Chapter 3 : Attention stealer

5K 611 233
                                    

"Sialan." Umpat Jisoo, rendah.

Gadis itu menggeram kecil, kala mimpi indahnya harus berakhir sia-sia karena alarm memekakkan telinga tak kunjung berhenti.

Padahal dalam mimpi itu, ia sudah hampir mencium bibir pria yang dirinya temui di bar.

Si pemilik nama Taehyung yang luar biasa tampan dan rupawan. Laki-laki pertama yang mampu membuat Jisoo jatuh hati hanya karena melihat manik biru matanya.

"Taehyung." Gumam Jisoo.

Sambil memandang kosong langit-langit kamar. Jisoo terus memanggil nama pria tampan tersebut. Sambil mengingat pertemuan pertamanya dengan Taehyung.

Terhitung sudah hampir seminggu, ia tak menjumpai pria itu lagi. Bahkan setiap harinya, ia selalu mendatangi bar berharap Taehyung juga mengunjungi bar tersebut.

Bodohnya Jisoo, ia membuang kartu nama Taehyung di tong sampah.

Membuat dirinya tak ada jalan lain selain berpasrah pada Tuhan untuk bisa kembali menemui Taehyung.

Berjalan gontai dengan mata terpejam malas. Jisoo bersiap untuk berangkat kuliah.

"Jisoo, kau di mana sekarang?" Tanya sang sahabat yang kini sedang berbicara dengannya melalui sambungan telepon.

Baru saja, ia turun dari ranjang-—-tempat terbaik baginya. Tapi sang sahabat sudah menghubungi dirinya terus-menerus.

"M-masih di apartemen." Jawab Jisoo. "Sudah, tidak menerima segala bentuk pertanyaan lagi. Jennie, sampai nanti."

Jisoo memutus cepat panggilan telepon tersebut. Berangkat ke kampus dengan pakaian serba hitam yang membungkus seluruh tubuhnya agar tak terlihat para wartawan jail.

Sambil berjalan. Jisoo terus menunduk. Sampai tanpa sadar, dirinya yang hanya melihat jalanan dari ujung kaki harus berhenti saat kepalanya teratuk dada bidang seorang pria.

"Ohh, astaga maaf." Jisoo mendongak.

Membuka mulutnya lebar-lebar. Ia terkejut dengan sosok yang dirinya tabrak kini.

Oh benarkah itu sang pujaan hatinya dulu? Kenapa rasanya begitu berubah?

"J-jisoo?"

Jisoo mengangguk cepat. Tertegun sebentar, tak lama ia mundur satu langkah untuk menjauh dari Jungkook.

"Ada apa?" Tanya sang pria.

"Kau berkuliah di sini juga?"

Jungkook menganggukkan kepalanya. Kemudian, ia menarik tangan Jisoo secara mendadak agar terhindar dari sorot kamera paparazi.

"Jungkook?" Jisoo bertanya heran.

"Jisoo, kau dikejar-kejar wartawan konyol juga?" Tanya Jungkook. Jisoo hanya mengangguk kecil, dengan sorot mata mengawasi gerak-gerik Jungkook.

"Aku jurusan arsitektur." Kata Jungkook. "Sudah lama, hanya saja aku sering membolos kelas."

Laki-laki itu tertawa. Jisoo pun ikut tertawa rendah penuh kegetiran.

Oh, ia rindu tawa itu sebenarnya. Tapi, seketika ingatan tentang foto Jungkook saat berkhianat dengan dirinya dulu datang.

Karena tak ingin berlama-lama bersembunyi di balik pohon besar. Jisoo mulai memakai kupluk jaketnya dan berjalan mendahului Jungkook.

"Bagaimana London?" Tanya Jungkook saat langkahnya berhasil ia samakan dengan langkah kaki Jisoo.

"Sangat indah dan penuh ketenangan. Aku menyukainya, bahkan sekarang rasanya aku ingin kembali ke sana. Kau tau Jungkook, saat di London-—-"

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang