Chapter 7 : Memory

3.7K 531 145
                                    

"Sialan, sialan, sialan!" Taehyung menggeram kesal. Memukul satu persatu tulang pipi dua belas wartawan yang ada di hadapannya kini.

Tanpa memandang bulu, baik dia wartawan dari acara ternama sekalipun yang bisa melejitkan namanya. Taehyung tetap memperlakukan rendah para wartawan itu.

Taehyung masih tangan kosong. Hanya memberi sorot mata tajam dengan belasan wartawan yang sedang menatapnya tak kalah murka. Sampai tak lama, ia meminta Seokjin mengambil senjata api dalam gudang penyimpanan.

Semua tawanan berteriak histeris meminta ampun. Tapi, Taehyung yang tak kenal kata ampun sudah bulat dengan keputusannya.

"Seokjin, tolong bawakan senapan AK-103." Titah Taehyung.

Seokjin mengangguk patuh. Tak lama, ia kembali dengan membawa senapan panjang berwarna hitam untuk ia serahkan pada Taehyung.

"Apa yang kalian mau dari wanita itu sebenarnya?" Tanya Taehyung.

Menodong ujung senjata yang ia kendalikan kini di dahi-dahi para wartawan tersebut bergantian.

Taehyung menyeringai tipis menampilkan senyum jahat.

Dalam sekejap aura berbahaya dari diri Taehyung mendominasi ruang bercahaya remang-remang tersebut.

"Apa kalian tuli?! Jawab aku! Apa manfaatnya kalian terus mengikuti wanita itu?!" Teriak Taehyung.

Semua bergidik ngeri. Terkecuali, Seokjin yang menyunggingkan senyum kecil.

"Kami hanya menjalankan perintah atasan kami tuan." Jawab salah satu wartawan bertubuh gempal.

"Benar itu, kami tak bermaksud terus mengejar-ngejar wanita itu." Sahut yang lainnya.

"Jisoo seseorang yang sedang populer saat ini. Dia sangat cocok untuk kami jadikan bintang wawancara eksklusif---"

Taehyung memukul wajah pria yang sedang berbicara itu dengan senapannya.

Sahutan demi sahutan pun menggema dalam ruangannya kini. Para wartawan itu meminta ampun sambil memberikan alasan-alasan yang mendukung dirinya agar terbebas.

"Kalian membuat dirinya kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari." Ungkap tajam Taehyung.

Menoleh ke arah Seokjin, Taehyung melempar tatapan penuh arti pada asistennya tersebut. Layaknya seseorang yang sedang menanyakan saran.

Seokjin menjawab dengan gerakan kepalanya yang mengacu pada kebebasan memilih.

Hingga tak lama, tanpa ampun dan mendengar ocehan memekakkan telinga.

Taehyung menembak satu persatu kedua belasan wartawan itu dengan senapan miliknya.

"Hubungi RM sekarang, minta mereka membuang jasad-jasad ini ke laut." Ucap Taehyung pada Seokjin.

Bergerak cepat. Seokjin langsung menghubungi RM untuk meminta bantuan menyingkirkan mayat para wartawan itu dari markas.

***

"Jisoo, kau sungguh tinggal di rumah menjijikan ini?" Tanya Lisa.

Wanita itu baru saja tiba bersama dua sahabat Jisoo lainnya. Jennie dan Rosé. Usai kelas kuliah berakhir, mereka langsung menuju alamat tempat tinggal Jisoo yang baru.

Jisoo mengangguk lirih menjawab pertanyaan Lisa. Masih terbaring di atas ranjang. Tubuhnya yang lemas dan pegal-pegal membuat wanita itu absen dari mata kuliah hari ini.

Hanya berbaring sambil menonton kartun di televisi. Kerjaan Jisoo dari pagi hingga petang hanya bermalas-malasan di atas ranjang.

"Badanmu panas Jisoo." Ungkap Rosé.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang