Chapter 39 : Heartbreak Anniversary

2K 291 234
                                    

Taehyung POV

🥀🥀🥀🥀🥀

"Is that you Taehyung?" Dia bertanya kepadaku dengan parau.

Sungguh lemah hatiku saat ini. Ketika dadanya bergetar menyentuh tubuhku dan air matanya mengalir deras tak berujung.

Aku ingin membalas pelukannya. Mendekapnya erat seperti dulu kala-—-penuh keberanian dan percaya diri mengusap punggungnya yang bergetar.

"Taehyung? Sorry, I'm not Taehyung." Bohongku padanya.

Dia terdiam menghentikan tangisnya cepat. Mengusap air mata yang turun membasahi pipi dengan punggung tangan. Lalu, maniknya menatapku lekat tak bersyarat.

"Maafkan aku. Aku lancang memelukmu." Katanya sembari menggigit bibir kuat-kuat.

Demi Tuhan, aku tidak tahan ia menatapku dengan sorot mata penuh rasa rindu. Jujur saja, aku sangat menikmati wangi aroma tubuhnya tadi saat ia memelukku erat.

Aroma tubuhnya yang tak berubah membuat diriku rindu akan pelukan kami diujung malam dulu.

Kepergiaannya merubah total diriku. Tepat satu bulan setelah ia pergi, aku dan Irene resmi bercerai. Meski kami masih satu tempat tinggal bersama, di mansion. Tapi, sebenarnya itu semua serta merta hanya untuk anakku Yeontan.

"Terima kasih, maaf aku tidak bisa menerima mantel ini." Katanya dengan senyum getir.

Dia mengembalikan mantel coklat yang kupasangkan di punggungnya. Dengan maniknya yang sembab, ia menggelengkan kepalanya lirih.

"Tidak apa-apa. Pakailah ini agar tubuhmu tetap hangat." Ucapku gemetar sambil kembali memasangkan asal mantelku itu pada tubuhnya.

Jisoo mengerutkan dahinya tipis. Begitu terkejut dengan sikap memaksaku yang tidak ingin menerima penolakan.

"Tuan, aku mohon tolong jangan seperti ini. Aku tau kau sedang mengasihaniku." Ucapnya tiba-tiba sembari menepis lenganku perlahan.

Aku terkejut bukan main. Sedikit menukikkan alis tajam sebagai tanda tak suka. Namun, kemudian aku kembali teringat kenyataan yang terjadi kini. Kalau, aku sudah tidak bisa lagi memberinya perhatian seperti dulu.

Ia kembali mengembalikan mantelku. Jadi, aku pun menerimanya dan tidak lagi memaksanya untuk tetap pakai.

"Tuan aku ingin pulang. Tapi sebelum itu, bolehkah kupeluk tubuhmu lagi?"

Oh God. Kenapa dia harus meminta izin kepadaku akan hal itu? Apa dia tidak tau, tubuh ini hanya miliknya seorang?

Jisoo, jika kau bisa mendengarkan isi hatiku sekarang. Aku mohon peluklah tubuhku ini dan tolong bawa aku ikut pulang bersamamu.

Aku sangat merindukanmu sayang. Aku ingin kita berbincang seperti dulu setelah lelah bercinta dipenghujung malam. Menikmati hembusan angin malam yang dingin dengan pelukan hangat penghantar tidur.

Mengapa rasanya sesesak ini ditinggal dirimu pergi?

"Oh tentu saja." Aku merentangkan kedua tanganku dengan seulas senyum bahagia.

Di dalam dadaku bergemuruh kilatan penuh rasa perih. Terlebih kala ia langsung membalas pelukanku dengan cepat. Perlahan tangannya yang ringkih terangkat mendekapku hangat.

"Siapa nama pemilik tubuh ini?" Dia bergumam rendah di dalam dadaku.

Aku tersenyum tipis. Air mata yang tergenang di sudut mata pun menjadi saksi atas jawaban bohong yang kuucapkan padanya.

"I'm Vee."

Jisoo melepaskan pelukannya. Menatapku dalam, ia mengangguk dengan seulas simpul senyum. Tak lama, tangannya terulur kepadaku.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang