Chapter 37 : Red roses

1.9K 323 186
                                    

Jisoo POV

🥀🥀🥀🥀

Two years later

Sebuah sedan mewah berwarna hitam memasuki halaman mansion. Dibawa oleh seorang pria tampan, seperti pangeran dalam tokoh dongeng. Ia begitu rapih terbalut setelan jas berwarna putih sembari menggenggam buket bunga mawar besar. Menghampiri daddy, Ia tersenyum manis.

Aku melihatnya dari lantai atas, kamarku. Menyaksikan pemandangan itu dengan setarik sudut bibirku yang terangkat. Rasanya masih terlalu cepat untukku memulai ini semua.

Tentang hubungan yang berlandaskan rasa cinta.

Demi Tuhan. Aku belum siap jika harus kembali untuk membangun hubungan semacam itu.

"Jisoo, apa masih lama?" Tanya Seokjin berteriak dari balik pintu.

Aku terkesiap dengan teriakan itu. Lamunanku buyar dalam sekejap. Memoles bibirku dengan lipstik merah muda yang tampak cerah. Ketika sudah beres berdandan. Aku bergegas mengambil tas selempangku, dilanjutkan membuka pintu.

"Jimin sudah datang." Kata Seokjin memberitahuku.

Aku hanya menganggukkan kepalaku kecil. Meresponnya tanpa kata, karena tak ingin banyak bicara.

"Apa kau tidak merasa tertarik padanya, Jisoo?" Seokjin bertanya kepadaku. Berbisik pelan, ia merapatkan tubuhnya dengan tubuhku.

"Entahlah, rasanya aku-—-"

"Move on Jisoo. Aku tau kau tidak bisa menerimanya karena masih ada dia di dalam kepalamu itu."

Laki-laki itu memotong ucapanku. Membuatku mengerutkan dahi tak terima dengan ucapannya yang mampu-—-

Menyentil hati kecilku.

"Dia?" Aku bertanya. Sambil menaikkan sebelah alis.

Sekejap Seokjin yang kutatap tajam langsung salah tingkah. Melingkarkan salah satu tangannya di leherku. Ia merangkulku tiba-tiba.

"Tidak. Aku yakin kau sudah melupakan semuanya." Ucap Seokjin diakhiri kekehan kecil.

Aku tau Seokjin pasti tidak sengaja mengingatkanku tentang itu. Karena yang kuketahui secara tidak sengaja.

Pernah suatu malam. Seokjin dan daddy berbicara tentang diriku yang begitu mengkhawatirkan. Satu tahun sebelum ini semua terjadi.

Mereka berbincang akan menutup rapat semua yang bersangkutan tentang San Fransisco dan segala isinya kepadaku. Mengunci segala akses yang-—-

Aku sendiri tidak mengerti maksud pembicaraan itu sebenarnya. Namun, hal yang dapat kusimpulkan dari maksud percakapan itu. Mereka; laki-laki penting dalam hidup ku kini.

Tidak ingin dia; laki-laki masa laluku, hadir dalam kehidupan baruku di London.

Sejak kejadian itu, baik Seokjin maupun daddy tidak pernah membahas apapun yang berkaitan dengan San Fransisco di depanku. Bahkan, obrolan bisnis kontruksi bangunan daddy di sana yang biasa ia bicarakan bersama Seokjin. Tidak lagi kudengar kembali.

Mereka menutup semua kondisi tentang kota itu dariku. Dan mereka juga berharap, aku bisa segera melupakan kejadian-kejadian pahit di kota itu dengan cepat.

"Jisoo..."

Aku terpejam sejenak. Menoleh ke sumber suara. Aku tersenyum tipis melihat ibu sambungku sedang berjalan mendekatiku.

"Yes mom?"

"Kau pasti ingin berangkat berkencan dengannya."

Ia menggodaku. Sambil menyikut kecil lenganku, senyumnya mengembang lebar. Aku pun menganggukkan kepalaku pelan.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang