Chapter 23 : Positively yours

2.4K 352 87
                                    

Memasuki kamar. Jisoo berteriak histeris. Mengacak segala benda yang bisa ia sentuh. Wanita itu membuat isi dalam kamar hancur.

"JISOO?!!" Teriak Taehyung kala ia tiba disambut dengan bunyi pecahan kaca.

Jisoo meninju cermin pada meja rias hingga tak berbentuk karena pecah. Buku-buku jari Jisoo berdarah. Namun rasa perihnya tak sesakit yang hatinya rasakan kini.

Berbalik Jisoo menatap Taehyung. Wajahnya yang merah padam, menilik tajam manik Taehyung yang membiru teduh.

"Peduli denganku? Kau juga harus pulang bukan? Ayo, kita ke bandara sekarang."

Taehyung diam termangu cukup lama. Ajakan Jisoo tak terlalu buruk untuk ia terima. Karena semakin, cepat ia kembali ke San Fransisco. Maka semakin cepat urusannya selesai dengan sang istri.

Kendati di lain sisi. Dia masih ingin di London bersama Jisoo lebih lama lagi. Melupakan masalah yang terjadi di San Fransisco. Entah mengapa perasaannya gundah untuk kembali pulang.

Taehyung mendekat. Mengusap lembut pipi Jisoo yang basah karena air mata. Ia mengecup dalam dahi Jisoo, sebelum kemudian tubuhnya Jisoo ia peluk.

"Di San Fransisco nanti, tinggalah bersamaku." Gumam Taehyung. Jisoo tak menjawab. Hanya terkekeh miris, ia memejamkan matanya rapat dalam sekejap.

Apa Taehyung gila mengajaknya tinggal bersama? Bukankah di San Fransisco dia masih tinggal satu rumah dengan Irene istrinya?

Jisoo menggelengkan kepalanya kecil. Sebelum kemudian ia menarik diri untuk pergi ke dalam kamar mandi.

Perutnya kembali melilit kencang. Rasanya seperti terdapat sesuatu yang bergejolak membuncah keinginannya untuk muntah.

Sial. Jika ada yang tau kondisinya kini sedang begini. Pasti Taehyung tidak akan membantunya kembali ke San Fransisco.

"Jisoo? Kau tidak apa-apa?" Tanya Taehyung berteriak.

Lama termenung sejenak. Pintu kamar mandi terpaksa Taehyung buka. Melihat Jisoo yang ternyata sedang bercermin merapikan diri selesai berganti baju.

Taehyung mengerutkan dahinya tipis. "Kau ingin kemana?" Tanyanya terheran-heran.

Netra-netra Jisoo membola. Menukikkan alisnya tajam, ia menatap Taehyung sinis.

"Bersiap-siap untuk pulang."

Taehyung mendekat. Di cermin wastafel ia melihat pantulan dirinya bersama Jisoo. Dengan wajah wanita itu yang sembab dan bengkak. Taehyung mengulum bibirnya tipis.

"Kejadian itu sudah berlalu. Aku tau ini sangat menyakitkan untukmu, tapi yang terpenting sekarang kau baik-baik saja, kan?"

Taehyung bertanya sambil melingkarkan tangannya di pinggang Jisoo. Meletakkan dagunya di atas bahu wanita itu. Taehyung menatap pantulan cermin.

"Baik-baik saja? Apa aku terlihat seperti itu?" Jisoo balas bertanya.

Diam tak menjawab. Taehyung mengalihkan pandangannya kala Jisoo turut membalas tatapannya dari pantulan cemin di wastafel begitu tajam.

"Kau sungguh ingin pergi sekarang Jisoo?"

"Aku butuh waktu sendiri untuk menenangkan diri." Jawab Jisoo sambil tertunduk lesu.

Taehyung mengambil tangan Jisoo dari belakang. Menyalakan keran air. Ia membasuh perlahan buku-buku jari Jisoo yang terluka.

"Kenapa tidak diobati?" Tanya Taehyung tanpa jawaban.

Wanita itu hanya diam. Menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Jisoo menahan ringisan kesakitannya agar tak keluar mengudara bebas.

Mengangkat kepalanya ke atas hingga tengkuk belakangnya bersandar di pundak Taehyung. Jisoo merasa perih kala air yang mengalir deras itu membersihkan darah-darahnya yang mengucur dari permukaan kulit.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang