Chapter 49 : Home

2.2K 289 146
                                    

"Tuan ponselmu berbunyi."

"Bawa kemari." Jawab Taehyung kala salah satu anak buahnya memberitahu ponselnya yang menyala sebuah panggilan masuk.

Rosé is calling..

"Ya, ada apa?" Tanya Taehyung datar saat ia mengangkat panggilan nomor sahabat Jisoo.

"Taehyung bolehkah kami mengajak Jisoo keluar?" Tanya Rosé langsung pada inti untuk meminta izin membawa Jisoo keluar kamar rawat inap.

Taehyung tidak langsung menjawab. Beringsut mundur menjauhi Irene dan Krystal. Taehyung memperintahkan para anak buahnya mengurus dua wanita itu agar dibawa ke ruang tahanan bawah tanah.

"Taehyung, bagaimana?" Lirih Rosé sekali lagi, "Hanya berjalan-jalan di sekitar taman rumah sakit."

"Tidak-tidak. Biarkan dia beristirahat di kamarnya saja." Jawab Taehyung sembari mengapit ponselnya dengan daun telinga dan bahu kekarnya.

"Taehyung ini keinginan Jisoo! Aku mohon biarkan dia menghirup udara segar di luar!" Pekik Lisa menambahi.

Taehyung menghembuskan nafasnya gusar. Membuang sarung tangan latexnya ke tong sampah dengan kesal. Ia menggerutu karena sahabat-sahabat Jisoo sulit menurut.

"Sekali aku bilang tidak, tolong mengerti Rosé." Ucap Taehyung tegas.

"Jika kau terus mengurungnya di dalam kamar. Jisoo justru akan semakin stress Taehyung! Dia butuh udara segar di luar kamar yang seperti penjara ini." Ucap Lisa setelah berhasil merebut ponsel Rosé.

"Kami akan menemaninya kau tenang saja." Tambah Lisa kembali.

Taehyung mengusap rahangnya kasar. Menimba-nimba saran dari Rosé dan Lisa. Tak lama, ia menyetujuinya.

"Baiklah hanya di taman rumah sakit, ingat!" Kata Taehyung penuh peringatan keras.

"Kau tenang saja kami bertiga akan menjaganya dengan baik."

Panggilan terputus. Taehyung langsung bergegas keluar markas. Masuk ke dalam mobil, ia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menuju ke rumah sakit, Taehyung harus memastikan sendiri bahwa ketiga para sahabat Jisoo bisa menemani wanita tercintanya tersebut dengan benar.

"Jisoo ayo kita keluar!" Pekik Lisa gembira memasuki kamar rawat sahabatnya tersebut.

Yang dipanggil terkesiap sembari menoleh ke sumber suara. Mengangguk sekali dengan lirih, setelahnya Jisoo dibawa oleh Jennie keluar ruangan dengan kursi roda.

"R-rosé?" Tanya Jisoo pelan dan serak kepada Jennie.

"Dia sedang di toilet." Jawab Lisa asal sembari menyengir lebar. Jisoo mengangguk pelan.

Tiba di taman rumah sakit, mereka menduduki sebuah kursi panjang yang tersedia tepat di bawah pohon yang rindang. Teduh dan sejuk angin berhembus, Jisoo memejamkan matanya sejenak untuk merasakan kenikmatan tersebut.

Selang beberapa detik Rosé menghampiri. Berbincang dengan Lisa di belakang Jisoo, keduanya berdiri di dekat pohon rindang itu berada.

"Ada apa?" Tanya Lisa kepada Rosé.

"Jack menelepon dia bercerita sangat kewalahan mengurus Allesio." Jawab Rosé.

Lisa tertawa terbahak-bahak. Sambil menumpukan salah satu tangannya pada batang pohon. Ia menertawai wajah masam Rosé.

"Mengurus satu anak saja kerepotan, bagaimana jika kalian nambah satu lagi nanti." Cerca Lisa.

"Cukup Allesio saja, kami tidak ada niat menambah momongan." Balas Rosé sambil memijat pelipisnya yang berdenyut nyeri.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang