yang pas untukmu."

"Jimin?"

Aku sedikit berdecak kecil. Menarik lengannya, aku membuat tubuh Jimin ikut terduduk di atas kursi yang sama denganku.

"Kita pulang saja ya? Kau tidak perlu membelikanku pakaian-pakaian semacam itu."

Sorot mataku mengajaknya melihat kumpulan gaun-gaun mewah digantung indah nan rapih. Dengan serius, kuyakinkan dia agar berubah pikiran.

"Tidak apa-apa sayang." Jawabnya, membalasku. "Jisoo ini acara pesta temanku. Aku membelikanmu gaun baru dengan tujuan agar kita bisa memakai pakaian yang serasi seperti pasangan pada umumnya."

"Aku mohon padamu. Tolong Jisoo, untuk kali ini saja. Beri aku kebebasan dalam mengekspresikan rasa cintaku padamu."

Aku terdiam. Mengulum bibirku tipis, selanjutnya tanganku yang mengendur memegang lengannya mulai ia lepas perlahan.

Jimin pergi tanpa kata lagi. Sesaat setelah dia mengucapkan hal tersebut. Aku menunggunya dikursi tunggu dekat jendela bercelah lebar. Memusatkan penuh perhatianku pada sosok laki-laki tampan yang berada di toko seberang butik tempatku berada.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang