Chapter 33 : Darkness

2K 288 199
                                    

"Rapat selesai, tolong tinggalkan ruangan ini secepatnya." Ucap Taehyung mengakhiri pertemuan rapat dengan para karyawannya.

Seokjin melangkah mundur. Memberi akses keluar teman-temannya berhambur meninggalkan ruang rapat tersebut.

Jongsuk mendekati Taehyung. Mengulurkan tangannya pada laki-laki tersebut. Dengan senang hati, Taehyung menerima jabatan tangan Jongsuk.

"Maafkan aku Taehyung. Aku juga tidak tau jika pada akhirnya Jisoo juga akan meninggalkan flat itu."

Taehyung tersenyum getir. Mengeluarkan sebatang rokok dari dalam saku jasnya. Ia menghisap batangan kecil tersebut, setelah berhasil menyalakannya dengan pemantik.

"Itu tidak masalah paman. Hanya saja, aku tidak suka dengan tindakan anakmu yang bernama Seokjin---"

"FUCK! KENAPA KAU MENYALAHKANKU?! DI SINI KAU YANG BERSALAH TAEHYUNG!"

Seokjin menghentikan ucapan Taehyung kepada Jongsuk. Menendang kuat meja rapat yang panjang dengan kakinya. Seokjin yang terubun-ubun kesal dengan Taehyung mulai meledak.

"Jisoo tertekan jika terus bersamanya dad! Dia sendiri yang berbicara padaku ingin pergi dari Taehyung." Lirih Seokjin berucap tajam.

Taehyung yang tengah terduduk santai, merebahkan punggungnya pada sandaran kursi. Menyaksikan emosi Seokjin yang meletup-letup. Laki-laki itu hanya berdecih kecil sembari membuang wajahnya ke lain arah.

"Dasar pembual handal. Jelas sekali kau tau sendiri sebelum ribut-ribut itu terjadi, aku dan Jisoo menghabiskan waktu malam bersama dengan intim."

"Bagaimana mungkin wanita itu ada niat untuk berpisah denganku?" Ucap Taehyung berusaha mengelak.

Seokjin mendengus kesal. Memijat pangkal hidungnya yang pening seketika. Ia menatap bengis wajah Taehyung yang tenang tanpa suatu beban pikiran apapun.

"TAEHYUNG KAU INI GILA ATAU APA?" Seokjin kembali berteriak.

"Adikku itu tertekan jika bersamamu! Meskipun dia tidak mengatakannya secara gamblang denganmu, tapi dia mengatakannya padaku Taehyung!"

"Aku kakaknya. Aku bisa mengetahui derita yang tak bisa dia ucapkan. Aku kakaknya. Aku bisa merasakan rasa sakit yang dia rasakan, sialan!" Pekik Seokjin sambil kembali menendang meja di hadapannya hingga bergeser tak beraturan.

"Di Berlin." Seokjin mulai bercerita.

"Saat kau mengajaknya ke kota tempat tinggal dirimu bersama Irene dulu. Apa kau tau bagaimana perasaannya saat itu?"

"Jisoo baik-baik saja di Berlin. Kau jangan memberi cerita berlebihan padaku, Seokjin." Gumam Jongsuk, dingin.

"Dad? Apa kau yakin dengan ucapanmu itu?" Tanya Seokjin sambil menghampiri sang ayah yang sedang duduk bersebelahan di samping Taehyung.

Wajahnya yang merah padam, menukikkan alisnya tajam. Terheran-heran dengan sikap dingin sang ayah.

Apa-apaan ini? Mengapa secara mendadak Jongsuk datang ke San Fransisco dan langsung menyudutkannya? Batin Seokjin menggeram emosi.

Dengan maniknya yang tajam mengkilap sarat kekecewaan. Kepada Taehyung, Seokjin sudah hilang rasa percaya.

"Jisoo memang senang pada saat itu. Bahkan rasa gembiranya berada di level berbeda saat kau mengajaknya pergi."

"Tapi setelahnya apa yang dia dapatkan di Berlin kota tercintamu itu, hm?" Tanya Seokjin, mendekati Taehyung.

Tangan Seokjin bergerak melipat lengan kemejanya sampai batas sikut. Sambil terus melangkah ke samping kursi Taehyung. Selanjutnya, Seokjin menarik kerah kemeja Taehyung kuat-kuat.

AFFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang