Chapter 44 : Come to light

1.8K 257 289
                                    

"S-stop, a-aku t-tidak bisa bernafas." Parau Jisoo sembari mengangkat tangannya ke atas.

Tanda dirinya sudah tidak sanggup menahan inti tubuhnya yang sangat perih luar biasa. Setiap tarikan nafasnya yang bunyi membuat dirinya tersenyum getir.

Kapan dirinya akan pingsan? Jisoo ingin sekali tidak sadarkan diri atau bahkan lebih dari itu.

Dirinya yang sudah hancur membuat keinginan untuk hidupnya menipis. Namun, naluri reflek tubuhnya yang selalu melawan jika disakiti membuat hatinya tetap bertekad kuat untuk terus hidup.

"Butuh ini sayang?" Tanya Seojoon sembari menggantungkan tali hiasan inhaler Jisoo di jarinya. Menggoda Jisoo sambil terus menambah lebih liar gerakan pinggulnya. Jisoo dirinya buat semakin tidak karuan.

"Keluarkan bersama jangan ditahan, itu syaratnya." Gumam Seojoon rendah.

Jisoo berusaha mengabaikan. Mengatur nafas dan detak jantungnya yang memburu saling berpacu cepat. Ia menatap nanar Seojoon yang kini berada di atas tubuhnya.

"A-aku butuh-—-"

Jisoo mengangkat tangannya lebih tinggi. Berniat ingin mengambil obat asmanya dari genggaman Seojoon. Tapi, yang ada sekarang justru tubuhnya tidak bisa digerakkan karena Seojoon mencengkeram pinggangnya kuat.

"Oughh fuck!" Erang Seojoon sembari menghembuskan nafas gusar. Mendapat pelepasan terakhir dengan nikmat. Seojoon melempar inhaler Jisoo ke sembarang arah.

Kedua mata Jisoo terpejam sejenak. Mengulurkan tangannya ke kolong ranjang. Tanpa turun, Jisoo mencari inhaler-nya yang jatuh.

Meraba sampai ketemu. Tepat saat jarinya menyentuh benda tersebut. Jimin berdiri menjulang di samping Jisoo, menginjak tangannya di bawah.

"Kenapa? Sesak nafas?" Tanya Jimin sinis. "Dasar penyakitan."

Jisoo berusaha menarik kembali tangannya. Namun setiap usaha tarikan itu justru membuat Jimin semakin menginjak punggung tangannya keras.

Menggeser tubuhnya agar lebih naik. Jisoo menghindari sentuhan tangan Jimin. Dengan detak jantungnya yang kian meloncat-loncat di tempat. Pasokan oksigennya yang semakin menipis membuat tenggorokannya tercekat.

"No no no, jangan pingsan dulu. Kau belum selesai denganku." Ucap Jimin diakhiri kekehan kecil. Memakaikan Jisoo inhaler. Setelahnya, Jimin melampiaskan kembali nafsu birahinya kepada Jisoo.

Sejak langit masih bersama matahari. Sampai berganti kegelapan yang pekat. Tubuh Jisoo terus menjadi sasaran pusat kenikmatan dari dua orang laki-laki tidak berakal.

***

Bersiap-siap menuju ke Berlin. Seokjin menghubungi nomor telepon Jisoo yang lagi-lagi tidak terangkat. Berubah tujuan menjadi nomor Jimin yang dirinya panggil. Setelah lelah menghabiskan puluhan panggilan tak terjawab.

Seokjin dengan cepat masuk ke dalam mobil. Mengabaikan panggilan Jongsuk dan Krystal. Ia berlalu pergi.

Menginjak pedal gas tiba-tiba. Ia mengemudikan mobilnya dengan kasar. Sampai baru saja dirinya keluar gerbang rumah. Seorang pemuda yang sangat dirinya kenal datang menerjang mobilnya melaju.

"Berandal satu ini lagi." Ucap Seokjin rendah diakhiri decihan geram. Turun dari mobil, ia menarik pakaian Jungkook yang robek.

Membolakan kedua matanya terkejut. Seokjin dibuat terperangah saat melihat kondisi Jungkook begitu mengenaskan kini. Tapi, alih-alih merasa kasihan. Seokjin justru mengulas seringai kecil.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang